[8] B'Day Girl

2K 81 0
                                    

Entah sejak kapan Adrian berdiri di sana.

Apa ini akhir dari semuanya? Adrian.....

"Jawab, Po. Elo suka sama gue? Sampai-sampai semua urusan gue, elo selalu ikutan?"

Deg!

Gita melepaskan HP yang sedari tadi menempel di telinganya.

"I....an," katanya bergetar.

"Sejak kapan elo ngikutin gue?" Adrian menatap dalam kearah Gita namun seperti masih berbicara pada 'Poppo' dalam telvon. "Apa karena selama ini gue cerita semuanya, elo jadi ngerasa berhak ikut campur urusan gue?"

"Ian.... Gue..... bisa....."

"Apa aja yang udah elo denger?" Adrian mulai menaikkan nada bicaranya.

"Gue..."

"Poppo?" Adrian tersenyum sinis. "Jangan cuma karena orang tua gue baik sama elo, elo jadi ngerasa berhak atas hidup gue,"

"Bukan gitu, yan..."

"JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN GUE!" Adrian benar-benar teriak di depan Gita. Gita mematung. Wajahnya mulai memucat. Adrian mulai melangkah pergi.

"Kenapa lo ngorbanin cita-cita lo cuma demi Frenda?" Gita memberanikan diri membuka mulut. Adrian pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Gita. "Apa sih istimewanya Frenda sampai lo buang cita-cita lo gitu aja demi dia?"

Adrian melangkahkan kakinya kembali mendekati Gita yang sudah berkaca-kaca. "Maksud lo?"

"Gue tau. Lo buang cita-cita lo itu demi bisa bertahan di samping Frenda kan?"

"Nggak usah sok tau!"

"Jangan konyol, Yan. Iya kalo nanti elo sama Frenda. Kalo enggak?"

"Nggak usah sok tau!"

"Gue dukung Om Hendra yang udah nampar elo,"

"Ta...."

"Buat anak yang bener-bener udah buta karena cinta,"

"Ta...."

"Banyak anak yang mau masuk kelas khusus. Dan elo? Dengan gampangnya bilang mau mengundurkan diri,"

Adrian hanya menghembuskan napas beratnya.

"Lo kenapa sih, Yan? Apa yang udah Frenda lakuin sampai buat lo kayak gini,"

"GUE UDAH BILANG NGGAK USAH SOK TAU!"

Sorot mata marah Adrian benar-benar bisa Gita rasakan. Menembus dalam matanya. Rasanya perih. Sampai ia rasakan ada sesuatu yang mengalir di pipinya.

"Mau lo apa sih?" tanya Adrian yang masih menatapnya.

"Mau gue? Mau gue, lo tetep masuk kelas itu,"

"Lo mau pelan-pelan liat gue mati?"

"Kenapa mati? Apa di sana elo bakal di siksa? Enggak kan?"

"Iya. Gue kesiksa di sana,"

"Kenapa?"

Adrian tak menjawab. Hanya memalingkan tatapannya. Gita mulai menghapus air matanya.

"Lo nanti pasti bisa bahagia di sana,"

"Lo punya jaminan?"

Kini Gita yang terdiam.

"Enggak kan?" Adrian masih menatapnya. Tapi Gita menunduk. "Gue lebih tau apa yang gue rasain dari pada orang lain," Gita benar-benar merasa sudah kalah.

TRUST LOVE [Completed] Where stories live. Discover now