[5] A Reply

2.4K 86 0
                                    

"Dika?" katanya terkejut. "Lo ngapain ke sini?"

"Gue bilang turun!" bentak Dika. Gita yang sangat takut ketika Dika marah pun hanya menuruti perkataan sahabatnya itu. Tapi Adrian mencegahnya.

"Sorry, lo siapa ya?" katanya sembari memegang tangan Gita yang hendak turun dari motornya.

"Harusnya gue yang tanya. Elo siapa?" Dika mulai terlihat benar-benar marah sampai ia turun dari motornya dan menyeret paksa Gita agar turun dari motor Adrian. Adrian hendak menarik tangan Gita kembali tetapi....

"Kak Dika!" panggil Dhita dari teras rumahnya dan tersenyum.

"Aish sialan," kata Dika sambil melepaskan tangan Gita. Lalu ia melepas jaketnya dan melemparkannya pada Gita. "Malu-maluin tau nggak!" bentak Dika tepat di depan wajah Gita dan membuat Gita memejamkan matanya.

Dika pun masuk ke rumah Gita dengan di gandeng oleh Dhita.

"Udah sana berangkat," teriak Dhita.

Adrian pun kembali menaiki motornya lalu menoleh ke arah Gita yang masih sibuk mengikatkan jaket Dika pada pinggangnya. Setelah selesai, pandangan mereka pun tidak sengaja bertemu. Adrian masih dengan wajah yang 'sok' coolnya hanya menatap lurus ke wajah Gita.

"Namanya Dika. Adek gue. Dia emang suka marah gitu kalo liat gue naik motor pake rok pendek," jelasnya pada Adrian.

Adrian hanya memutar badannya dan menyuruh Gita naik. Gita pun menaiki motor Adrian dengan sedikit mengigit bibir bawahnya. Ia takut jika Adrian salah paham.

Salah paham? Tentang apa? Toh Adrian tak akan peduli tentang itu.

Motor hitam itu melaju dengan kecepatan tidak terlalu cepat tapi juga tidak terlalu pelan. Gita baru sadar jika Adrian memang jago jika diminta untuk mencari jalan alternative tanpa macet. Namun Gita sedikit bingung karena jalanan itu sepertinya berlawanan arah dari tempat yang sebelumnya Gita pikirkan.

"Loh? Bukanya kita mau ke rumah sakit dulu buat ngambil motor?" tanya Gita dari balik punggung Adrian.

"Ngalang banget kalo harus ke rumah sakit dulu," jawab Adrian dengan sedikit menoleh ke belakang.

Gita tersenyum. Itu artinya.... gue bisa pamer ke Hanin. Uhuy!!!!!

Belum banyak orang yang ada di sekolah itu saat motor hitam milik Adrian memasuki gerbang. Tapi tatapan Gita tertuju pada seseorang yang tengah keluar dari mobil hitam di depan gerbang. Yaps! Itu Hanin.

Gita hanya tersenyum pamer kearah Hanin sambil sedikit melingkarkan tangannya di pinggang Adrian. Hanin yang baru saja keluar dari mobil Papanya pun hanya terbengong.

"Kamu kenapa, Nin?" tanya Papanya dari dalam mobil.

"Oh enggak Pa. Tadi cuma kayak liat penampakan aja," jawab Hanin yang masih melihat motor hitam Adrian yang berlalu masuk gerbang sekolahnya.

"Hah? Penampakan?"

---

Hanin berlari menelusuri lorong sekolahnya. Dicarinya sosok 'penampakan' yang tadi ia lihat.

"GITA!" teriaknya saat melihat 'penampakan' itu tengah duduk di kursi depan kelas.

"Hai. Kenapa lo?" Gita tersenyum.

"Jelasin sama gue sekarang. Kenapa lo bisa berangkat bareng Adrian? Dia kenapa?" tuntut Hanin dengan napas yang naik turun. Tetapi Gita malah tertawa. "Buruan!"

"Aduh lo lucu banget sih. Jadi ceritanya itu........ gitu,"

"Aish," satu jitakan mendarat di kening Gita.

TRUST LOVE [Completed] Where stories live. Discover now