14. Fier mengamuk

4.1K 542 102
                                    

yang udah baca she dan you, pasti inget penggalan cerita ini. tapi di sana nggak ada yang bisa menjelaskan ada apa sebenernya sama Fier. karena memang nggak ada yang tahu sama sekali. kecuali Rafan.

Cuma Rafan yang tahu apa yang sebenarnya
terjadi hari itu.

-----

"Lo nggak masuk kelas?" tanya Diya cemas.

Rafan seperti tidak mendengar. Matanya awas memperhatikan sekeliling. Dia baru menginjakkan kaki di koridor kelasnya pagi itu. ketika melihat banyak anak berlarian melewatinya, ke arah yang sama. Ini bukan hal yang biasa di lihat.

"Lo masuk duluan," Rafan memberi perintah dan dia tidak ingin di bantah.

Rafan bisanya bersikap santai dan tidak peduli pada sekeliling. Namun sekarang sikap Rafan begitu waspada, membuatnya takut. Mau tidak mau Diya mengangguk, menurut. Cewek itu menerima tas Rafan saat cowok itu mengangsurkan tasnya. Lalu masuk ke dalam kelas meskipun was-was meninggalkan Rafan di koridor.

Banyak yang berlarian di sekeliling. Rafan bisa mencium ada hal yang tidak beres saat melihat banyak yang sibuk berlari. lalu berkasak-kusuk tak jelas. Saat ada yang mau melewatinya, Rafan langsung mencegat tangannya.

"Ada apa sih?" tanyanya penasaran.

Cowok yang dia cegat menunjuk-nunjuk ke depan. "Itu ... itu ... ketos kita ... lagi dikeroyok!" katanya tergagap.

Kak Fier? Di keroyok? Rafan terdiam. Lalu melepaskan cekalannya hingga cowok tadi lari lagi ke arah arus. Arus yang menderas hingga mau tak mau menarik focus Rafan menatap titik arah mereka berlari.

Rasanya aneh mendengar Fier berkelahi. Mungkin ini pertama kalinya Rafan mendengar hal ini. Maka dari itu dia diam saja. Namun setelah dipikir-pikir itu bukan urusannya.

Rafan tidak mau ikut campur. Lebih baik dia menyusul Diya masuk ke kelas. sementara masih banyak yang berlari melewatinya, dia memilih berjalan santai ke kelasnya.

Betul itu bukan urusannya. Dia untuk apa juga ikut campur. Dia tahu persis, saat seseorang ikut campur hanya ada dua kemungkinan. Membantunya atau justru membuat runyam masalah yang sudah ada. Dan dia tahu, kakaknya bisa menyelesaikan masalah apapun. Tanpa ada yang membantunya.

Benar.

Rafan bergegas ke kelasnya. Tidak memedulikan keributan yang ada di sekelilingnya. Sampai kelas, dia terbengong-bengong melihat nyaris setengahnya kosong.

"Pada nggak ada kerjaan apa?" gumamnya aneh.

Saat matanya bertumbukan dengan mata Diya, langkahnya terhenti seketika. Ingatan akan kata-kata Diya kemarin terngiang kembali.

Bukankah melindungi adiknya adalah insting alami seorang kakak?

Tangan Rafan terkepal saat merasakan keraguan yang membesar di dadanya. Sejak tadi perasaannya tidak enak. Mereka sudah mencapai kesepakatan untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Dia sendiri yang menyukai kesepakatan itu. dia yang berharap kesepakatan itu akan berlangsung selamanya. Kalau perlu tanpa batas waktu.

Tapi perasaan tidak enak ini ...

Bukankah melindungi adiknya adalah insting alami seorang kakak?

"Arrgh!" Rafan menggeram marah, tapi setelah itu berbalik juga. berlari, mengikuti, bahkan lebih cepat dari arus. Dia menyalip beberapa orang sekaligus saking tergesanya. Saat hampir sampai di pusat kerumunan, dia berhenti mendadak karena hampir menabrak seseorang. Dia kaget. Karena orang yang hampir menabraknya juga kaget. Namun saat dia menatap, ternyata itu adalah Fianer.

It (Rafan)Where stories live. Discover now