55] Menderita

7.2K 864 68
                                    

"Udah semua kan?"

Jaemin mengangguk, menatap Jay yang kini memasukkan baju nya ke tas

"Mau makan? Kau lapar?"

"Lumayan, bagaimana--kalau ke kantin rumah sakit?"

Gerakan Jay terhenti, menatap Jaemin yang kini tersenyum tipis padanya.

"A-ah benar, ayo ke kantin rumah sakit" Jay mengangguk cepat dan mendekat pada Jaemin, membuat Jaemin terkekeh

"Aneh tidak sih kita berbicara dengan bahasa baku begini?"

Jay menggeleng. "Biasa saja, dulu di Australia juga begini kan?"

"Itu karena aku pikir kau hanya bisa bahasa inggris"

"Eyy, aku bisa banyak bahasa"

"Bahasa monyet juga termasuk?"

"Ck, pertanyaan mu selalu di luar nalar"

Jaemin tak menolak saat Jay memegang lengannya, membantunya turun dari brankar walau keadaannya sebenarnya sudah baik baik saja, buktinya dia sudah boleh pulang hari ini

Cklekk

"Lho, mau kemana?" Tanya Yoona yang baru masuk

"Kantin, ma" Jawab Jay, nyatanya Jaemin masih sedikit kaku dan--takut, belum bisa terlalu banyak berinteraksi dengan tenang

"Lho, kok gak ajak mama?"

Jay terkekeh, melirik Jaemin yang juga meliriknya. "Tuh, kau tak ingin mengajak mama?"

"--ya, ayo ke kantin bersama" Ucap Jaemin seraya mengangguk pelan, tangannya meremat pelan lengan jaket Jay

"Yasudah ayo"

Ketiganya berjalan bersisian dengan Jaemin di tengah, Jay terus berbicara, pun dengan Yoona, berusaha membuat Jaemin lebih tenang dan santai.Lantas saat kekehan Jaemin terdengar, senyum manis Yoona terbit

___________________________

"Iya mom, dia sudah tidur" Jaemin terkekeh pelan, membenarkan posisi tidur Jay dengan hati hati

"Tentu, sampai jumpa"

Jaemin kembali menyimpan handphone ke saku celananya, melirik Jay sekilas sebelum memilih keluar dari kamarnya dengan ragu

"Tuan muda?"

"Oh, hai?" Jaemin tersenyum tipis pada Mingyu yang berada beberapa langkah darinya

"Mau kemana? Butuh sesuatu?"

Jaemin menggeleng, "Hanya ingin ke taman belakang"

"Hati hati, perlu di temani?"

Jaemin lagi lagi menggeleng, "Aku ingin sendiri"

"Baiklah, hati hati" Peringat Mingyu sekali lagi, lantas membiarkan Jaemin melangkah pergi dari sana

Kaki Jaemin yang berbalut sendal rumahan melangkah menuju taman belakang, mendekat ke pinggir kolam dengan hati hati.Netra hazelnya menatap langit sore dengan tenang, pun dengan bibir pucatnya yang menarik senyum tipis

"Ayah, hidup itu emang adil kan?"

"Ayah mungkin aja bisa bahagia di dunia, tapi di atas sana--ayah gak boleh bahagia sedikitpun, karena aku sama sekali gak sudi dan sediktpun gak rela"

"Ayah harus menderita, lebih dari bertahun tahun ayah ngebuat aku gak bisa hidup tenang"

Jaemin ingat, seberapa takut dan gemetarnya ia saat Rean menyeretnya ke bandara menuju Australia, dia ingat bagaimana dia menangis dan berlutut di ruang kerja Rean, saat itu Jaemin pikir dia akan mati, saat itu Jaemin pikir kematian salah satu jalan keluar untuknya

Cromulent ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang