Bab 20: Tak Di Sangka

2 2 2
                                    

༺༻༺༻༺༻

"Ha'ah... Haa..." Mars yang terbangun terengah-engah dan menyadari bahwa semua itu hanya lah mimpi semata.

"Aku masih hidup? Huu... Kirain beneran, tunggu-ini dimana?" ia terbangun di atas ranjang kayu dengan alas permadani dari sutra wol.

Mars terbangun di sebuah ruangan, yang jika ia perhatikan seksama lebih tepat nya ia terbangun di sebuah kamar. Mars melihat-lihat isi kamar itu, di sana, tepat di sebelah nya terdapat sebuah cermin juga sebuah kursi dan meja, serta terdapat kotak peti kayu di sebelah meja dan kursi.

Di saat sedang melihat-lihat kamar itu, tiba-tiba saja ada yang membuka pintu di sana dan seseorang masuk ke dalam kamar itu, ia tak lain dan tak bukan adalah Sang Putri.

"Putri?"

"Mars? Kamu sudah sadar! Syukur lah, aku kira hal buruk akan menimpa mu lagi." ujar Sang Putri sembari memegangi tangan Mars, ia gembira mengetahui Mars telah siuman.

Sesaat Sang Putri memegang tanya nya, dan sekilas Mars teringat kejadian yang ia alami sebelum nya, walaupun itu hanya mimpi tetapi terasa sangat nyata bagi nya.

Reflek, ia langsung menarik tangannya, menjauh dari Sang Putri. Sang Putri yang kebingungan dengan sikap nya itu lantas bertanya pada nya.

"Ada apa Mars? Apa kamu marah dengan ku?" tanya nya yang risau.

Mars pun menjawab dengan gugup, "ee-tidak, m-memang nya kenapa kamu bertanya seperti itu?"

Lalu Sang Putri duduk di kursi yang terletak di dekat ranjang, lalu ia pun mulai bicara.

"Sebelum nya aku minta maaf atas semua perlakuan ku pada mu, juga terima kasih telah menyelamatkan ku pada saat kebakaran hutan itu, aku mengetahui nya dari Hans dan Satya." ujar Sang Putri yang meminta maaf dan berterima kasih pada Mars dengan ekspresi wajah yang tampak sesal dan kepala yang tertunduk.

"Tidak, tidak, tidak apa-apa, aku ngerti apa yang kamu rasain, kesel sama orang yang ngecewain, gak usah di pikirin, gapapa."

"Kunaon sih malah di bebeja eta si Hans jeung Satya." ucap nya dalam benak nya.

"Ee, omong-omong apa aku boleh lihat luka di belakang punggung mu itu?"

Mars kaget sekaligus bingung menjawabnya, sambil menggaruk kepala ia menjawab nya "eee, hehe-gimana ya, ya udah deh." lalu Mars pun mengangkat baju nya pada bagian punggung, menujukan luka yang telah di balut.

Lalu karena penasaran Sang Putri hendak menjawil luka Mars, "masih ada darah-darah nya, apa kah begini sakit?" Sang Putri yang iseng menyentuh luka Mars dengan ujung jari.

"Au, engga terlalu."

Lalu Mars pun menutup kembali punggung nya dan setelah itu ia hendak turun dari rancang, melihat hal itu, Sang Putri lantas berinisiatif membantu Mars, namun Mars menolak nya secara halus.

"Udah, aku bisa sendiri kok."

Akan tetapi baru saja keluar dan berdiri menginjak kan kaki di ubin, Mars tiba-tiba saja terjatuh. Ia merasa kaki nya sangat lemas, seperti tidak ada tenang untuk menopang tubuh nya.

"Sudah kubilang biar ku bantu." ujar nya sambil menggelengkan kepala nya.

"Hehe,"

Pada akhirnya Mars pun di bantu untuk berdiri oleh Sang Putri yang merangkul nya. Mereka berdua berjalan keluar dari kamar itu, karena Mars hendak pergi menemui kedua sahabat nya, Sang Putri pun membantunya dengan mengantarkannya menemui mereka.

Saat membuka pintu keluar cabin, mereka berdua sudah di sambut oleh Hans dan Satya yang sudah menunggu di luar pintu.

"Bro!"

3 Idiot, Pejuang Dan Sang PutriWhere stories live. Discover now