"Isaiah?"
Isaiah segera mendekat, mendapati nonanya yang sejak tadi diam dan sibuk dengan pemikirannya sendiri akhirnya mau bicara dengannya. Tampaknya sesuatu yang tidak menyenangkan telah terjadi pada nonanya, itu yang membuat gadis itu menyendiri di halaman belakang. Kalau saja Isaiah bukan pengawal pribadinya yang keberadaannya tidak dapat diendus, maka Johanna pasti juga akan mengusirnya.
Leonard juga pergi dengan wajah datar tidak menunjukkan apa pun. Bahkan kemarahan juga tidak.
"Ya, Nona?"
"Selidiki semua pemasukan dan pengeluaran dari keluarga Stewart. Bukan hanya sekedar milik anaknya, aku mau kau menemukan bangkai pada tiang yang menyangga keluarga itu dan bisa membuat mereka bisa berdiri sampai sekarang menjadi keluarga terpandang. Jika kau menemukan bangkai busuknya maka pakai itu untuk menghancurkan mereka."
"Menghancurkan, Nona?"
"Kau mendengarku."
"Bagaimana dengan tuan Acosta. Dia tidak akan membiarkannya."
"Justru karena dia tidak akan membiarkannya. Ini akan menjadi pertarungan sengit dan bahkan mungkin pertarungan berdarah. Jadi lakukan dengan benar, aku tidak mau kalah."
"Laksanakan, Nona. Malam ini saya akan menyerahkan semuanya pada anda."
Johanna mendesah dan memberikan anggukan. Dia mengibaskan tangannya yang bercat merah itu kemudian. Membawa langkah Isaiah meninggalkannya dan kembali Johanna sibuk dengan kesendiriannya yang sama sekali tidak sepi. Karena otaknya seperti memiliki pasar pribadi sekarang, begitu ribut dan dipenuhi dengan kerumitan.
Saat dia masih sibuk dengan keributan itu, suara datang dari arah belakangnya. Beruapa deheman seorang wanita. Tentu adalah tamu tanpa undangan, karena hari ini dia tidak sedang menunggu siapa pun.
"Sudah kukatakan, Isa. Tamu tidak diizinkan," Johanna mengatakannya tanpa menatap siapa pun yang tengah berdiri di belakangnya.
"Nona?"
Suara itu membawa Johanna berbalik, meredam suara dalam kepalanya dan menatap perempuan yang dikenalnya sebagai asisten dari seorang Earl Peterson, pria yang beberapa kali pernah membantunya. "Kau ada di sini? Earl memintamu datang?"
"Ya, Nona. Bos ingin anda datang ke tempatnya. Sekarang juga."
"Ada apa? Apa ada masalah?"
"Kolaborasi majalah dan lukisan yang berhubungan dengan anda, yang anda sendiri memintanya, ada sedikit masalah."
"Masalah? Beberapa minggu yang lalu Earl mengatakan kalau tidak ada masalah. Segalanya berjalan sesuai dengan kemauan kami. Kenapa sekarang? Apa ada hubungannya dengan plagiat?"
"Seharusnya ada, Nona."
Johanna benar-benar dikutuk. Leonard selalu ada dalam setiap langkah keberhasilannya. Pria itu seolah menjadi penghadang langkahnya dan tidak memberikannya pilihan selain menghadapinya.
"Aku akan mengganti pakaian. Kau tunggu aku."
"Baik, Nona."
Johanna naik ke lantai kamarnya. Dia bergerak dengan cepat, mengenakan rok setengah paha. Kemudian pakaian yang bisa dikatakan cukup terbuka untuk ukuran Johanna yang selama ini selalu memakai pakaian tertutup. Rambutnya juga diikat tinggi yang memperlihatkan leher dan bahu terbuka yang mempesona, memoles sedikit make up di wajahnya memberikan kehdiupan cerah padanya. Setelahnya dia turun dan menemukan Isaiah yang sedang sibuk dengan komputernya.
"Nona, anda akan pergi?"
"Ke tempat Earl. Kau lakukan saja apa yang harus kau lakukan."
"Saya bisa menemani anda. Sambil mencari apa yang memang ingin anda temukan. Saya bisa melakukan keduanya." Isaiah sudah berdiri. Selama ini Johanna tidak pernah meninggalkannya. Dalam setiap jejak langkah Johanna pria itu selalu ada.
"Tidak, Isa. Lakukan yang harus kau lakukan. Aku bisa pergi sendiri. Aku sudah bukan gadis lemah yang membutuhkan perlindungkanmu. Aku bisa berdiri tegak pada kedua kakiku sendiri dan tentu saja menyingkirkan benalu yang tidak dibutuhkan dalam hidupku ini."
"Anda yakin?"
"Sangat yakin. Aku pergi." Gadis itu melambai dengan tas kecil yang ada dalam genggamannya. Dia kemudian melangkah meninggalkan Isaiah yang menatap dalam padanya.
Johanna bertemu dengan asisten Earl. "Aku berkendara sendiri."
Asisten itu mengangguk dan masuk ke mobil. Dia menjadi penunjuk jalannya. Karena mereka akan ke tempat yang tidak pernah didatangi Johanna sebelumnya.
Berkendara selama setengah jam, Johanna berhenti. Dia menatap gedung dua lantai itu dengan seksama. Di sekitar gedung ada pohon karet yang berjejer dengan rapi. Aroma karet langsung menyerbu hidungnya saat dia baru saja turun. Melepaskan kacamata gelapnya, Johanna segera didatangi oleh Earl. Pria dengan rambut yang selalu rapi itu memeluknya. Pelukan yang cukup erat seolah mereka tidak bertemu hampir sepuluh tahun lamanya.
Johanna yang tidak menyukai kontak fisik dengan orang lain segera mendorong Earl menjauh. Earl sudah lama mengenalnya, jadi tahu kebiasaan itu. Dia hanya suka mencuri kesempatan karena perasaan Johanna tidak akan pernah dia miliki jadi hanya kedekatan melalui pekerjaan dan seorang teman yang bisa dilakukannya.
"Kau membuatku gerah," ungkap Johanna yang sudah berhasil kabur dari belitan tangan itu.
Earl menatap Johanna. Dia seperti merasa ada yang salah dengan penampilan Johanna. Gadis lugu nan sopan itu sudah hilang dari dirinya. Yang berdiri di depannya saat ini malah seperti gadis yang siap mengatakan pada dunia, kalau kau tidak memilikinya maka kau akan menyesalinya sampai ke kematianmu.
"Kau ... berbeda?"
Johanna menatap dirinya. "Sungguh?"
Earl menatap coba meyakinkan apa yang dilihatnya dan dia mengangguk seolah terhopnotis pada kecantikan ilahi tersebut. "Aku suka yang ini. Lebih bagus dan lebih natural. Lebih cocok denganmu. Dari pada gadis yang dulu, yang ini lebih berhak membuat aku mengguncang dunia untuk mendapatkannya."
Johanna menepuk pipi Earl beberapa kali. Dengan agak keras.
***
Ready Ebook di playstore
Bisa beli pdf di aku
Tamat di karyakarsaSampai jumpa mingdep 😘

YOU ARE READING
Sleep With Fiance (RAB)
RomanceSelama dua tahun dalam pertunangan sah. Sepuluh tahun mencintai dalam diam dan akhirnya Johanna hilang kesabaran. Pria itu tidak akan pernah membalas perasaannya. Harga dirinya sudah lama diinjak dan egonya sudah lama runtuh berserakan. Johanna tahu...