Johanna melangkah dan terus melangkah. Dia sendiri tidak tahu tujuannya, kakinya hanya terus ingin bergerak dan dia tidak dapat berhenti. Matanya sibuk menatap pemandangan yang begitu indah dan memanjakan. Aroma asri di sekitarnya membuat dia betah.
Kebun karet itu juga tidak menunjukkan keseraman sama sekali. Malah terlihat begitu indah dengan pohonnya yang berjejer. Beberapa pekerja masih melakukan pekerjaan mereka. Tampak tidak lelah dengan topi dan juga sesuatu yang mereka letakkan dipinggang. Johanna menatap mereka dengan langkahnya yang tidak berhenti.
Beberapa yang menemukannya segera menyapa dengan sopan dan bingung. Johanna membalas sapaan itu ramah.
Alam memang selalu indah dinikmati.
"Nona, jika kau berjalan lurus ke depan, ada sungai yang sangat indah. Kau harusnya bisa melihatnya, tapi ini sudah akan malam. Jangan sampai kau tersesat."
Johanna mendengar suara itu segera berbalik, menemukan seorang wanita yang tampak sudah berumur dengan rambut berubannya yang tidak tertutup topi. Dia ramah dan terlihat memiliki gurat tua yang akan membuat siapa pun tahu kalau dia sudah mencicipi asam garam kehidupan.
"Sebaiknya kau kembali dulu, Nona. Bahaya. Kau di penginapan yang mana?"
"Penginapan?"
Wajah wanita tua itu berkerut. "Kau tidak memiliki penginapan?"
"Tidak. Aku datang siang tadi dan segera melakukan pekerjaan, jadi tidak sempat memesan penginapan."
"Oh, begitu. Kalau kau tidak keberatan, baiknya ikut denganku dan tinggal di rumahku. Meski kecil tapi masih hangat dan ada kamar kosong untukmu."
Johanna menatap dengan enggan. Dia tidak suka berada di tempat asing, dia biasanya tidak akan bisa tidur. Tapi wajah tua itu membuat dia tidak nyaman langsung memberikan penolakan. "Aku—"
"Dia tidak ikut, dia bersamaku." Seseorang sudah mendekati Johanna. Menggandeng pinggang ramping gadis itu dan menariknya mendekat. "Apa yang kau lakukan di sini? Aku mencarimu."
Johanna mendongak dan menyikut kesal Leonard. "Kau yang menghilang. Aku mencarimu dan tidak menemukanmu. Di gedung itu sendiri, semua orang sudah pergi dan kau malah tidak kembali-kembali." Wajah itu cemberut tidak senang.
"Aku minta maaf. Aku yang salah."
Johanna hanya mendengus.
"Suamimu sudah menjemput rupanya. Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu kalian." Ibu itu bergerak pergi dengan senyuman lembutnya.
"Dia bukan—" Johanna yang sudah akan memberikan bantahan malah tidak dapat melakukannya karena ibu itu benar-benar meninggalkan mereka. "Dia salah paham," ucap Johanna akhirnya.
"Salah paham apa? Kau tunanganku, calon istriku. Cepat atau lambat akan menjadi istri. Bahkan menjadi tunanganku pun bisa disebut sebagai istri di sini. Jadi bukan salah paham."
Johanna memandang Leonard seksama. Berapa kali harus dia katakan kalau mereka mantan tunangan, sudah bukan tunangan lagi. Tapi menjelaskan pada Leonard hal semacam itu hanya akan membuat lelah sendiri. Apa yang ingin dipercayai pria itu, terserah saja. Johanna juga tidak akan mengatakan pada Leonard kalau dia berencana memutuskan pertunangan di makan malam keluarga yang biasanya diadakan sekali dalam sebulan.
"Ayo pergi, kau akan diam saja di sana?" tanya Leonard yang sudah berhenti karena melihat Johanna tidak menyusul.
Johanna berjalan di sisi Leonard. Dia menatap pria itu yang melangkah dengan pandangan jauh ke depan. Berjalan berdua dengan pemandangan indah di sisi kiri dan kana mereka, Johanna merasa bahagia. Paru-parunya terisi oleh kebahagiaan yang begitu meledak.
"Aku tidak ingin kau menghancurkan kebun ini, Leon."
Leonard yang mendengar segera menatap gadis manis dengan rok pendek itu. Dia sejak tadi terus menolak pesona tunangannya itu, tapi semakin ditolak, Johanna malah semakin berani menyelinap ke hatinya. Membawa rasa gerah yang mengganggu hingga menjadikannya bulir keringat menyakitkan di dadanya. "Kau tidak tega?" tanya Leonard memastikan.
"Sedikit. Tapi aku juga tahu kalau kau melakukannya demi kebaikan yang lebih besar."
Leonard mengangguk. "Tempat ini akan didirikan mall. Juga ada rumah sakit di sampingnya. Itu akan membuat beberapa orang yang membutuhkan perawatan, tidak perlu menyebrangi jembatan panjang itu. Aku bekerjsama dengan Kenneth. Dia akan menjadi investor utamanya. Kau tahu sendiri, dia begitu peduli kalau soal rumah sakit."
"Bagaimana keadaannya sekarang? Kenneth dan istrinya itu?"
"Baik. Akur. Bahagia. Mereka saling memiliki."
Johanna sudah lama tidak mendengar kabar mereka. Dan Johanna juga tahu kalau Kenneth pastinya bahagia. Bagaimana pun dia menikah dengan gadis yang tepat. Sosok yang bisa menerima seluruh kekurangannya dan mensyukuri seluruh kelebihannya.
Leonard mengadahkan tangannya ke depan. Menemukan beberapa tetes air hujan sudah tertampung di tangannya. Dan segera saja hujan itu jatuh lebih banyak. Membuat keduanya berpandangan dan Leonard segera meraih pergelangan Johanna dan membawanya pergi. Mereka melangkah melewati jalan setapak yang sudah langsung basah karena hujan tidak menyertakan gerimis di awal. Hujan langsung turun dengan sangat deras dan membuat keduanya segera basah kuyup.
Tapi Johanna sama sekali tidak keberatan. Dia malah tertawa dengan keras menyambut hujan yang terus turun menerpa tubuhnya. Gadis itu bahkan menatap Leonard yang sama basahnya. Rambut pria itu sudah turun menutup dahinya, memberikan pandangan lembut pada Johanna yang tersenyum ke arahnya.
Leonard menarik Johanna ke arah sebuah saung bambu yang sepertinya sengaja dibangun menjadi tempat peristirahatan. Mereka berdiri di sana dengan Leonard yang agak menunduk karena rumah bambu itu jelas dibangun bukan untuk tingginya.
Salahkan dia yang terlalu tinggi.
Leonard melepaskan jaket yang dia kenakan, menyampirkan jaket hitam itu di tubuh Johanna. Bahkan dia meraih tudung jaket dan menutup kepala Johanna dengan itu. Wajah Leonard tampak dipenuhi dengan kekhawatiran.
Johanna mendongak menatap pria itu.
***
Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di akuSampai jumpa mingdep 😘

YOU ARE READING
Sleep With Fiance (RAB)
RomanceSelama dua tahun dalam pertunangan sah. Sepuluh tahun mencintai dalam diam dan akhirnya Johanna hilang kesabaran. Pria itu tidak akan pernah membalas perasaannya. Harga dirinya sudah lama diinjak dan egonya sudah lama runtuh berserakan. Johanna tahu...