26

2.5K 172 5
                                        

Leonard benar-benar tidak mempercayainya, dia sungguh ingin mengingkarinya. Bahkan dia ingin menipu dirinya, tapi merasakan bagaimana tubuh Johanna benar-benar tidak memiliki penolakan sama sekali dan tidak adanya penghalang, itu membuat dia tahu kalau Johanna memang pernah melakukannya.

Tergelapkan mata, Leonard akhirnya menyetubuhi gadis itu dengan kasar dan brutal. Memberikan lebih banyak hentakan dan tidak ada lagi kelembutan antara mereka.

Napas Johanna terengah merasakan sakit yang luar biasa saat tubuh Leonard terus menghentak panas tubuhnya. Pria itu seperti memberikan hukuman. Seolah menjanjikan neraka pada penyatuan mereka dan Johanan tahu kalau dia memang berhak mendapatkannya. Dialah yang mengatakan pada Leonard soal tidak lagi perawan, dia yang menjatuhkan bom ke depan pria itu. Jadi Johanna bahkan tidak ingin merasa terganggu dengan perlakukan Leonard, apa yang pria itu lakukan, Johanna menerimanya.

Bahkan saat Leonard hampir jatuh ke ambang batas kegilaannya, Johanna malah berbalik dan merengkuh Leonard, membawa tubuhnya bangun dan dia duduk di pangkuan pria itu. Mereka masih berada dalam penyatuan saat Johanna bergerak di atas paha itu dengan kuat.

Payudaranya bergerak naik turun menciptakan ritme indah yang seirama dengan suara tubuh mereka yang bertubrukan.

Napas Johanna menjadi lebih keras saat Leonard menghisap puting, memainkan puncaknya dan meremas pinggangnya. Mereka bergerak seirama dengan napas yang sama. Saat Johanna hendak mencium bibir pria itu, Leonard mengalihkan pandangan. Dalam gerakan itu pandangan mereka bertemu, membawa Johanna tahu kalau Leonard tidak menerima dia pernah disentuh pria lain.

Tidak masalah, Johanna tidak akan membuatnya menjadi sulit. Toh mereka tidak akan pernah melanjutkan pertunangan. Tekad Johanna bulat untuk mengakhiri hubungan mereka. Meski perasaannya masih tapi kebenciannya pada Leonard juga tidak memudar. Itu makanya Johanna tidak menjelaskan siapa pria pertama yang menyentuhnya. Kesalahpahaman ini, Johanna dapat menerimanya dengan baik.

Tubuh Johanna bergetar, dia merasakan sensasi mencapai puncak dengan cara yang luar biasa. Tidak lama Leonard menyusulnya, memegang pinggangnya, pria itu hampir mematahkan tulang pinggangnya.

Napas itu kemudian memelan dan terus memelan hingga menjadi normal. Rasa panas di tubuh bagian bawahnya sudah berkurang, Johanna merasakan milik Leonard juga sudah agak longgar, jadi dia menarik diri dan melespaskan milik Leonard yang tertancap di kehangatannya.

Johanna mendesah, dia merapikan diri dan memperbaiki sedikit penampilannya. Dia melirik sebentar pada Leonard. Melihat pria itu sudah menarik satu kakinya ke arah perut sementara satu lagi diam terlentang. Wajah itu tampak muram.

Johanna mengenakan bra dan pakaiannya. Di luar hujan sudah reda, Johanna bahkan tidak menyadarinya sampai beberapa saat tadi. Dia memeriksa jam tangannya yang menunjukkan sudah pukul delapan malam. Mereka menghabiskan cukup banyak waktu hanya untuk mencapai puncak.

"Kau marah?" tanya Johanna yang sudah mengenakan seluruh pakaiannya. Roknya bahkan sudah terpasang, dan kain basah itu kembali membuat tubuhnya menggigil. Tapi kali ini Johanna tahu, Leonard tidak akan cukup peduli untuk menghangatkannya. Jadi dia harus menahannya sebentar.

"Siapa pria itu?"

"Hm?"

"Yang menidurimu. Siapa?" nada itu dingin mencekik.

"Seorang bajingan."

"Bajingan?"

"Ya. Dia memaksaku. Aku menolaknya dan dia memperkosaku. Mungkin setengah memperkosa. Karena akhirnya aku menikmatinya. Tapi awalnya dia memang memaksaku, bahkan hampir melukai tanganku. Dia hampir mematahkannya." Johanna memegang pergelangannya, memberikan pernyataan lengkap di mana pria itu hampir mematahkannya.

Leonard mengepalkan tangannya. "Katakan siapa, aku akan membunuhnya."

"Kau tidak mengenalnya."

"Masa bodoh! Katakan saja siapa dan aku akan mencarinya, sampai ke ujung bumi sekali pun, aku akan menemukannya. Aku akan membuat dia menyesali perbuatannya."

"Aku tidak mengenalnya."

"Kau bercanda? Kau tidak mengenal dan kalian melakukan ...." Leonard bahkan tidak dapat mengatakannya. Dia terlalu terkejut. Terpukul dan sepertinya dia kehilangan banyak pikirannya di detik yang sama.

"Malam itu gelap. Hanya ada sedikit lampu. Dan segalanya tidak tampak jelas. Paginya aku sudah meninggalkannya tanpa mau menatapnya, aku membencinya jadi buat apa aku melihatnya. Aku tidak mengenalnya kau juga tidak."

Leonard bangun dan meninju ke arah dinding saung bambu itu, melubangi di beberapa tempat dan dengan napas memburu dia menatap ke arah Johanna yang sedang duduk nyaman di tempatnya. Bahkan emosi tidak mempengaruhi gadis itu. Seolah segala emosi yang dia tunjukkan sudah lama tertelan ke dalam kepalanya.

Menarik semua pakaiannya, Leonard akhirnya mengenakannya. Dia menatap pada Johanna setelah memasang semua pakaian itu di tubuhnya. Pandangannya benar-benar tajam dan dingin.

"Aku akan mencarinya dan aku akan membawa mayatnya ke depanmu. Aku akan membuat dia tahu bagaimana rasanya penyesalan setelah menyentuh orang yang harusnya tidak dia sentuh."

Johanna mendesah, dia merapikan rambutnya. "Aku melakukannya dengan orang lain dan kau melakukannya dengan orang lain. Kenapa kau begitu berlebihan. Bukankah kita sama saja?"

"Kau menyodorkan wanita itu ke depanku. Kau membiusku. Jangan katakan kalau kau melupakannya?"

Johanna mengerut. "Bagaimana dengan mantan kekasihmu? Jangan katakan kau menjadi patung setiap bersamanya? Dan kau akan mengatakan tidak menyentuhnya? Omong kosong."

"Kekasih? Dengar yang kau katakan, siapa kekasihku?"

"Rachel. Manusia lemah yang tidak bisa tertiup angin lalu jatuh sakit itu? Apa kau lupa? Otakmu ditutupi oleh kebencian hingga kau melupakannya?"

"Dia bukan kekasihku. Bahkan mendekati saja tidak."

"Bukan kekasih?" Johanna kali ini tertarik.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Sleep With Fiance (RAB)Where stories live. Discover now