1

4.7K 231 2
                                        

Gadis itu menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Dia menurunkan kacanya, membiarkan angin malam menerpa wajah lembut yang diberikan make up tipis. Kulit itu tampak lembut terterpa sinar lampu jalanan. Kedamaian tampak dinikmatinya dengan mobil yang bergerak pelan. Dia hampir bisa menemukan kedamaiannya sampai sebuah suara membawa kejengkelan dalam perasaannya.

"Jangan melakukan sesuatu yang akan membuat kau mendapatkan masalah di sana," ucap seorang pria yang duduk di sebelahnya gadis tersebut.

Gadis itu melirik, menatap sebentar dan kemudian sibuk lagi dengan angin malam. "Aku tidak akan melakukannya."

"Kau selalu mengatakan seperti itu, dan pada akhirnya kau juga yang membuat masalah."

"Aku tidak membuat masalah kalau orang lain tidak melakukannya," timpal Johanna dengan enggan. Tidak ingin menjelaskan tapi bajingan yang adalah tunangannya itu selalu terus bicara jika dia tidak menjawabnya. Seolah semua suaranya harus diberikan tanggapan.

Pria itu, Leonard, menatap dengan dingin dan kemudian mengalihkan pandangannya. Tidak mau lagi bicara dengan gadis lemah di hadapannya. Dia lebih suka menghadapi ponselnya sekarang. Itu lebih mudah diatasi dari pada gadis yang begitu mudah menangis seperti tunangannya tersebut.

Mobil berhenti beberapa saat setelahnya. Leonard turun lebih dulu dan memutar langkah ke arah sisi pintu di mana Johanna berada. Seperti biasa, dia menjadi pria yang begitu lembut dan perhatian di depan banyak mata. Tidak pernah ingin mencoreng nama baiknya saat dia memperlakukan tunangannya dengan manis.

Dia sudah dikenal dengan pria lembut yang hanya setia pada satu perempuan. Jadi dia terus berperan dalam hal itu. Dan Johanna menikmatinya, tapi saat mereka berdua, segalanya tidak pernah sama. Leonard akan menjadi bajingan egois yang hobi utamanya adalah menyakiti gadis yang dipilihkan orangtuanya untuknya.

Selama Johanna menderita, maka dia akan bahagia.

Leonard mengulurkan tangannya. Pandangannya jatuh melembut yang akan membuat siapa pun yang melihatnya akan luluh oleh pandangan itu.

Pelan Johanna menurunkan kakinya, menunjukkan kaki jenjang setelah belahan gaunnya terbuka karena gerakannya. Dia meraih tangan Leonard dan menggenggamnya dengan erat. Keluar dari mobil, gaun merah muda yang membungkus rapat tubuhnya memberikan kesan muda padanya. Selalu kekanakan dengan mata besar yang menunjukkan antusias.

Berdiri di sisi Leonard, Johanna menemukan semua pandangan iri terarah padanya. Tapi Johanna sendiri tahu kalau hari ini segalanya tidak akan pernah berjalan dengan lancar. Selama keluarga Stewart itu ada, semuanya tidak pernah menjadi kata lancar.

"Ada apa?" Leonard bertanya. Saat menemukan Johanna tampak sibuk memikirkan sesuatu.

Johanna menggeleng. "Jalan saja."

Leonard melangkah dan Johanna mengikutinya. Mereka menjadi objek pandang semua orang, keduanya memiliki aura yang tidak dapat diabaikan mata. Dan keduanya jelas sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak ada yang terganggu sama sekali meski banyak mata menatap mereka berdua. Keduanya sibuk dengan dunia mereka sendiri. Sibuk memberikan pandangan iri ke depan semuanya.

Mereka masuk ke aula di mana pesta dilaksanakan. Leonard segera melepaskan tangannya saat dia menemukan beberapa temannya melambai ke arahnya.

"Urus semuanya sendiri. Aku akan menemui teman." Leonard melangkah pergi.

Johanna kehilangan pegangannya, itu membuat dia melengos dan melangkah ke arah meja bundar di dekatnya. Dia berdiri di depan meja itu dan meraih satu gelas minuman. Memainkan gelasnya dengan pandangan miring menatap cairan merah di dalamnya.

Beberapa orang sudah berkumpul dengan temannya. Hanya dia yang sendiri. Tidak mudah memang menjalin pertemanan dan Johanna mengerti itu. Dia juga tidak membutuhkannya. Dia menikmati waktunya sendiri.

Tapi jelas, bahkan menikmati waktu sendiri juga tidak akan membuat siapa pun yang membencinya membiarkannya.

Seseorang datang dan berdiri di depannya, terhalang meja bundar itu, wanita itu menatapnya dengan keangkuhan. Sekali lihat saja sudah tahu kalau wanita itu datang untuk membuat masalah.

Johanna yang sedang memainkan gelasnya segera melirik ke segala arah. Mencari keberadaan Leonard. Bukan untuk bantuan melainkan kepastian, bahwa pria itu tidak sedang memperhatikan. Karena bantuan dari Leonard jelas tidak akan pernah dia. Dia juga tidak mengharapkannya.

Dan sesuai dugaannya, bajingan itu memperhatikan. Itu membuat dia tidak bisa bertindak dengan benar. Hanya bisa menjadi gadis lemah yang menyedihkan.

Johanna menatap pada wanita di depannya. Dia tersenyum dengan manis. Seolah madu bisa mengalahkan senyuman itu. "Ms. Stewart?"

"Apa kau menikmati bersama dengan kekasih kakakku?" tanya wanita itu. Selalu blak-blakan. Dalam menghadapi Johanna, wanita itu memang tidak akan pernah menutup sifatnya yang sebenarnya. Dalam setiap kesempatan karena tahu Johanna tidak akan bisa melawannya. "Kau hanya wanita yang tidak diinginkan, tapi terus bersikap seolah kau memilikinya."

"Apa yang kau katakan, Ms. Stewart? Aku tidak mengerti."

"Tidak mengerti? Apa kau tahu kenapa setiap malam Leonard akan menghabiskan waktunya di balkon?"

Wajah Johanna berkerut. Dia tidak pernah mendengarnya. Dia tidak pernah bermalam di tempat Leonard, tidak pernah ada saat pria itu harus terus berdiri lama di balkon. Kenapa malah wanita yang ada di depannya ini yang lebih tahu?

"Itu karena Leonard selalu bersama dengan kakakku di sana. Untuk mengenang wanita yang dicintainya, yang telah tiada, Leonard hanya akan meninggalkan balkon setelah dini hari. Apa kau mengetahuinya?"

Johanna menatap dengan berkaca-kaca. Dia hampir menangis. "Dia melakukannya?"

"Tentu dia melakukannya. Kau hanya wanita yang tidak diinginkan, jadi mana mungki kau tahu."

Sleep With Fiance (RAB)Where stories live. Discover now