48

1.4K 123 5
                                        

Bahkan dengan entengnya pria itu mengangkat tangan dan menepuk kepala Hattie dengan lembut. Itu membuat Johanna tidak lagi dapat menahan dirinya. Masalahnya dia tidak mau terlihat begitu lenah dengan langsung mendorong dua tubuh itu berpisah. Dia tidak mau menunjukan pada Hattie hubungannya dengan Leonard memang serapuh itu. Hanya dengan menemukan prianya memeluk wanita lain, Johanna sudah kehilangan kesabaran dan kepercayaannya.

Jadi yang dilakukan Johanna adalah menghindarinya, gadis itu pergi dan melangkah menyusuri jalan setapak kecil. Dia kembali ke tempat di mana air terjun itu berada. Dia ingin menenangkan diri di sana. Waktu masih sore dan malam belum akan menjelang. Dia masih memiliki waktu sampai malam tiba.

Atau bahkan dia bisa bermalam saja di air terjun tersebut.

Sampai di air terjun, Johanan melepaskan sendal dan pakaian luarnya. Hanya menyisakan celana pendek setengah paha dan tanktop bersilang miliknya. Dia tidak dapat mengendalikan emosinya, jadi yang dia lakukan adalah menceburkan diri ke dalam air dan membiarkan tubuhnya jatuh tenggelam ke air itu. Dia butuh menenangkan diri dan air adalah media yang tepat.

Johanna merasakan seluruh pikiran dan kemarahannya redam oleh air yang tidak lagi memperdengarkan apa pun selain ketenangan. Dia merasa damai dan rasanya seperti menemukan tempat yang tepat. Air terjun yang jatuh di tempat jauh sana bahkan tidak lagi terdengar. Hanya ada ketenangan.

Dengan beningnya air, Johanna merasa dia bisa menghadapi segalanya sekarang. Tapi dia belum benar-benar kehabisan napas saat ada tangan yang meraih tubuhnya. Dia melawan dan berusaha lepas dari tangan yang mencengkram dan hendak membawnaya naik.

Dia menendang dan memukul sekuat tenaga tapi sosok itu malah berada di belakanganya. Membuat Johanna kehilangan jangkauannya dan segera dia berhasil dibawa naik dengan paksa.

Tiba di permukaan Johanna segera menarik diri lepas dari pria itu, menatapnya dengan kesal dan jelas terkejut saat tahu Leonard yang melakukannya.

"Apa yang kau lakukan!?" seru sekaligus tanya Johanna. Dia mengusap wajahnya untuk membuat pandangannya lebih baik.

Leonard mendekat, tapi Johanna menamparnya. Dengan keras. Bukan jenis tamparan kesal melainkan tamparan murka. Leonard memegang pipinya, merasa dia yang perlu marah tapi saat Johanna meludahkan amarah padanya, dia tidak mengerti sekaligus tidak menerima. Berpikir hanya karena dia mencegah gadis itu berenang di tempat berbahaya seperti ini, gadis itu murka?

Dengan kesal Leonard menarik leher Johanna, membawa tubuh itu mendekat dan memaksa menciumnya. Johanna menggigit dengan keras, tidak menahan kekuataannya sama sekali.

Bibir Leonard terluka tapi yang dilakukan pria itu hanya mengusap bibirnya dan kembali memaksakan ciumannya. Awalnya Johanna memukul dada pria itu sekeras yang dia bisa. Tapi saat lidah hangat itu menyusup ke dalam mulutnya, Johanna merasa lemah. Hati pengkhianatnya sudah menikmati itu semua dengan perasaan bahagia. Membawa Johanna murka pada segalanya.

Dengan kemurkaan pada dirinya sendiri dan kemurkaan pada apa yang dilihatnya beberapa waktu yang lalu, Johanna akhirnya membalasnya. Tangannya berada di rambut pria itu, dia menjambak rambut itu dengan kasar. Tapi jambakannya tidak membuat Leonard mundur, malah dengan sukacita pria itu semakin menikmati bagaimana bibir mereka saling menempel. Keduanya bertukar napas dan saling menghangatkan.

Panas tubuh keduanya menjadi satu. Dinginnya air tidak mengalahkan tubuh mereka yang membara. Apalagi saat tangan Leonard mulai mengusap ke dada gadis itu, menemukan Johanna tidak mengenakan bra dibalik kain tipis tanktopnya. Ibu jari Leonard mengusap gundukan kecil puting gadis itu, memberikan cubitan dengan kedua jarinya yang membuat Johanna melenguh nikmat.

Saat Leonard sudah akan menaikkan kain pakaiannya, Johanna dirambat kesadaran, dengan napas terengah dan bibir yang belum beranjak dari bibir pria itu, dia mulai bicara dengan terburu-buru, "ini terbuka. Orang akan melihat."

Leonard menyeringai. Dia menarik Johanna lebih ke tengah. Johanna awalnya berpikir Leonard akan membawa dia ke arah air terjun yang tenang itu. Tapi kemudian pria itu berbelok ke kanan. Ada batu besar di sana dengan warna kecokelatan yang tampak menjulang tinggi. Dibalik batu itu ada tempat yang cukup bagus dengan rumput hijau menghiasainya.

Leonard melempar Johanna ke sana. Membawa tubuh Johanna berbaring di atas rumput itu. Sebelum Johanna bereaksi, Leonard sudah lebih dulu naik ke atas tubuh gadis itu, melepaskan kemejanya, dia mengikat tangan Johanna dengan kemenya.

Johanna melotot. "Apa yang kau lakukan?" tanya Johanna dengan kalut. Tanpa bisa menggunakan tangannya, Johanna takut dia akan terjun bebas ke dalam pusaran gairahnya sendiri.

Seringai kejam Leonard menjawab segalanya. Gadis itu kecolongan dan si iblis akan mulai memamerkan keahliannya. Apalagi saat tangan Leonard sama sekali tidak menahan diri, dia meraih ujung kain baju Johanna, menariknya naik dan menemukan dua gundukan lembut yang basah kuyup oleh air.

Leonard menunduk, mencium gundukan itu pelan saja. Tapi saat pria itu menujuk ke puncaknya, dia memakai lidahnya, memainkan puncak merah mudah gadis itu dengan penuh semangat. Johanna mendongak, berusaha menahan desahannya yang nikmati. Apalagi saat pria itu memasukkan putingnya ke kehangatan mulutnya, memberikan gesekan pada puncak gadis itu dengan giginya yang keras.

Johanna merapatkan bibirnya, dia berusah melepaskan belitan tangannya. Tapi ikatan itu seperti ikatan mati. Tidak dapat dilepaskan dan tampak mustahil membebaskan diri.

Johanna mendesis merasakan tangan Leonard yang meraba ke bawah. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam celananya dan mulai mencari kehangatannya. Saat diaa menemukannya, Leonard dengan pasti memasukkan jarinya ke kehangatan itu. Menyentuh milik gadis itu yang mulai tidak terkendali dengan suaranya. Johanna tidak lagi ingat di mana dia berada. Dengan seluruh godaan yang diberikan mulut dan tangan pria itu, Johanna jatuh kalah.

Dia bisa merasakan tubuhnya perlahan ditelanjangi.

Sleep With Fiance (RAB)Where stories live. Discover now