9

2.9K 195 6
                                        

"Apa katamu?" Johanna yang sedang menikmati minuman blue shappire nya menatap Isaiah dengan tidak yakin. "Kau yakin dengan informasi yang kau dapatkan?"

"Margarita sendiri yang mengatakannya. Pagi ini LJ menerima dua tuntutan karena plagiat karya. Dan Margarita sebagai penanggung jawabnya akan berada di persidangan minggu depan. Yang saya dengar sendiri adalah pengadilan yang akan membuat Margarita melukis di depan banyak orang. Kalau sampai lukisannya tidak sama maka Margarita akan dianggap bersalah dan masuk penjara. Dia juga harus mengganti rugi milyaran."

Johanna tidak lagi berselera pada minumannya. Dia menekan pelipisnya dan memiliki satu-satunya pilihan yang sama sekali tidak ingin dia pilih. Pulang.

LJ sendiri adalah gedung yang dipakai sebagai tempat pameran yang dibangun oleh Johanna melalui tangan Margarita sebagai direklturnya. Di pameran itu hanya ada lukisan dari pelukis LJ. Semua orang menganggap pelukisnya Margarita. Tapi tidak banyak yang tahu kalau pelukis aslinya adalah Johanna. Tidak ada yang tahu gadis itu bisa melukis. Dia menyembunyikannya karena ayahnya tidak suka. Makanya dia selalu berada dibalik bayang-bayang. Selama ayahnya tidak mengendusnya maka tidak akan ada masalah.

Tapi kali ini masalahnya cukup besar. Plagiat karya bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Selain Johanna harus tampil dan meninggalkan persembunyiannya, ayahnya yang tahu putrinya melukis akan menjadi masalah fatal lain. Tidak ada yang membuat Johanna menginginkan keduanya.

"Nona?" Isaiah memanggil.

"Pesankan tiket. Kita kembali. Aku tidak mau Margarita berada dalam masalah. Dia membantuku selama ini jadi katakan padanya kalau aku akan membantunya."

"Baik, Nona. Saya akan memesan langsung."

Johanna mendesah. Dia hanya pergi satu bulan dan sekarang malah harus kembali. Takdirnya dengan Leonard sepertinya belum benar-benar terputus.

***

Johanna melepaskan kacamata hitamnya. Dia menatap Isaiah yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. "Tidak ada yang tahu aku kembali, kan?"

"Seharusnya tidak. Saya sudah mengeceknya."

"Bagus. Langsung ke LJ."

"Baik, Nona."

Mereka berkendara hampir satu jam dan tiba di gedung lima lantai itu. Johanna turun dari mobil dan melangkah dengan Isaiah di sisinya. Masuk ke lobi Johanna sudah disambut oleh Margarita yang mengulurkan kedua lengannya padanya. Senyuman hangatnya menyambutnya ceria.

Mereka berpelukan dengan erat, bahkan Margarita menepuk pelan pundaknya yang membuat Johanna semakin lebar dalam senyuman.

Pelukan terlerai, Johanna memandang penuh pada Margarita. "Lama tidak bertemu, kau semakin tua, Rita."

Margarita tersenyum dengan pahit. "Kau selalu pandai bersikap jujur. Membuat kesal orang lain seperti menjadi keahlianmu. Dan kau, bagaimana kau bisa mengenakan gaun yang penuh dengan bunga seperti itu dan masih terlihat menarik? Menyebalkan."

Johanna menatap gaunnya, dia berputar dua kali, memegang gaunnya dengan kedua tangan dan menunjukkan keindahan tubuhnya di mana gaun itu melekat sempurna. Menunjukkan lekukan indahnya. "Bukankah cantik?"

Margarita hanya mendengus. "Sudah, sekarang ke ruanganku. Kita perlu membicarakan hal penting pertama."

Johanna mengangguk mengerti. Dia mengikuti langkah Margarita yang membawanya ke lift. Mereka naik ke lantai tiga dan masuk ke ruangan direktur. Margarita sudah mempersilakan bos besarnya untuk duduk besarnya untuk duduk di sofa tunggal itu. Dia sendiri duduk di sofa panjang sementara Isaiah seperti biasa, berdiri di sudut.

Margarita menyerahkan dokumen dan beberapa laporan hasil plagiat yang dituduhkan.

Johanna mengambil kertas itu dan membukanya. Melihat gambar yang ada di depannya dan memang cukup mirip dengan lukisannya. Lukisan seorang perempuan yang yang menangis dengan gaun merah darahnya. Johanna cukup terkejut ada yang melukis sama sepertinya. Meski sama, Johanna dapat menemukan beberapa perbedaannya. Tidak ada kesedihan pada lukisan entah siapa pun yang melukisnya. Gambarnya menunjukkan keanggunan seorang perempuan. Tapi tidak ada duka atau lara pada pandangannya.

"Siapa nama pelukisnya?" tanya Johanna.

"Kau akan terkejut."

Johanna melirik Isaiah dan mendapatkan gelengan dari pria itu. Isaiah juga pastinya tidak akan tahu. "Siapa?" tidak banyak yang dapat mengejutkannya di dunia ini. Selain satu orang tentu saja. Dan itu membuat Johanna ketakutan.

"Leonard Michler Acosta."

Johanna terbatuk dengan keras, dia sampai memegang lehernya. Sepertinya ada yang tidak sengaja tertelan ke tenggorokannya. Wajahnya pucat menatap Margarita. Dia seharusnya salah mendengarnya. "Siapa katamu?"

"Kau mendengarnya. Aku tidak salah menyebutkannya dan kau tidak salah mendengarnya."

"Katakan lagi, aku hanya perlu memastikan."

Margarita mendesah. Dia hampir tertawa di antara terpaan masalah. "Leonard Michler Acosta."

Dan Johanna merasa tidak berdaya juga tidak percaya. "Dia benar-benar Leonard? Maksudku, kenapa dia bisa melukis? Kapan dia melukis? Dia tidak pernah menyukai cat, dia benci kotor dan dia ... bagaimana dia bisa?"

Margarita mengangkat bahunya dengan sama tidak tahunya. "Dia mengklaim kalau dialah yang melukis lebih awal. Dan sepertinya nama besarnya membuat semua orang percaya. Dibandingkan hanya namaku yang memiliki LJ. Mereka akan lebih percaya pada pria yang memiliki hampir lusinan hotel seperti Leonard. Jadi aku bukan masalah baginya. Menghancurkan aku akan mudah."

"Siapa yang mengusulkan untuk melukis di depan hakim?"

"Pihaknya."

"Bajingan itu, dia benar-benar memiliki cara untuk membuat aku kembali."

"Menurutmu, dia melakukannya untuk membuatmu kembali?"

Johanan bangun, menepuk pundak Margarita. "Cari pengkhianatnya, ada yang membocorkan kalau aku adalah LJ."

Margarita mengangguk mengerti.

Sleep With Fiance (RAB)Where stories live. Discover now