25

2.4K 394 43
                                    

Ray menstarter mesin mobil, tapi tak langsung menjalankannya. 

Dia memperbaiki spion tengah yang posisinya sudah sempurna, mengatur temperatur AC, mencari frekuensi radio. Intinya dia mencari-cari alasan untuk tidak langsung berangkat saat itu juga.

"Ray, itu mobil Mas Harris sudah jalan, ayo cepet kamu susulin juga," desak Killa, yang tidak menyadari perubahan suasana hati Ray.

Melihat Killa yang seperti itu membuat Ray menatap Killa dan menarik napas panjang, sebelum mematikan kembali mesin mobil. Suasana seketika hening dan memekakkan telinga.

Ray menurunkan jendela mobil agar ada angin yang masuk ke dalam, dan menoleh lagi ke arah Killa. 

"Apa sih?" tanya Killa, menatap Ray balik.

"Aku tidak capek, jadi ayo kita pulang ke Bandung malam ini juga, kamu kabarin Kak Mia," jawab Ray.

Killa menautkan alis dengan ekspresi sewot. "Kamu nggak lihat tadi gimana Kak Mia dipukul sama Mas Harris??" 

"Ini mas Harris yang sama yang selalu kamu puja-puji semua kebaikannya itu kan?" tanya Ray. "Kamu nggak lihat gimana Mas Harris jauh lebih terpukul saat dia melihat Kak Mia kesakitan? Kamu apa nggak terlintas sedikit pun di pikiran kamu kalau mungkin, mungkin, dia nggak sengaja? Kalau kejadian tadi sama sekali bukan karakternya? Karena, ayolah, mikir sedikit dong Killa... Kurasa Kak Mia juga tidak akan dengan panik kembali ke Bogor demi menemui Mas Harris, kalau memang dia suami yang brengsek...."

Dari sekian banyak ucapan Ray, yang masuk ke telinga Killa hanya kata-kata 'mikir sedikit dong' dan Killa jadi tersinggung berat, karena itu berarti Ray menganggapnya tidak bisa berpikir dari tadi??

Killa melepas sabuk pengamannya dan menatap Ray sambil melipat tangan di depan dada dengan serius.

"Satu saja sudah cukup Ray," kata Killa. "Satu kali pukulan saja sudah jadi alasan buat aku untuk menganggap Mas Harris jahat. Memangnya perlu berapa kali lagi kak Mia dipukul? Sampai suatu hari aku dapat telepon kalau kak Mia masuk rumah sakit karena dianiaya suaminya sendiri, gitu?"

Ray menatap Killa dan menghela napas. "Apa kak Mia juga berpikir yang sama dengan kamu?" tanya Ray. "Apa Kak Mia merasa pukulan Mas Harris tadi sudah cukup untuk mengakhiri pernikahannya, atau apakah Kak Mia masih memberikan Mas Harris kesempatan?" 

Killa sudah membuka mulut untuk membantah, tapi Ray segera berkata, "Coba tutup matamu."

"Buat apa--"

"Tutup matamu."

Killa menatap Ray, dan terpaksa menurut. Dia menarik napas panjang dan dengan kasar menghentakkan badan ke kursi penumpang.

***

Ada alasan kenapa dia menerima Ray sebagai pacarnya; dalam hal menghadapi Killa, Ray sangat mirip Mia, tahu persis caranya menghadapi Killa yang sering mengambil keputusan secara serampangan. 

Dan Ray selalu bilang, Killa begitu karena sering kali, Killa tidak punya imajinasi sehingga cara pandangnya terbatas.

Pernah suatu kali, Killa merasa salah satu temannya, Raline, menyindirnya lewat story di Instagram. Killa sudah menangkap layar story Raline, lalu mengirimkannya ke Ray, dan mencak-mencak, bersiap untuk membuat story tandingan. 

Ray seketika menelepon Killa, dan sama seperti sekarang, kala itu, Ray juga menyuruhnya tutup mata. 

"Bayangkan, besok kamu beli koran Kompas, lalu di koran itu, di headline-nya kamu baca tulisan, Dua Orang Mahasiswi Saling Labrak di Instagram Untuk Urusan Yang Tidak Berfaedah."

Luka SegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang