[Other Side-01] Ray & His Friend

4.5K 84 17
                                    

H – 1 Minggu Sebelum Pernikahan

Gita sudah hampir menghabiskan jus alpukat miliknya. Namun si pembuat rencana yang mengajak fitting baju hingga saat ini justru belum kelihatan batang hidungnya. Gita sudah berkali-kali melihat jam tangan di tangan kirinya hingga bosan.

"Sendiri aja, neng," ucap seorang laki-laki mengagetkan.

"Eh... Ray. Gue kira siapa," ucap Gita saat tahu siapa yang datang.

"Nungguin Kak Adrian?" tanya Ray mengambil duduk di depan Gita. Sementara perempuan itu hanya mengangguk. "Sambil nunggu dia, gue pengen ngomong sesuatu sama lo."

"Ada apa?"

"Soal temen gue,"

"Temen lo? Kenapa? Siapa?" tanya Gita penasaran saat melihat wajah serius Ray.

"Lo inget temen gue yang pernah gue ceritain ke elo, temen gue yang udah berhasil buat gue bertahan hidup, temen gue yang pengen gue lindungi," Gita mengangguk pelan saat mengingat cerita Ray saat ia tengah kabur dari rumah. "Dia itu... Dhita."

Flashback ON

Ray menatap perempuan yang tengah memberikan sambutan di podium. Ia mengenal perempuan itu bernama Saralee Andhita, ketua OSIS SMP Nusantara 2. Dan yang ia tahu, perempuan itu tipikal perempuan yang ceria. Itu hanya hasil pegamatannya selama menjalani MOS 3 hari ini.

Ray yang mengikuti program akselerasi mengharuskan untuk belajar lebih giat lagi. Karena itulah, ia harus siap setiap hari pulang lebih sore dan masih harus menghadiri les malam harinya.

Hari ini, ia benar-benar merasa begitu lelah. Kemarin, ia lagi-lagi mendengar papanya tengah cekcok dengan kakaknya. Ray benar-benar tak mengerti jalan pikiran Adrian.

Adrian dianugerahi pikiran yang encer. Namun kenapa dia sering sekali menyia-nyiakannya? Bukankah masuk kelas khusus merupakan impian semua orang? Adrian sudah ditawari, namun kenapa ia harus menolak?

Ah, Ray ingat. Adrian pernah sedikit bercerita tentang Gita, perempuan yang sudah membawa mamanya ke rumah sakit ketika kecelakaan. Ray ingat saat itu Adrian tengah tersenyum sendiri ketika akan mengantarkannya pulang.

Saat Ray bertanya, apa yang terjadi dengan kakaknya itu, Adrian hanya mengebut satu nama. Gita. Katanya, Gita terlalu polos dengan memperlihatkan perasaannya tanpa takut menjadi target bullyan ataupun ditolak.

Dan saat Ray tanya apakah kakaknya itu menyukai perempuan bernama Gita, Adrian hanya tersenyum yang Ray artikan sebagai jawaban 'ya'.

Ray merebahkan badannya di sebuah sofa rusak yang ada di rooftop salah satu gedung sekolahnya. Ia nekat membolos kelas sore karena merasa begitu suntuk.

Ray pikir dunia tidak adil dan selalu tidak berpihak kepadanya. Kakaknya yang mendapat kelebihan tak pernah menggunakan kelebihan itu. Sementara dirinya harus berjuang keras agar dapat terlihat memiliki 'kelebihan' itu. Meski begitu, perjuangannya bahkan tak pernah dilihat hingga sekarang.

Ray memejamkan matanya. Berusaha mencari ketegaran. Namun tiba-tiba saja, ia mendengar pintu rooftop terbuka dan terdengar isakan tangis. Seorang perempuan.

Ray hanya diam. Karena posisi sofa yang memunggungi pintu membuatnya tak terlihat. Tangis perempuan itu pun semakin menjadi-jadi. Bahkan Ray bisa merasakan rasa sesak yang perempuan itu tengah rasakan.

Ray tertegun saat melihat perempuan itu tiba-tiba berjalan ke arah tepi rooftop. Masih dengan isakan tangisan. Ray tidak berniat mencampuri urusan orang lain. Tapi saat melihat perempuan itu yang hampir menaiki pembatas rooftop, reflex kemanusiaannya tiba-tiba berfungsi.

TRUST LOVE [Completed] Where stories live. Discover now