4. Tiga Saudara

15.5K 1.9K 132
                                    


kenapa satu harinya Rafan lama sekali? aku juga nggak ngerti. tapi ku memang harus ceritain satu hari pertama dari cerita Rafan secara lengkap.

n, sory buat temen-temen yang baca ceritaku sejak awal you n she. aku akui tulisanku nggak kayak kemarin-kemarin. mungkin setelah lama nggak nulis, jadi masih belum terbiasa.

tapi sama seperti dulu yang pernah aku bilang saat aku nulis Fianer pertama kali ... nikmatin aja alurnya. karena aku disini berusaha menceritakn kehidupan Rafan pada kalian sebaik mungkin.

happy reading ....

---

Rafan pov

Tanganku bersidekap dengan kaki berselonjor santai. Dari tempatku duduk, aku bisa melihat apel pembukaan MOS dengan jelas. Aku bisa mengamati mereka sesukaku tapi mereka tidak bisa melihatku. Benar-benar tempat yang sempurna!

Aku pikir menyenangkan walaupun hanya sebentar. Mengulur waktu untuk bersantai, setelah bermain-main dengan mereka. Aku tahu nanti akan ada konsekwensinya. Tapi sejak kapan aku peduli dengan konsekwensi.

Tanpa memikirkan apapun, aku menyandarkan punggungku senyaman mungkin, lalu menutup mata. Aku akan menerima apapun hukuman yang dialamatkan kepadaku. Tapi nanti, setelah aku puas tidur.

---

Dya pov

Aku menggigit bibir sambil meremas rok.

Ya Tuhan. Aku baru mengenalnya, namun dia sudah membuatku merasakan banyak hal.

Ada rasa nyaman saat Rafan ada di sampingku, juga rasa senang saat Rafan membawaku berlari. Dia bilang dia membutuhkanku, dia bilang keberadaanku membuatnya tenang.

Rafan bodoh. Aku ragu dia sempat berpikir sebelum mengatakan itu. Aku bahkan tidak yakin apa Rafan benar-benar sadar telah menembakku. Aku tahu dia mengatakannya secara spontan, tapi aku masih tetap berdebar di sampingnya. Aku masih bersemu saat menatapnya.

Dan aku sadar sesadar-sadarnya saat menerimanya jadi pacarku. Aku punya seribu alasan untuk menolaknya. Tapi aku hanya membutuhkan satu saja alasan untuk bisa menerimanya. Yaitu, aku ingin tahu bagaimana rasanya jika bersamanya lebih lama.

Mungkin aku gila, namun aku punya firasat bahwa Rafan akan membawaku menemukan hal-hal yang berbeda. setidaknya itu membuatku penasaran apa yang akan kami berdua lakukan bersama nantinya.

Hal berbeda pertama yang aku lakukan adalah melangkah ke ruang sekretariat OSIS karenanya. Aku tak takut, karena setelah diinterogasi di sekeretariat OSIS, mereka memang langsung melepaskanku. Bagaimanapun aku memang tidak terlibat sama sekali dengan pemukulan yang dilakukan Rafan.

Dan sekarang aku berdiri di tengah lapangan, beriap memulai apel sebentar lagi. Bisa aku lihat wajah-wajah kakak kelas yang dipaksa tenang. Berpura-pura tidak ada yang terjadi agar apel pembukaan lancar. Aku tersenyum melihatnya. Tipis, karena aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Rafan sampai tertangkap.

Setelah membuat semua orang marah, aku yakin apapun yang Rafan terima akan berat. Dan itu membuatku khawatir setengah mati.

"Lo mau nggak nolongin gue?

Gue titip pesen buat ketua OSIS.Pesan itu bisa ngulur waktu sampai mereka nemuin gue. Gue capek banget hari ini. sebelum mereka nemuin gue, gue pingin istirahat sebentar."

Aku menghela nafas. Menatap kak Fier sambil menelan ludah. Aku berharap, mereka melupakan Rafan sementara waktu. Setidaknya sampai apel berakhir. Setelah itu, aku tak akan meminta lebih banyak lagi.

It (Rafan)Where stories live. Discover now