46

1.5K 139 3
                                        

"Turunkan aku," pinta Johanna menatap ke depan sana. Bibirnya terbuka dan tidak ada ungkapan yang cocok untuk apa yang dilihatnya saat ini.

Semua orang jelas memperhatikannya, memperlihatkan pada dirinya keindahan air terjun yang ada di depan sana. Airnya begitu jernih dengan warna biru terang. Kontras dengan tahan yang ada di sekitarnya yang berwarna merah.

Lalu ada jembatan yang terbuka dari kayu di sekitarnya. Johanna segera berlari saat Leonard menurunkannya.

"Hati-hati!" seru Leonard yang melihat gadis itu bahkan tidak melihat ke mana kakinya melangkah. Dia asal melangkah saja karena terpukau.

Beberapa gadis mengikuti Johanna, mereka menunjukkan beberapa area pada Johanna dengan nada penuh pamer di keindahan tersebut. Tapi Johanna tahu, mereka pantas untuk memamerkannya karena tempat ini memang menjanjikan sesuatu yang begitu eksotis dan menenangkan. Bahkan Johanna saja tidak bisa menolak pesona pemandangan di depan matanya.

Johanna menurunkan kakinya setelah duduk di jembatan itu. Membawa sepatunya berendam di air dan kemudian dia mulai bercengkrama dengan para gadis itu. Mereka menceritakan banyak hal tentang desa ini. Mulai dari mereka kecil dan apa saja yang mereka alami di tempat ini.

Hanya tinggal beberapa meter dari air terjun ini, mereka akan tiba di desa mereka. Saat Johanna mencari keberadaan Leonard, tampak pria itu sedang duduk di saung yang memiliki kursi. Beberapa minuman dan makanan hangat tersuguh di depannya, entah di mana mereka mendapatkannya hanya untuk diberikan pada pria dingin itu.

Leonard hanya akan hangat padanya. Bahkan gadis-gadis desa itu mengakuinya. Siapa pun yang bertemu pandang dengan mata tajam itu akan mendapati dirinya seperti tertusuk kenyataan. Kalau tidak akan pernah ada yang berhasil mendekati pria itu tanpa terluka.

Johanna mendesah mendengarnya, ingin mengatakan pada mereka kalau dia dulu juga dipenuhi dengan luka sampai bisa berada di posisinya saat ini. Tapi Johanna sama sekali tidak merasa buruk, dia senang perjuangannya tidak sia-sia. Dia senang tidak berhenti di tengah jalan. Karena pada akhirnya, apa yang dia perjuangkan sepadan dengan apa yang dia terima.

Suara mobil menderu datang dari arah jalan yang begitu sempit. Semua mata menatap ke arah mobil itu dan melihat siapa yang memakai mobil mewah seperti itu di jalanan yang tidak seharusnya dilalui oleh mobil. Apalagi mobil mewah yang akan segera menjadi mobil rongsokan saat kau membawanya kembali.

Johanna dan gadis-gadis lain memperhatikan seksama ke arah mobil itu. Menunggu siapa yang dengan berani melakukannya.

Saat Johanna menatap siapa yang keluar dari mobil, dia hanya bisa menemukan pandangan tidak senangnya. Wajah wanita yang tidak akan pernah membuatnya bahagia ada di sana. Dengan lensa pekat yang dia gunakannya, Johanna masih mengenalinya. Apalagi suara sumbangnya yang segera menyapa Leonard di kejauhan.

"Leon!" serunya dengan senyuman lebar yang memperlihatkan deretan gigi yang tidak rapi di bagian sisi kanannya. "Aku menemukanmu akhirnya. Ah, kami menemukanmu."

Wanita itu, Hattie, si adik dari mantan kekasih Leonard yang sudah mati datang mendekati Leonard yang jelas tidak antusias menatapnya.

Dia segera meraih lengan Leonard dan memegangnya, hampir ingin memeluknya saat Leonard menarik lengannya kasar. "Apa yang kau lakukan?" tanya pria itu dengan dingin. "Bukankah sudah kukatakan untuk tidak menyentuhku?" suara pria itu dingin mengalahkan samudera yang dilanda badai salju.

Semua orang menatap wanita itu sama tidak senangnya. Karena mereka tidak menemukan Leonard menyambut wanita itu. Dan juga wanita itu jelas mengabaikan ada Johanna yang berada di sekitar dan malah sibuk menggoda dengan hanya menggukan tanktopnya dan belahan dada yang rendah mengundang semua pria ingin melihat apa yang ada dibaliknya.

Leonard berdiri, menatap ke arah Johanna yang juga sudah berdiri. Gadis itu melingkarkan tangannya di depan tubuh, memberikan pertanyaan lewat pandangannya saat Leonard sendiri memberikan gerakan kalau dia tidak ingin disalahkan karena dia tidak tahu apa-apa.

Dan ternyata Hattie tidak datang sendiri. Orang lain baru saja mengumandangkan kedatangannya. Siapa lagi kalau bukan kepala keluarga Stewart. Ayah dari Rachel dan Hattie. Tampak pria itu melebarkan mulutnya dalam tawa yang sama sekali tidak memiliki lelucon dibaliknya.

"Leon, apa kabar? Kau sudah lama tidak datang ke tempatku, jadi aku mendengar kau ada di sekitar sini dan informasi itu sangat akurat. Kami menemukanmu." Pria tua dengan uban yang ada di bagian depan rambutnya itu tampak bicara seolah mereka sangat akrab.

Leonard menatap seksama pria tua itu. "Apa yang kau perlukan dan apa yang kau butuhkan padaku sampai kau datang ke sini, Tuan Stewart?"

"Jangan terlalu formal. Bagaimana pun, dulu kita hampir menjadi keluarga."

Leonard tersenyum dengan sinis. "Hampir? Bahkan mendekati saja tidak."

Wajah pria tua itu tidak menunjukkan kelegaan yang sama seperti saat dia baru datang dan menemukan Leonard. Seolah dia sadar ada yang berubah di tindakan Leonard dalam berinteraksi dengannya. "Kau menyinggung perasaan pria tua ini."

"Kalau tersinggung, sebaiknya kau kembali. Aku tidak sedang ingin membuat calon istriku salah paham atas kedatangan kalian. Aku akan menjelaskan semuanya di depan umum. Untuk menegaskan soal hubungan kita di masalalu."

Pria tua itu menatap ke arah Johanna. Gadis itu memberikan lambaian mengejek padanya yang membuat si tua itu hanya mengepalkan tangannya dengan kesal.

"Bukankah dia membatalkan pertunangan kalian?" tanya Hattie menunjuk ke arah Johanna dengan dagu terangkat tinggi. "Jangan berpura-pura kalau kalian masih baik-baik saja. Kami sudah tahu semuanya. Entah apa yang kau perbuat dengan bersandiwara masih bersamanya, tapi Leon, ayah dan ibumu sudah mengatakan kalau kalian berpisah."

Leonard menyeringai. Dia berjalan. Mendekat ke arah Johanna dan meraih leher gadis itu. Membawanya ke arahnya lalu mencium bibirnya. Tanpa ada kesopanan sama sekali.

Sleep With Fiance (RAB)Where stories live. Discover now