[37] First (Real) Date

1.6K 62 7
                                    

Gita mencoba menetralisir detak jantungnya sejak 1 jam lalu yang mulai gemuruh. Hanya karena chat dari Adrian yang mengatakan akan menjemputnya 1 jam lagi, jantung Gita langsung terasa hampir melompat keluar.

Tenang, Git, tenang. Adrian cuma mau ngajak lo keluar doang. Nggak usah lebay

"Git, Adrian udah nunggu tuh," ucap Bunda dari luar kamar kembali membuat jantung Gita memompa darah dengan cepat.

Setelah kembali melihat pantulan dirinya di cermin, Gita segera keluar kamar. Dilihatnya Adrian yang sudah menunggunya di ruang tamu, tengah mengobrol dengan Ayah.

"Yuk," ucap Gita membuat kedua laki-laki yang tengah mengobrol itu menoleh.

"Lama banget sih, Git. Kasihan ni Adrian udah nunggu dari tadi," ucap Ayah membuat bibir Gita yang tadinya tersenyum mengatup rapat.

"Ya udah, Yah. Adrian sama Gita pamit dulu ya," ucap Adrian sembari menyium punggung telapak tangan Ayah diikuti Gita.

"Hati-hati,"

Saat di teras rumah, Adrian sempat berbisik pada Gita. "Lo abis minum Fanta?" tanya Adrian membuat Gita memukulnya dari belakang. Laki-laki itu justru terkekeh pelan.

Adrian benar-benar membawa motornya dengan hati-hati sesuai perintah Ayah Gita. Bukan hanya karena menuruti perintah orang tua, tapi Adrian juga ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Gita.

"Kita mau kemana sih?" tanya Gita yang sejujurnya tak tahu ke mana Adrian akan mengajaknya pergi.

"Kalau bahasa gue, jalan-jalan. Kalau bahasa lo, nge-date," Gita terkekeh kecil mendengar jawaban Adrian.

Adrian rupanya mengajak Gita untuk pergi ke taman kota. Setelah memarkirkan motor, Adrian dan Gita duduk di salah satu bangku sambil memakan es krim yang sempat mereka beli.

"Yan," panggil Gita sambil menatap lurus ke arah depan, tepat pada kedai milik Adrian. "Sejak kapan lo punya kedai sendiri?"

"Hm..." Adrian kembali mengingat-ingat kejadian hari itu. "Sejak gue masuk SMP?"

Gita hampir tersedak es krim mendengar jawaban Adrian yang lebih seperti pertanyaan. "Seriusan?"

Adrian tiba-tiba melupakan es krimnya dan menoleh penuh pada Gita yang tengah menatapnya tak percaya. "Ada cewek yang hari itu bilang 'kayaknya bakal seru kalau di sana dibangun kedai'. Sebenernya papa mau bangunin gue rumah sendiri. Tapi karena cewek itu, gue jadi ngubah permintaan gue. Gue minta dibangunin kedai,"

Gita mengangguk pelan. "Siapa emangnya? Frenda?"

Adrian berdecak sebal. "Kok jadi Frenda sih? Lo nggak inget?"

"Inget? Soal?" tanya Gita yang masih belum paham dengan arah pembicaraan Adrian. Namun sedetik kemudian, ia menutup mulutnya karena ternganga tak percaya. "Nggak mungkin."

"Kenapa enggak?" ucap Adrian yang kini kembali focus dengan es krimnya.

"Nggak lucu, Yan!" ucap Gita yang masih tak percaya sambil menyenggol pelan pundak Adrian. "Gimana mungkin?"

"Ya mungkin aja. Nyatanya kedainya beneran jadi nyampe sekarang. Lo tau arti nama 'Honoprins'?" tanya Adrian yang hanya dijawab gelengan oleh Gita. "Honoprins itu singkatan dari Honorable Princess, putri yang terhormat. Sama halnya arti dari nama lo, Saralee Anggita."

Gita semakin ternganga tak percaya. "Lo nggak lagi ngarang cerita kan?"

Adrian terkekeh pelan. "Hari itu, gue seneng banget akhirnya bisa ketemu lo lagi di taman ini. Gue pengen nyapa sebenernya, memastikan kalau itu emang elo. Tapi waktu itu Dika kayaknya lagi nggak bersahabat. Makanya gue cuma dengerin perbincangan kalian,"

TRUST LOVE [Completed] Where stories live. Discover now