Enam

117K 8.7K 208
                                    

............Damian.........

        Kugigit lehernya semakin dalam. Darah mulai mengalir keluar dari dalam kulitnya. Kurasakan tubuhnya melemas dalam rengkuhanku. Aku tahu pasti dia sudah tidak sadar sekarang. Kulepaskan tancapan gigiku pada lehernya. Menjilat darah yang keluar dari leher gadisku. Merasakan manis darahnya. Manis yang membuatku ingin segera menyesapnya sekarang. Tapi tidak, ia perlu terbiasa dengan luka tancapan gigi itu dulu.

Aku adalah seorang Demon. Aku memerlukan darah gadisku, sebagai minuman, juga sebagai ramuan agar aku tetap bertenaga. Seorang Demon yang telah menemukan matenya akan bergantung sepenuhnya dengan sang mate. Ia akan sangat mudah lelah bila tidak meminum darah sang mate. Hanya darah matenya, bila ia nekat meminun darah lain selain darah matenya maka kehancuran akan terjadi pada tubuhnya. Itulah mengapa para Demon begitu possessive dan mencintai sang-mate.
Perasaan cinta akan langsung muncul dalam sekali tatap begitu ia melihat matenya. Mate adalah segalanya bagi para Demon.

Kubaringkan Ivy pelan-pelan keatas tempat tidur mengelus rambutnya, menyinkirkan beberapa helai rambut yang menutup wajahnya, menghalangiku untuk menatap wajahnya dengan bebas. Senyum tipis terukir pada bibirku, ku elus setiap inci wajahnya. Memperhatikannya dengan perasaan hangat pada hatiku.

Aku mencintai Ivyku, gadisku.
Aku mencintainya sejak pertama kali aku melihat wajahnya. Wajah putih bersihnya, mata biru terang bagaikan lautan.

Mata para mermaid memang paling lembut di antara mata mahluk
Imortal lain. Mata mereka memang mempesona.

Aku mengelus bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengelus bibirnya. Bibirnya yang terasa begitu manis, aku mengecupnya. Kemudian melumatnya pelan pelan meresapi rasa manis yang terasa begitu manis.

"Tuan." suara Max membuatku melepaskan bibir gadisku. Aku mengangkat tubuhku. Namun tidak menoleh kearahnya. Aku justru menatap wajah gadisku yang terbaring tidak sadarkan diri.
" Ada apa Max?" tanyaku.
" Para serigala liar menyerang bagian barat hutan Lofarx." lapor Max.
" Siapkan beberapa pasukan aku akan ikut." Balasku sambil berdiri.
"Baik tuan." balas Max kemudian menghilang.
Max adalah seorang penyihir. Ia bisa melakukan teleportasi dengan cepat berkali-kali.

Aku berjalan kearah lemari mengambil pakaianku di sana. Berjalan mendekati Ivy kembali mengecup keningnya.
"Aku akan segera pulang bila urusanku sudah selesai." bisikku.

Aku berjalan keluar bersiap-siap untuk berangkat ke hutan Lofarx.

Hutan Lofarx adalah hutan lebat di bagian barat Black Moon Pack, pack terbesar dalam kerajaan Werewolf.
Aku hanya akan memperhatikan apa yang mereka lakukan di sana.

Bila kurasa perlu baru aku akan ikut menumpas para pemberontak tampa otak itu.

Mengingat jarak yang cukup jauh, kurasa besok sore aku baru dapat sampai kembali di rumah.

              ....................................

.........Ivy.........

Aku mengerjap ngerjapkan mataku yang sedikit kabur. Memutar pandanganku kesekitar kamar mewah juga luas ini. Kusentuh leherku yang rasanya sedikit berdenyut sakit.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang