13

3.2K 434 84
                                    

"Kamu sengaja ya pulang malam-malam terus?"

Harris tidak segera menjawab pertanyaan Sari yang penuh dengan tuduhan itu, dia berkonsentrasi menghabiskan makanan di depannya, sesuatu yang lumayan sulit dilakukan karena aslinya dia amat mengantuk.

"Hegar Pawitra sebentar lagi memasuki tahap operasional Bu," kata Harris, menyebutkan nama perusaAku sedang persiapan buka usaha baru, Bu, memang susah pulang tepat waktu sekarang," elak Harris. Tapi Harris tahu itu tak sepenuhnya benar.

***

Ya, perusahaan pengangkutan sampahnya sudah masuk ke tahap akhir sebelum pembukaan dua bulan lagi dan Harris masih kesulitan mendapatkan klien jadi jam kerjanya makin panjang, meliputi penyebaran proposal, mendekati calon klien potensial, dan presentasi.

Tapi sesibuk apa pun, sebenarnya Harris bisa pulang ke rumahnya lebih awal.

Selama ini, selepas bekerja, Harris selalu mampir ke kafe internet, atau outlet karaoke milik temannya, Melki. Dia menyewa satu ruangan karaoke atau satu booth internet lalu beristirahat di sana, dan baru pulang selewat tengah malam.

Dengan begitu, dia jadi tidak harus bertemu dengan Mia.

Hal itu sudah Harris lakukan sejak hari keempat Mia tinggal di rumahnya, setelah kondisi Mia jauh lebih membaik daripada ketika Mia pertama kali datang.

Empat hari pertama, Harris pulang ke rumah dengan normal, pukul lima sore. Mia biasanya sedang duduk-duduk di kursi teras belakang atau di sofa ruang tengah. Harris merasa aneh membiarkan Mia sendirian, jadi dia ikut menemani Mia.

Tapi rasanya sungguh berat.

Mia selalu punya bau tertentu, seperti bedak dan sabun. Kadang dia mengenakan daster katun terusan, kadang piama.

Tiap kali Mia bicara, Harris mendapati pandangannya terfokus ke bibir Mia dan pikirannya melayang ke mana-mana.

Orang mungkin melihat Harris dan Mia mengobrol berhadapan seperti orang normal, tapi semua itu terjadi karena kedisiplinan Harris dalam mengendalikan diri.

Puncaknya di hari keempat.

Mia sebenarnya masih punya cukup banyak baju ganti, tapi dia kehabisan piama dan yang tersisa hanya daster katun tipis atau rok. Hujan sudah turun dua hari berturut-turut, dan Mia yang merasa kedinginan bertanya pada Sari apakah Sari punya piama yang bisa dia pinjam.

Sari tak punya, karena Sari juga lebih suka pakai daster panjang kalau di rumah. 

Tapi Sari punya ide bagus dan menyuruh Mia menunggu sebentar. Sari memasuki kamar Harris dan keluar dengan salah satu kemeja lengan panjang milik anaknya, lalu memberikannya pada Mia untuk dipakai.

Sore itu, ketika Harris pulang ke rumah, dia mendapati Mia sedang duduk di meja makan, menggunakan kemeja lama miliknya, yang terlihat longgar di badan Mia. Mia menoleh ke arah Harris dan tersenyum malu, mengatakan sesuatu soal dia meminjam baju milik Harris.

Dari tempatnya berdiri, Harris bisa melihat tulang selangka Mia yang menonjol, dan tali branya yang mengintip dari celah leher kemeja.

Harris merasakan bagian bawah perutnya memanas dan celana yang dia kenakan menyempit. Kepalanya langsung pusing. 

Untungnya ada Sari di dapur, tak jauh dari tempat Mia duduk,sedang mencicipi makan malam yang dibuat ART mereka.

Untuk Budi sedang mengusap debu dari permukaan furnitur di ruang tengah. Kalau tidak, Harris mungkin sudah menubruk Mia. Atau menyeretnya ke kamar. Atau menariknya dari kursi dan mendorongnya ke tembok.

Luka SegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang