Pemuda yang umurnya masih awal dua puluhan itu memberikan kain pada gadis manis yang tampaknya begitu rapuh tersebut. gadis itu jelas baru berusia enam belasan. Masih sangat muda dengan lingkar hitam di bawah matanya yang menandakan dia memiliki depresi jangka panjang.
"Tuan Acosta, Nyonya Acosta," sebut pemuda itu.
Johanna yang mendengar panggilan namanya, berusaha tidak menunjukkan kegirangannya. Meski sepertinya Leonard tahu kalau di dalam hatinya dia sudah loncat-loncat. Karena pegangan Leonard menguat, menandakan pria itu menyadarinya. Tapi karena Leonard tidak bisa mengatakan dengan gamblang untuk mengejeknya, maka Johanna dengan mudah bisa berpura-pura bodoh dan tidak mengerti.
"Ini adik saya, Nini," pemuda itu memperkenalkan. "Enam bulan yang lalu, Nini menjadi korban pemerkosaan brutal oleh enam anggota setan itu. Nini hamil dan kami terpaksa menggugurkan kandungannya. Karena kami jelas tidak mau Nini akan melahirkan anak setan-setan biadab itu. Nini depresi dan tidak pernah keluar dari kamar. Bahkan makan dan minum, kami harus memaksanya agar dia mau menelannya."
Nini menyeka airmatanya. Dia tampak linglung tapi juga teguh pada tegak berdirinya. Pandangannya memiliki sorot kelam. Tapi dalam detik yang sama ada api menyala di sana. Seolah api itu sanggup menghanguskan apa pun yang ada di depannya.
"Saat Nini mendengar soal calon istri anda diculik, Nini bersemangat. Karena Nini tahu, anda pasti akan membantu kami membalas dendam pada siapa pun yang mengusik keluarga anda. Meski sekarang kami semua tahu, wanita yang diambil bukan calon istri anda. Tapi anda tidak akan diam saja, Tuan Acosta. Nini percaya pada anda, pada ketulusan anda terhadap desa ini." Pemuda itu berkata dengan berkaca-kaca. Dia masih terlalu muda untuk menjadi kepala keluarga dan menjadi orang yang mengambil keputusan. Tapi di desa ini sepertinya memang tidak memandang umur harus sudah dengan angka tinggi. Selama kau memiliki tekad kuat, bahkan anak muda seperti sosok yang berdiri di depan mereka ini pun, sudah tampak seperti kepala keluarga.
Karena jelas ada satu pria yang lumayan berumur yang memandang keduanya dengan raut wajah sedih, pria itu mirip sekali dengan pemuda yang berdiri di depan mereka. Sepertinya dia ayahnya. Tapi pria tua itu tidak bersuara sama sekali. Dia menyerahkan seluruh keputusan pada anaknya.
Leonard sendiri menggaruk pelipisnya. Apa dia memiliki ketulusan seperti yang dikatakan pemuda itu? Rasanya agak berlebihan jika itu disebut dengan ketulusan. Dia hanya tidak suka ada yang mengangkat dagu di tempat di mana dia ada. Maka dari itu, siapa pun pemimpin kelompok, dia akan membasminya. Sampai ke akar-akar. Apalagi mereka juga mengusik Johanna, itu akan semakin membuat mereka tidak membiarkan.
Semua orang menunggu jawaban Leonard. Sementara Leonard memanggil Clive untuk mendekat. Clive berdiri rapat di sisi bosnya.
"Kau sudah menyelidiki semuanya dengan benar?"
Clive mengangguk. "Mereka hanya belasan orang. Tidak akan lebih dari itu. Kita menangkap enam orang dan siap membawa mereka kembali ke sini. Dan kita memiliki 20 orang untuk melawan. Seharusnya ini menjadi pertarungan yang tidak seimbang. Tentu saja kita berada dalam posisi menang."
Tentu saja, Leonard tidak akan pernah maju ke pertempuran tanpa memperhitungkan segalanya. Jika dia harus melawan sepuluh orang, maka dia akan menyediakan 30 orang sebagai bantuan.
Menatap pemuda-pemuda yang penuh harap itu, Leonard mendesah akhirnya. "Baiklah. Kalian ikut dengan kami. Lebih banyak, lebih baik."
Semua orang bersorak dengan riang. Semuanya mengangkat senjata tajam yang mereka bawa penuh kegembiraan.
Bahkan Nini untuk pertama kalinya menggoreskan senyuman di wajahnya. Membawa kecantikan polos itu kembali. Johanna yang melihatnya dan bertemu pandang dengannya segera memberikan senyuman dan anggukan. Nini tanpa berkata jelas mengucapkan terima kasih yang sangat besar.
Mereka semua kemudian berangkat dengan menggunakan mobil khusus yang bisa dipakai untuk masuk ke dalam hutan.
Sebelum mereka benar-benar masuk ke hutan, Leonard yang belum masuk ke mobil mengatakan pada semua orang yang menunggunya karena mereka bisa melihat Leonard hendak bicara.
"Aku akan menjanjikan satu hal pada kalian semua." Leonard memandang semua orang.
Mereka menunggu dalam keteguhan sikap mereka pada apa yang akan mereka lakukan ke depannya. Di mana Leonard sebagai pemimpinnya dan mereka akan mendengarkan.
"Selama kalian mengikuti apa yang aku katakan, maka kalian sendiri akan aman dari bahaya. Tapi bagi kalian yang bertindak sendiri dan keras kepala mengikuti kemauan kalian sendiri. Aku tidak akan membantu kalian, bahkan meski nyawa kalian sendiri menjadi taruhannya."
Semua orang saling menatap dan tidak berapa lama semua orang mengangguk dengan setuju. Mereka semua sepakat akan mengikuti perintah dan langkah Leonard. Bukankah memang itu artinya menjadikan Leonard pemimpin mereka?
Setelah yakin Leonard menyampaikan maksudnya dengan benar dan mereka semua mengerti, pria itu masuk kembali ke mobil dan segera meminta sopir berangkat. Semua orang sudah berada pada posisi mereka masing-masing.
Dan ternyata di tengah hutan itu ada sebuah gudang tua yang sudah lama ditinggalkan. Gudang itu luas dan memberikan pemandangan yang cukup mengerikan di bagian luarnya. Bukan karena gudang itu bisa saja berhantu, melainkan karena bangunannya yang sudah lapuk dan sepertinya gudang itu bisa roboh kapan saja. Pintu dengan warna berkarat yang ada di depannya juga tampak berbunyi hanya karena tiupan angin.
Yang keluar mendekati gudang itu hanya mobil Leonard. Dia menatap ke arah mobil lain di mana Johanna ada di mobil lain itu. Leonard datang bersama dengan Clive dan dua orang lain termasuk sopir. Tidak berapa lama seseorang keluar dari gudang tua itu dan menghampiri mereka dengan cengiran bahagia. Perawakannya yang ceking tampak membuatnya seperti kekurangan gizi.
Apalagi saat dia cengir, sama sekali tidak ada jejak keindahan dalam apa pun yang dia lakukan.

YOU ARE READING
Sleep With Fiance (RAB)
RomanceSelama dua tahun dalam pertunangan sah. Sepuluh tahun mencintai dalam diam dan akhirnya Johanna hilang kesabaran. Pria itu tidak akan pernah membalas perasaannya. Harga dirinya sudah lama diinjak dan egonya sudah lama runtuh berserakan. Johanna tahu...