[26] With Ray

1.4K 64 0
                                    

Gita hanya bisa menatap Ray yang masih menutup mata lelahnya. Ia ingin bertanya, ada masalah apa sebenarnya. Tapi ia ragu jika melihat keadaan Ray yang sekarang ini. Ray benar-benar terlihat terlalu letih.

"Iya deh. Gue SMS," ucap Gita lirih dan mulai membuka HPnya.

Dicarinya kontak Adrian. Gita berusaha memulai percakapan SMS senormal mungkin. Tapi setiap kata yang ia ketik terlihat 'aneh' kemudian ia hapus lagi. Sampai akhirnya ia hanya mengirimkan satu kata.

Ian? Send!

Gita menunggu masih dengan perasaan kurang nyaman karena lagi-lagi Ray masih diam dan Arya yang 'katanya' mau membuat minum belum juga kembali.

"Jangan tanya apapun. Lo cuma harus ngehibur dia doang," ucap Ray masih dengan suara lirihnya.

"Kalo gitu, gue tanyanya ke lo aja gimana?" tanya Gita penasaran.

"Jangan tanya apapun," potong Ray masih dengan suara lirihnya tapi mampu membuat Gita menutup mulutnya.

Gita kembali memikirkan kata yang akan ia pakai untuk mencairkan suasana. "Oh iya Ray," Gita teringat sesuatu. Ia mengambil buku yang ada di tasnya dan memberikannya pada Ray. "Buku catetan yang gue janjiin."

"Oh," ucap Ray singkat dan menerimanya.

"Ya udah deh kalo gitu. Gue pulang dulu ya," Gita bangkit dari tempat duduknya.

"Makasih ya," bisik Ray. Gita mematung mendengarnya.

***

Minggu terakhir untuk mengikuti pelajaran di kelas sebelum ujian semester ganjil dimulai. Tapi tetap saja Gita merasa ada beban malas di pundaknya. Apalagi pesan yang ia kirim untuk menyapa Adrian sama sekali tak di gubris.

"Nggak ada pulsa kali," kata Hanin yang menenangkan Gita.

Dan hari ini, seperti biasa, ia berangkat sekolah dengan motor kesayangannya bersama Dhita. Tapi entah kenapa, ia malas untuk langsung ke kelasnya. Jadi, ia memilih untuk berjalan-jalan dulu keliling sekolah.

Ujung matanya menangkap sesuatu yang 'aneh' di taman belakang sekolah. Adrian. Ya, Adrian sedang duduk di salah satu bangku. Walaupun Gita hanya bisa melihat punggung Adrian dan sedikit tertutup oleh pepohonan, tapi Gita bisa langsung mengenalinya.

Gita berlari ke taman itu. Setidaknya untuk sekedar melihat wajah Adrian. Ia jarang melihat wajah Adrian. Entah kenapa dia tak suka keluar kelasnya.

Langkah bahagia Gita berheti karena ia rasa ada yang tak beres. Ia melihat sekepul asap putih.

"A... Adrian?" tanya Gita gugup. Matanya membulat sempurna saat lelaki itu berbalik dan Gita bisa dengan jelas melihatnya memegang sebatang rokok. "Elo... ngapain..."

"Harusnya gue yang tanya. Lo ngapain di sini?" potong Adrian. Gita masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Seorang Adrian merokok di sekolah.

Gita merebut rokok itu dan menginjaknya.

"Lo tu..."

"Kenapa?" potong Gita. "Untung yang liat gue. Kalo orang lain gimana?"

Adrian menghela napasnya. Ia tak menjawab dan kembali duduk. Ia kembali menyalakan rokok lain yang ia ambil di saku seragamnya. Gita hendak merebutnya, tapi gerakan Adrian lebih cepat.

Tak ada cara lain. Gita tak bisa merebut rokok itu dari Adrian. Yang bisa ia lakukan hanya mematikan rokok itu dengan tangannya. Ya. Gita mematikan rokok itu dengan jarinya membuat Adrian terbelalak.

TRUST LOVE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang