Selama dua tahun dalam pertunangan sah. Sepuluh tahun mencintai dalam diam dan akhirnya Johanna hilang kesabaran. Pria itu tidak akan pernah membalas perasaannya. Harga dirinya sudah lama diinjak dan egonya sudah lama runtuh berserakan. Johanna tahu...
Johanna sudah selesai dengan potret itu, dia memandang Leonard yang sepertinya baru saja memunggunginya. Aneh, sepertinya dia merasa baru saja diamati. Tapi Johanna segera menggeleng, yakin kalau itu perasaannya saja. "Leon?"
Leonard berbalik menatapnya. "Hm?"
"Kau memiliki pakaian yang bisa kukenakan? Gaun ini membuat aku tidak nyaman. Aku juga ingin mandi sekalian."
"Hanya ada kemejaku. Kau mau mengenakannya?"
"Tentu. Terima kasih. Berikan satu untukku."
Leonard bergerak ke lemarinya dan mencari pakaian yang bisa dikenakan Johanna. Dia menatap seksama kain-kain di depannya. Membayangkan akan lebih indah membuat Johanna tidak memakai apa pun. Tapi saat bayangan itu muncul, Leonard segera menepisnya dengan kasar. Dia tidak dapat berpikiran mesum saat ini. Jika Johanna sampai tahu, gadis itu akan memberikannya pandangan penuh dengan kebencian.
Menarik kemeja putihnya, Leonard juga mengambil celana boxer miliknya yang dirasa akan pas di tubuh mungil itu. Setelahnya, Leonard melemparkan dua benda itu ke arah Johanna yang segera ditangkap dengan sigap.
Johanna tidak masalah dengan kemejanya, tapi saat dia menemukan boxer pria itu, seperti ada duri yang harus ditelan tenggorokannya. Itu membuat Johanna memiliki perasaan tercekat. Tapi dia hanya menatap Leonard tanpa mengatakan apa pun. Pria itu juga tidak bereaksi lama seolah itu hal lumrah untuk dilakukan.
Leonard menunjukkan di mana pintu kamar mandinya. Johanna berjalan tanpa mengatakan apa pun.
"Taruh pakaian kotormu di keranjang. Bibi yang biasanya datang membersihkan akan mengambilnya besok pagi."
Johanna berdeham saja sebagai jawaban. Dia segera masuk ke bilik shower dan menyalakan air hangat. Merasakan sensasi kehangatan itu seperti memijit tubuhnya dengan nyaman. Johanna tersenyum dengan lega. Akhirnya dia tidak perlu menahan dinginnya malam di luar sana.
Beberapa saat setelahnya, Johanna selesai dengan ritual mandinya. Dia bergerak ke arah cermin yang ada di dekat wastafel, cermin itu berembun, jadi dengan satu tangan dia mengusap embun pada cermin. Memperhatikan dirinya yang sedang menatap ke arah cermin.
Wajahnya tampak baik-baik saja. Tapi tidak dengan degup jantungnya yang terus menabuh genderang.
Coba menenangkan diri, setelah beberapa saat dia berhasil. Kemudian keluar dari kamar mandi, dia menemukan Leonard sudah memakai piyama tidurnya dengan celana panjang dan kemeja lengan pendek. Pria itu sibuk dengan ponselnya, entah apa yang begitu menarik di sana.
Tapi mendengar pintu kamar mandi tertutup, dia mengangkat pandangannya, melihat Johanna yang sedang mengusap rambut dengan handuk kecil warna putih.
"Ingin aku membantu?" tanya Leonard.
Johanna mengangguk. Dia terbiasa mengandalkan Isaiah mengeringkan rambutnya, tapi entah di mana pria itu sekarang. Dia juga tidak dapat memanggilnya untuk datang ke sini, bagaimana jadinya dua pria bersamanya di satu kamar. Itu akan sangat ambigu. Dan tampaknya Leonard juga tidak akan senang melihat Isaiah sekarang. Entah mengapa, Leonard memang sedikit sensitif dengan kedekatan Johanna dan pengawal pribadinya itu.
"Tidak masalah pakai pengering rambut?"
Johanna mengangguk. Kali ini benar-benar tidak masalah. Tangan dan tubuhnya beberapa saat tadi beku oleh dingin, dia membutuhkan panas.
Jadi Johanna duduk di pinggir ranjang dan Leonard ada di belakangnya. Yang mengejutkan adalah pria itu yang memajukan kedua kakinya, mengurung tubuh Johanna dengan tungkai panjang itu.
Johanna menelan air ludahnya susah payah. Dia tidak mau bergerak, dia takut bergerak. Takut akan merasakan sesuatu yang tidak seharusnya dia rasakan di belakang sana. Jadi Johanna duduk seperti patung bernapas.
"Pengeringnya bisa diatur panasnya. Kau rasakan, apakah panasnya sudah pas?"
Johanna diam beberapa saat, dia seperti kehilangan waktu dalam kehidupannya.
"Anna?" Leonard menegur. Karena gadis itu benar-benar membeku.
"Sudah pas," timpal Johanna langsung.
Leonard melanjutkan membantunya mengeringkan rambutnya. "Besok beli yang seperti ini agar kau tidak takut lagi memakai pengering rambut. Oh, aku akan membelikannya untukmu. Akan kuserahkan pada Isaiah agar dia membantumu melakukannya."
"Kau tidak keberatan?"
"Keberatan?"
Johanna yang mendengar pertanyaan dibalas dengan pertanyaan sepertinya merasa salah. Karena sepertinya hanya dugaannya kalau Leonard mempermasalahkan kedekatannya dengan Isaiah. Buktinya Leonard sendiri yang akan memberitahu Isaiah cara menggunakan pengering itu, itu artinya Leonard benar-benar tidak masalah. "Bukan apa-apa."
"Kalau soal apa yang sering dilakukan Isaiah padamu. Membantumu mengeringkan rambut bahkan membantumu dalam segala hal, tentu keberatan. Aku tidak mau calon istriku terlalu dekat dengan pria lain, meski itu pengawalnya sendiri. Selama dia pria, aku ingin melarangnya masuk ke area pribadimu. Tapi saat ini, hal yang bisa dilakukan Isaiah, aku tidak bisa melakukannya." Tangan Leonard sibuk mengeringkan rambut gadis sambil bicara dan mengenang. "Aku belum menajdi suamimu. Jadi nanti setelah aku menjadi suamimu, aku akan melakukan semua yang dilakukan Isaiah. Kau tidak membutuhkannya lagi. Cukup aku bagimu."
Hati Johanna menghangat mendengar kara-kata pria itu. Dia tidak tahu kalau ada sisi Leonard yang dapat membuat dia kembali merasakan letupan yang dulu pernah dia rasakan. Suasana hatinya menjadi lebih baik sekarang. "Leon?"
"Hm?"
"Kau masih mau menikah denganku setelah apa yang aku lakukan? Aku membatalkan pertunangan kita, tidak ada jalan untuk bersama."
"Kata siapa?"
"Ya?" Johanna tidak mengerti.
"Kau membatalkan pertunangan yang diatur orangtua kita. Tapi tidak membatalkan perasaan yang saat ini aku miliki untukmu. Kau mencintaiku, kan?"
Johanna membellit lidahnya saat pertanyaan itu muncul. Dia tidak dapat langsung mengatakannya karena terlalu banyak resiko dan konsekuensi di belakang sana yang menunggu. Bisakah dia menanggung segalanya selama dia bersama dengan Leonard?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.