[4] Hangatnya Gerimis Bersamanya

2.4K 92 0
                                    

Dengan ragu, Gita pelan-pelan menoleh ke arah yang tadi ditunjuk oleh Om Hendra dan yang ia 'klaim' sebagai anak pertamanya. Gita terkaget saat melihat yang sedari tadi berdiri di samping pintu itu memang Adrian.

"Elo... ngapain.... di sini?" tanya Gita dengan tak percaya.

"Harusnya gue yang tanya. Ngapain lo di sini?" tanya Adrian balik.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Tante Ros. Adrian hanya diam dan melangkah memasuki kamar itu sambil membawa tas besar.

Gita hanya mengangguk dan tetap melihat Adrian yang berjalan melewatinya.

"Jangan-jangan kalian satu sekolah ya?" tanya Om Hendra. Lagi-lagi Gita hanya mengangguk dan masih melihat Adrian yang tengah memindahkan baju dari tas yang ia bawa ke dalam lemari kecil yang ada di samping tempat tidur mamanya.

"Ray gimana?" tanya Tante Ros pada anaknya yang masih sibuk di samping tempat tidurnya.

"Dia taadi ada les. Aku suruh jenguknya besok aja pulang sekolah," jawab Adrian.

Tante Ros hanya mengangguk kecil mendengar jawaban anaknya. Ray siapa sih? Tanya Gita dalam hati.

"Ray itu anak Om yang kedua. Adiknya Adrian," kata Om Hendra membuyarkan lamunan Gita. Gita hanya mengangguk pelan mengerti. "Ian, kamu belom makan kan? Ajak gih Gita makan. Dari tadi perutnya udah bunyi," canda Om Hendra. Wajah Gita memanas.

"Nggak usah, Om. Saya pamit pulang aja,"

Adrian bangun dari kesibukannya dan berjalan menuju pintu. "Ayok," katanya singkat.

Tante Ros dan Om Hendra memberikan kode pada Gita agar mengikuti Adrian.

"Tapi..." kata Gita.

"Buruan. Gue laper," Adrian berlalu di balik pintu.

"Udah sana. Makan dulu," ada senyum kecil yang penuh makna di wajah Tante Ros. Om Hendra pun merebut tas Gita yang baru saja akan ia bawa. "Buat jaminan," lagi-lagi Om Hendra mambuat wajah Gita memanas. Gita pun di dorong agar mengikuti Adrian.

Terpaksa dan dengan senang hati, Gita mengikuti Adrian yang berjalan di depannya menuju cafetaria yang ada di rumah sakit itu.

"Lo belom jawab pertanyaan gue," kata Adrian membuyarkan ke'gariangan' yang sedari tadi Gita rasayakan.

"Pertanyaan yang mana?"

"Lo ngapain di sini?"

"Oh. Gue cuma mau balikin dompet Tante Ros tadi yang nggak sengaja kebawa," Gita melanjutkan meminum kopi coklat panas di depannya.

"Elo yang bawa nyokap gue ke sini?"

"Iya. Nggak sengaja tadi ketemu di jalan,"

"Elo dari mana?"

"Dari sekolah,"

"Ngapain?"

"Nonton basket,"

"Elo nggak takut gitu pulangnya?" pertanyaan Adrian ini membuat Gita berhenti melihat coklat panas yang sedari tadi ia genggam dan memalingkan pandangannya kepada Adrian yang sedari tadi ternyata menatapnya. "Maksud gue kan udah malem. Rumah lo jauh juga kan?"

"Ck," Gita kembali mengingat Hanin yang membuatnya berasa menjadi PHP (Penerima Harapan Palsu). "Gara-gara Hanin tadi yang bilang kalo ada....." kata-katanya menggantung menyadari siapa yang sedang ia ajak bicara.

"Ada apaan?" tanya Adrian yang masih menatapnya.

"Ada......." Gita berpikir harus melanjutkan dengan apa.

TRUST LOVE [Completed] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon