[9] B'Day Boy

2.1K 81 0
                                    

April 2014

Entah kenapa jarak antara hari Senin sampai Minggu itu harus 6 hari sedangkan jarak antara Minggu sampai Senin hanya 1 hari. Gita hanya berjalan malas di kolidor sekolahnya yang masih sepi.

Gita sengaja berangkat lebih awal karena jika ia lebih lama di rumah itu artinya ia bunuh diri. Apalagi kalau bukan masalah Dhita. Dhita sengaja memanas-manasi Gita tentang hubungannya dengan Adrian. Sedangkan hubungan Gita dengan Adrian semakin jauh.

Entahlah apa yang terjadi. Yang jelas, Adrian jarang mau menyapanya. Tak pernah malahan. Memang sifat Adrian yang memilih diam ketika tidak ingin melakukan sesuatu. Tapi Gita rasa jika ada keanehan dalam 'hubungan'nya dengan Adrian.

Gita yang masih galau memikirkannya, Dhita malah pamer tentang kedekatannya dengan Adrian. Apalah itu namanya. Yang jelas Dhita dengan suara lantang bercerita pada Ayah dan Bunda jika Adrian mengajaknya makan untuk merayakan ulang tahun Adrian. Yaps, 3 hari lagi adalah ulang tahun Adrian alias tanggal 1 Mei.

Gita merasa jika Dhita sudah satu langkah lebih maju darinya. Ia merasa jika Adrian lebih tertarik dengan Dhita. Gita hanya bisa menghembuskan napas beratnya.

Kakinya yang masih terasa berat terus melangkah ke arah kelasnya. Masih kosong. Gita memilih untuk duduk di bangku paling belakang dan..........tidur!

Tapi ketika Gita mulai menutup matanya, ia jadi teringat akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat ia tidur dan Adrian hadir dalam 'mimpinya'.

"Emang iya ya waktu itu gue cuma mimpi?" gumamnya dengan kepala yang masih bersender di meja. "Masak sih? Kayaknya waktu itu nyata banget lho," kini ia mengganti posisinya dengan pipi kanan sebagai tumpuannya. "Tapi kalo nyata, masak iya dia ngomong gitu?"

"Lo ngomong sama siapa sih?" tiba-tiba Hanin sudah duduk di sebelah Gita.

"Busyet lu dah pagi-pagi gue kira setan!" Gita mengelus dadanya yang terkejut karena suara Hanin yang tiba-tiba datang.

"Yang ada gue yang ngira elu kerasukan setan. Pagi-pagi, kelas masih sepi, kagak ada orang lain, lah situ udah ngomong sendiri," Hanin beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?"

"WC. Mau ngikut?"

"Sialan lo ya kayak di rumah kagak ada WC aja pagi-pagi udah setor,"

Sepeninggalan Hanin, Gita merebahkan lagi kepala beratnya ke meja.

Tak butuh waktu yang lama, sekolah sudah dipadati oleh beragam makhluk yang keluar dari persembunyiannya alias rumah. Mulai dari makhluk berkepala panas alias anak-anak bureng sampai makhluk berkepala dingin alias anak-anak yang pergi ke sekolah hanya karena untuk formalitas.

Kembali ke keadaan Gita. Gita yang masih tertidur pulas di bangku pojok paling belakang harus terusik karena kocokan tempat duduk setiap hari Senin. Dan lebih parahnya lagi, ia mendapat kocokan bersama Hanin. Sudah terhitung selama 5 minggu berturut-turut ia duduk dengan Hanin.

"Git..." bisik Hanin sesaat setelah guru pelajaran sejarah sedang menulis di papan.

"Hm..." Gita tak menoleh dan tetap fokus pada papan tulis.

"Elo besok mau ikut ke rumah Adrian nggak?"

"Ngapain?"

"Ngasih dia kejutan. Waktu ulang tahun," mendengar hal itu Gita memutuskan untuk berhenti menulis dan menoleh menatap Hanin.

"Kenapa nggak di sekolah aja?"

"Lo mau masuk tanggal 1 Mei? Silakan!"

"Emang libur ya?"

TRUST LOVE [Completed] Where stories live. Discover now