[27] Frenda is Back

1.5K 60 0
                                    

Liburan namun Gita tetap berada di depan meja belajar. Kenapa? Nilai rapornya tidak cukup memuaskan ayahnya, membuat sang ayah 'ngambek' tak mau berbicara padanya. Jika mereka bertemu, sang ayah hanya akan menyindirnya. Ah Gita benar-benar tak suka disindir. Apalagi oleh ayahnya.

Gita akui jika nilainya memang sedikit turun dibandingkan dengan tahun lalu. Dan ia tahu jika 'ngambek'nya sang ayah itu adalah hal yang wajar. Nilainya mulai semester 3 atau semester 1 di kelas 11 akan dijadikan pertimbangan saat pendaftaran di perguruan tinggi nanti melalui jalur tanpa tes. Oleh karena itu, nilainya tak boleh turun. Setidaknya ia harus bisa mempertahankan atau meningkatkan.

Liburannya memang masih 1 minggu lagi. Tapi Gita mulai membaca kembali buku-bukunya walaupun rasa malas masih memeluk tubuhnya. Dan menurutnya, dapat ranking 8 dari 20 siswa bukan hal yang terlalu masalah kan?

20? Ya, jumlah siswa di kelas Gita hanya 20. Kenapa? Sedangkan kelas lain bahkan hampir 35 siswa? Alasannya karena lintas minat di kelas Gita adalah Bahasa dan Sastra. Sedangkan kelas lain adalah Bahasa Inggris. Banyak siswa yang kurang menyukai bahasa dan sastra karena terlalu rumit, menurut mereka.

Lalu kenapa Gita memilih lintas minat Bahasa dan Sastra? Gita berbeda dengan mereka. Menurut Gita Bahasa dan Sastra itu tak serumit yang mereka pikirkan. Justru selalu ada di kehidupan kita. Kita berbicara dengan apa? Bahasa. Alasan itu yang membuat Gita menyukai Bahasa dan Sastra.

Baru saja Gita hendak bersandar di meja, HP-nya bergetar. Ada telvon masuk. Nomornya siapa?

"Halo? Siapa ya?"

"Jemput gue dong," ucap lelaki di seberang sana. Kening Gita sedikit berkerut.

"Lo pikir gue supir lo? Maaf salah sambung!"

"Lo kok tega sih sama gue?"

"Lo siapa aja gue nggak tau!"

Lelaki itu sedikit berdehem. "Gue Ray. Gue lagi di perpustakaan kota. Jemput gue ya,"

"Ray?" tanya Gita sedikit kaget. "Kenapa gue? Adrian kemana?"

"Nggak tau,"

"Ya... lo tadi ke situ pake apa?"

"Taxi,"

"Ya udah. Panggil taxi lagi aja,"

"Gue nggak bawa uang,"

"His ini bocah. Ya udah deh. Tunggu bentar,"

"Eh! Bawa uang ya. Gue laper,"

"Dasar! Udah nyuruh jemput, minta uang buat makan lagi. Lo kira gue baby sister lo?" gumam Gita pada HPnya. Ray terkekeh di seberang sana.

"Buruan!"

Tut

Sambungan terputus. Gita uring-uringan sendiri karena tingkah laku 'calon adik ipar'nya itu. Ia pun segera keluar kamar dan pergi dengan motornya menuju ke perpustakaan kota.

Saat Gita sampai di depan gerbang perpustakaan kota, ia sudah bisa melihat Ray yang memang menunggunya. Tapi ada yang aneh. Ray yang akhir-akhir ini suka tersenyum padanya, sedang memandangi layar HP-nya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo mau makan di mana?" tanya Gita saat sudah berada di depan Ray, membuatnya sedikit terkejut lalu menyimpan HPnya.

"Gue nggak bawa helm. Biar gue yang boncengin,"

"Nggak bisa nggak bisa nggak bisa. Ntar ada polisi lagi gimana?"

"Makanya. Gue tahu jalan pintasnya," ucap Ray sambil mendorong Gita agar menjauh dari motornya. Gita pun hanya mencibir Ray.

TRUST LOVE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang