"Kalau kau mau. Aku bisa membantu. Mari bekerjasama?" Leonard mengulurkan tangan dengan tertarik, jelas menghancurkan keluarga Stewart juga menjadi keinginannya. Jika dia bisa melakukannya dengan Johanna, itu akan seperti melemparkan dua burung dengan satu batu. Mengungungkannya.
Bukannya menjabat tangan pria itu, Johanna malah berjinjit dan segera menempelkan bibirnya di bibir Leonard. Hanya kecupan sekilas. Tapi sanggup menciptakan desir di dada keduanya.
Leonard sudah akan menarik Johanna kembali ke depannya, memberikan ciuman lebih brutal pada gadis itu. Tapi suara langkah yang mendekat, yang didengar oleh mereka berdua, segera membuat Johanna menjarakkan diri darinya.
Pandangan Johanna mengarah ke Clive yang datang.
Sedangkan Leonard hanya memberikan pandangan kesal pada asistennya yang sungguh sepertinya sedang menjadi musuh baginya. Karena Clive selalu datang di saat yang tidak tepat. Dia sungguh harus membuat perhitungan dengan asisten tersebut. Mungkin membuat dia sedikit belajar dari Isaiah akan membuat Clive lebih peka pada apa yang ada di depannya.
"Penculiknya kembali menghubungi, Bos? Apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya datang ke sana membawa beberapa orang untuk menghancurkan mereka? Atau kita tetap akan diam dan tidak melakukan apa pun?"
Leonard menatap Johanna. Anggukan diberikan gadis itu.
"Tentu saja kita harus menemuimua. Lebih tepatnya, aku harus menemuinya. Aku sendiri mau melihat seperti apa penampilan mereka yang berani mengusik di wilayahku."
"Aku akan ikut denganmu," timpal Johanna.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Bagaimana kalau kau terluka? Jika kau di sana, aku akan khawatir dan membuat aku tidak fokus dalam memberantas para cunguk itu. Lebih baik kau diam di sini dan menungguku." Leonard mengusap lengan Johanna beberapa kali. Memberikan ketenangan pada gadis itu karena dia tahu, Johanna bukan tipe yang hanya akan diam menunggu.
"Isa akan bersamaku. Dia akan menjagaku."
Isaiah yang dipanggil namanya, yang sejak tadi hanya berdiri di jarak aman segera datang menghadap. "Saya akan menjaga nona dengan nyawa saya, Tuan Acosta."
Leonard melirik Isaiah, kemudian menatap Johanna. Gadis itu memberikannya anggukan teguh. Pada matanya, Leonard menemukan kalau tidak akan ada yang dapat menghalanginya.
Dan saat ini mereka berada di posisi yang sama. Melarang Johanna malah bisa membuat gadis itu melakukan tindakan yang lebih berani dan membahayakannya. Dari pada membuat Johanna jauh darinya, lebih baik merangkulnya dan terus membuat dia berada di sisinya. Itu akan mengamankan Johanna.
"Baiklah. Isa dan Clive akan menjagamu," putus Leonard akhirnya.
Johanna segera mengepalkan tangannya dan meninju ke udara. Dia menatap dua pria yang berdiri tersebut dan memberikan senyuman manis pada mereka berdua. Tapi senyuman itu segera terblokir karena Leonard berdiri di depan Johanna. Membuat hanya dirinya yang menjadi objek pandangan gadis itu. Itu membuat Johanna yang tahu alasan Leonard berdiri di sana hanya mendengus dengan geli.
Saat mereka sudah meninggalkan aula pertemuan mendadak itu, Leonard memegang tangan Johanna dan meremasnya. Memberikan anggukan pada Johanna dan ketegangan di wajah Leonard menandakan pria itu begitu khawatir. Karena bagaimana pun, mereka akan pergi menemui bahaya. Ini pertama kalinya dengan sadar, Leonard akan membawa Johanna dalam bahaya. Dia harusnya menolak, itu yang terus di katakan pada dirinya.
Tapi saat Johanna mengangkat tangannya dan mencium punggung tangannya, Leonard kembali dibuat luluh.
"Aku akan baik-baik saja," bisk Johanna.
Saat mereka bergerak ke area depan di mana ada lapangan luas di sana, yang tadinya sempat akan mereka pakai untuk membuat api unggun, semua orang berkumpul menunggu. Api unggun tidak dinyalakan, semua orang mengabaikannya.
Pandangan semua orang menatap mereka dengan berapi, memberikan semangat atau kekuatan lewat bola mata yang begitu bersemangat. Yang membuat Johanna terdiam, ada beberapa pemuda yang berdiri memegang beberapa benda yang seharusnya tidak dipegang saat mereka hanya sedang berkumpul. Kecuali mereka mau melakukan sesuatu.
Deheman kepala desa membuat Johanna semakin yakin, ada yang mereka rencanakan. Kepala desa menatap Leonard dengan penuh pertimbangan. "Bos Acosta, para berandal itu sudah lama menjadi momok mengerikan bagi desa kami. Seperti penyakit yang harus kami terima dan ikhlaskan hingga beberapa kali. Bahkan saat anak dan cucu kami dinodai sekali pun, kami tidak dapat berbuat banyak. Kami tidak memiliki kesempatan."
"Katakan yang ingin kau katakan, Gordon. Aku ingin mendengar intinya."
Kepala desa mengangguk, senyuman mengerti terlukis di bibirnya karena dia mengenal sifat pria yang ada di depannya. Sosok yang jelas patut mereka andalkan. "Ada sepuluh pemuda, mereka memiliki ketahanan fisik yang cukup. Mereka akan ikut denganmu. Sebagai perwakilan dari desa untuk kalian."
Dan Johanna mendapatkan jawabannya. Dugaannya sesuai dengan yang dia pikirkan. Mereka hendak membalas dendam. Melihat genangan airmata pada gadis-gadis yang ceria itu, Johanna dapat menemukan bara membakar dada mereka. Rupanya kelompok itu benar-benar memang harus dibasmi.
Leonard mendesah, tahu dan mengerti bagaimana mereka marah dan ingin membalaskan. Tapi dia tidak ingin bertanggung jawab pada luka dan kesakitan mereka. Dia tidak mau merasakan perasaan bersalah jika ada seseorang yang terluka nantinya.
"Aku mengerti apa yang kau katakan, Gordon. Aku bisa memahaminya. Hanya saja kami tidak tahu mereka ada berapa dan tidak tahu bahaya seperti apa yang menunggu kami di depan sana. Kalau sampai ada yang terluka—"
"Bahkan nyawa akan kami pertaruhkan. Dan tidak akan ada yang menyalahkan anda, Mr. Acosta," timpal salah satu pemuda yang sepertinya menjadi pemimpin pemuda itu. Dan melihat gadis yang menangis di sisinya, sepertinya gadis itu juga korban.

YOU ARE READING
Sleep With Fiance (RAB)
RomanceSelama dua tahun dalam pertunangan sah. Sepuluh tahun mencintai dalam diam dan akhirnya Johanna hilang kesabaran. Pria itu tidak akan pernah membalas perasaannya. Harga dirinya sudah lama diinjak dan egonya sudah lama runtuh berserakan. Johanna tahu...