[12] Bye, Adrian

2.1K 92 0
                                    

Hari yang ditunggu pun tiba. Gita dengan semangat 45nya akhirnya tiba di sekolahnya.

"Aku pergi dulu ya Yah Bun," Gita menciumi pipi kedua orang tuanya dan turun dari mobil.

"Ati-ati," teriak Bunda dan Ayahnya. Gita hanya melambaikan tangan dan tetap berlari menuju sekolahnya.

"Sorry gue telat," kata Gita dengan nafas naik turun. Teman-temannya yang sudah menunggu sedari tadi pun mencemoohnya.

"Oke udah semuanya kan?" kata Arya sambil menghitung teman-temannya.

"Tunggu. Si Adrian mana?" teriak Putri dari arah belakang. Oh iya, gue belom liat Adrian.

"Adrian udah di tempat. Makanya buruan kita berangkat. Keburu dia naik darah," Arya pun langsung menuju bis yang terparkir di depan sekolahnya dan diikuti teman-temannya.

"Git, gue duduk sini ya," kata Putri sambil duduk di samping Gita. Gita pun mengangguk.

Setelah berdoa, rombongan itu pun segera berangkat.

Di sepanjang jalan, mereka pun ribut tentang acara yang akan mereka lakukan nantinya. Tidak terkecuali Gita. Ia pun ikut memberikan komentar tentang outbound. Karena di Bogor pasti akan banyak tempat-tempat untuk outbound.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, rombongan itu akhirnya sampai. Gita sudah melihat mobil Toyota Rush putih berplat D 121 AN terparkir di depan villa. Itu pasti Adrian!

"Kok Adrian ke sini pake mobil lo sih?" tanya Gita pada Arya saat membantunya menurunkan barang-barang dari bagasi bis.

"Mobil? Oh mobil putih itu? Itu mah punyanya Adrian bukan punya gue," kata Arya sambil sedikit membenarkan kupluknya.

"Hah? Itu punyanya Adrian? Kok bisa di rumah lo?"

"Lo pernah ke rumah gue?" Arya menoleh ke arah Gita. "Oh yang waktu itu Adrian pulang nyampe malem itu nganterin lo pulang?" Gita tak menjawab. "Adrian mah emang gitu. Bahkan orang tuanya juga nggak tau kalo dia punya mobil. Makanya itu mobil di taroh rumah yang itu,"

"Ja..ja..jadi... dia... belinya pake uang sendiri?" Gita sedikit tak percaya.

"Iya. Ngomong-ngomong elo masih salah paham. Itu pun bukan rumah gue. Itu rumah gue sama Adrian. Soalnya kita beli itu rumah pake patungan. 50% 50%," jawab Arya polos membuat Gita semakin melongo.

"Git buruan bantuin!" Hanin teriak dari lapangan depan villa dan membuat Gita tersadar.

Setelah membuat tenda dan menatanya, matahari mulai condong ke arah barat. Lampu-lampu kota di 'bawah' mulai menyala. Bulan pun sudah terlihat.

Adrian yang sedari tadi tak nampak batang hidungnya pun keluar dari villa dan menyuruh teman-temannya untuk makan terlebih dahulu karena akan memasuki waktu berbuka puasa. Mereka pun segera masuk. Dan ternyata sudah tersaji makanan di atas meja makan yang panjang itu. Sepertinya lebih untuk porsi 30 anak.

"Ayo dimakan,"

"Tante Ros?" Gita sedikit terkejut melihat orang yang tengah menyajikan beberapa makanan tambahan. Tante Ros pun tersenyum. "Kok tante nggak bilang kalau mau ke sini? Kan Gita bisa bantuin,"

"Emang lo bisa masak?" cibir Adrian. Gita pun hanya menatap tajam ke arah laki-laki yang kini sudah duduk bersama teman lainnya.

Setelah semua selesai makan, melakukan keperluan pribadi, dan tentu saja sudah ikut membersihkan piring dan gelas, anak-anak itu pun berhamburan keluar villa. Mereka mendapat suguhan pemandangan indah di bawah sana. Kemerlap lampu seperti bintang benar-benar indah.

TRUST LOVE [Completed] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt