[22] Sorry, Gita

1.6K 64 0
                                    

== Flashback ON ==

"Kejadian itu?" Tanya Gita. Om Hendra mengangguk. Wajahnya pun berubah menjadi menyesal.

"Dulu Adrian punya temen namanya Frenda..."

Temen? Mantannya kali Om.

"...Adrian bermaksud nolongin dia. Tapi Om nggak paham. Om udah terlanjur marah, salah paham. Om kira dia yang udah bikin Adrian keluar dari aksel. Tapi ternyata itu semua kemauan Adrian sendiri buat nolongin Frenda. Papanya Frenda yang juga salah paham akhirnya keluar dari kantor Om dan memilih buat bawa anaknya keluar kota. Dari situlah Adrian merasa benar-benar bersalah. Dia jadi murung,"

"Jadi kamu jangan sakit hati ya kalo dicuekin sama Adrian," tambah Tante Ros yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur. "Dia bukannya nggak suka, tapi sifat dia jadi bener-bener dingin ke semua orang. Dia nggak mau orang-orang salah mengartikan sikap dia yang terlalu baik hati. Jadinya, dia lebih memilih buat diem aja ke semua orang. Tapi aslinya baik kok,"

"Iya, Tante," Gita tersenyum.

== Flashback OFF ==

Gita jadi teringat cerita Om Hendra waktu itu. Ia baru mengerti arti perubahan sikap Adrian. Karena Adrian tak mau orang lain salah mengartikan kebaikan sikapnya. Dan mungkin kini terulang lagi. Adrian memilih untuk menulis cerita ulang yang sama dan mungkin ingin memperbaikinya. Menebus kesalahanya pada Frenda dengan menolong Della agar tak bernasip sama.

Pikiran Gita melayang-layang entah kemana. Setelah berbicara pada Arya tadi pagi, ia tak mengeluarkan suara sedikitpun, hanya melamun. Ia sedikit terkejut saat tiba-tiba HPnya bergetar. Ada panggilan masuk.

"Kenapa, Fan?" katanya setelah mengangkat telvon itu.

"Entar jemput gue ya?" kata orang di seberang.

"Jemput? Kenapa gue?"

"Bang Dika sibuk. Jadi nggak bisa jemput deh,"

"Helleh. Iya deh iya ntar gue jemput. SMSin alamat sekolahnya,"

"Oke,"

Telvon terputus.

"Dasar anak somplak nggak tau sopan santun banget sih," omel Gita.

"Akhirnya gue denger suara lo juga, Git," kata salah satu teman sekelas Gita yang baru saja datang dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa emangnya?"

"Nggak kenapa-kenapa. Lo aneh aja dari tadi pagi,"

"Ah, ini, gue baru nggak enak badan," kata Gita saat menyadari jika sedari tadi pagi ia memang sedikit diam.

"Gws yaaa,"

***

Gita uring-uringan sendiri di depan gerbang SMP Nusantara 2. Ia sudah menunggu cukup lama, tapi tiba-tiba Ivan SMS jika kelasnya sedang ada rapat. Gita pun memutuskan untuk memarkirkan motornya dan masuk.

Gita melihat ada bangku yang kosong di bawah pohon. Ia pun menuju ke bangku itu.

"Gue ikut duduk sini ya?" kata Gita dengan maksud meminta izin.

"Nggak boleh!" kata lelaki itu dengan tatapan tanpa menoleh dan tetap sibuk dengan laptopnya.

Gita sedikit terkejut dan tetap duduk di bangku itu. "Pelit banget sih. Entar kuburannya sempit lho,"

"Gue pelitnya khusus buat elo. Buat yang lainnya mah enggak," Gita melongo mendengarnya. Ia pun menoleh dan menatap lelaki itu. Keningnya sedikit berkerut karena menurutnya lelaki itu asing. "Kenapa liat-liat? Masih cari brondong? Brondong yang ono masih kurang?" lanjut lelaki itu sambil menoleh.

TRUST LOVE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang