Duapuluh dua

67K 5.3K 101
                                    

…………Damian………

"Tuan nyonya Ivy, hamil.."

Ucapan Helen kepala para healer membuatku pucat pasi. Tubuhku menegang mendengarnya.

Mulutku terkatup rapat, ekspresiku berubah memgeras. Tubuhku bergejolak hebat.

Wajahku memandang Ivy dengan pandangan kosong. Hatiku terluka melihat tersenyum sambil memeluk perutnya. Di sana…

Di sana ada buah cinta kami...

Tapi kenapa, kenapa harus sekarang...

Ini sungguh bukan kabar yang baik.

Ku pejamkan mataku, kepalaku berdenyut.

Bagaiman ini, apa aku tega, apa aku tega melukai hati Ivy. Apa yang harus aku katakan, aku tidak mungkin bilang aku tak mengharapkan anak itu sekarang. Ivy akan terluka. Dia akan membenciku. Ini salahku. Melakukannya tampa memikirkan konsekuensinya.

Aku dapat melihat sesuatu yang buruk ingin Helen katakan dalam bola matanya. Sesuatu yang buruk.

Dan aku tahu ini sangat buruk, bagiku juga bagi Ivy.

………Ivy………

Aku hamil, aku hamil aku hamil.

Kata kata itu terus berputar di otakku, senyum lebar tercetak di bibirku, membayangkan ada yang hidup di perutku. Tangaku bergerak mengelus perutku kemudian mendekapnya hati hati. Membayangkan aku menjadi cangkang hangat bagi bayiku. Menjadi pelindungnya sebelum matanya dapat menatap dunia. Aku akan berbagi makan dengannya. Aku tidak sabar lagi. Bagi para mermaid waktu mengandung tidak lah lama. Cukup lima bulan. Cukup lima bulan maka aku sudah dapat mengelus pipi bayiku.

    Bibirku tersenyum mengingat bagaimana bayi ini bisa tercipta.

>Flash back<

"sungguh Kau sudah mengingat semuanya ?" tanya Damian, ia menatapku dengan pandangan lembut khasnya. Pandangan lembut yang sangatku rindukan. Padangan mata yang menedukan.

Aku mengangguk sambil tersenyum lembut menatap tepat kedua manik seburu lautnya itu. Damian memeluku semakin erat. Rasanya tubuhku langsung kebas Damian berlebihan, tapi aku merasa nyaman dan tak rela ia melepaskan peluakn ini.  Hingga kemudian Damian merenggangkan pelukannya. Ia mematapku dalam.

Ada apa ??

Kedua alisku berkerut bingung.

" ada yang salah Damian ?" tanyaku bingung.

Senyum nakal Damian kemudian tercipta. Ia menggulingkan tubuh kami hingga aku berada di atas tubuhnya. Kedua tangannya memeluk pinggangku.

Oh aku paham, melihat semyum nakal menari nari di matanya aku mengerti apa yang ia inginkan. Ide gila muncul di otakku. Sedikit bermain main sepertinya seru.

" Apa yang kau mau hemm??" tanyaku dengan suara yang kubuat semenggoda mungkin. Tangaku bergerak mengelus dadanya yang masih di lapisi kemeja. Ku dengar Damian menggeram. Hahaha liat wajahnya yang kesal. Ku gerakan tanganku terus hingga mengekus perut kotak kotaknya.

"Menurutmu apa yang aku inginkan" tanyanya sambil menatapku dalam. Suaranya terdengar serak. Tanganku beralih mengelus rahangnya yang kokoh. Mengelus rahang bersih tampa jamban itu. Aku heran mengapa meski aku telahvmengalami kelahiran kembali ia masih terlihat begitu muda. Bahakan wajahnya tidak berubah dari lima belas tahunyang lalu.

"Aku tidak tahu " ujarku sambil mengedipkan mataku. Tanganku beralih mengelus tulang pipi dan hidung mancungnya.

Jari jariku bergrak membelai bibirnya, kurasakan bibirnya mengecup jari jariku membuatku terkekeh geli.

" jadi, kau tidak tahu apa yang ku inginkan?" tanya Damian dengan segai di bibirnya.

Aku menggeleng pura pura polos.

" tidak aku tidak tahu, aku benar benar tidak tahu"

" ah begitu ya" tangannya begerak memainkan rambut panjangku.

"  hm biar aku tunjukan, apa mau ku" balasnya sambil menyerigai. Damian membalikan posisi kami hingga aku berada di bawahnya. Serigainya semakin lebar.

" Kau tahu aku sudah sangat merindukanmu, dan aku tidak akan lembut kali ini, dan aku tahu kau segaja menggodaku tadi,sayang"

Nafasku tertahan, sepertinya Damian tidak main main.

<end flash back>

   wajahku langsung memerah begitu ingatanku bergulir ke kejadian setelah itu. Ku tolehkan wajahku mentap Damian. Senyum lebarku berlahan pudar melihat wajah pucatnya, ada apa apa Damia tidak mengharapkan bayi ini ??

Ku rasakan kepalaku berdenyut sakit. Ada sesutu yang bergejolak di perutku. Tubuhku spontan bangkit.

"Hueeekkk uhukkk uhuukk hueekkk uhhukkk uhuukk" aku muntah.

Tubuhku mematung menatap selimut berwarna emas di hadapanku yang sedikit memiliki noda berwarna merah. Ku seka bibirku kemudian menatap tanganku dengan tubuh menegang.

   Aku muntah Darah...

Kepalaku pening, keringat dingin menetes hingga.

   semuanya gelap.

                 ……………………

Mataku mengerjap, menangkap bayangan seorang pria dalam dalam cahaya remang remang.

" Apa kau baim baik saja ?" itu suara Damian. Mataku mengerjap.

Apa yang terjadi ??

Mataku beralih menatap damian penuh tanya. Dan seakan tahu Damian menjelaskan apa yang terjadi padaku.

" Kau muntah darah Ivy" balasnya terdengar khawatir.

Aku muntah darah ??

Aku tahu orang hamil memang cenderung muntah, tapi muntah darah itu terasa janggal.

" Ivy…" Damian memanggilku suaranya terdengar serius.

" Ada apa ?" aku melihat raut khawatir di wajahnya tanganku bergerak mengelus rahangnya.

" ini mungkin akan menyakitimu" ujarnya membuat dahiku menyengit bingung.

Apa yang akan menyakitiku ??

"Dengarkan aku sayang, bayi ini hhhh tidak bisa lahir" ujar Damian lemah.

Tubuhku menegang, a-apa maksud Damian bayi ini tidak bisa lahir.

"Apa apa maksudmu Damian " tanyaku pelan mataku terasa panas, ada yang memggenang di mataku membuat mataku mengabur.

" Bayi ini tidak akan bisa bertahan sayang, percayalah aku tidak bermaksud membuatmu sedih, tapi ini kenyataan" jelas Damian, dan penjelasan itu menghancurkan hatiku.

"APA MALSUDMU DIA TIDAK BISA BERTAHAN" bentakku emosi.

" dia memiliki sedikit saja harapan hidup Ivy. Bila kau memaksa dia hidup itu artinya kau menyiksanya di dalam sana" jelas Damian. Ia tampak menahan kesabarannya.

"Aku tidak mungkin memyiksa bayiku Damian" ujarku lirih.

"Aku tahu Ivy, Aku tahu" ia bergerak memeluk tubuhku.

Aku memberotak, mencoba melepaslan pelukan itu.

"LEPAS LEPAS LEPAS"

" JIKA KAU TIDAK MENYAYANGI ANAK INI BIARKAN AKU MERAWATNYA, AKU TIDAK MEMBUTUHKANMU DAMIAN" teriakku marah. Kurasakan pelukan itu mengerat.

Kurasakan taring Damian menancap di leherku. Ia akan membuatku tak sadarkan diri. Aku tahu itu.

" ERVIKAS AIRKASIA"  ujarku lirih, setidaknya mantra ini akan melindungi bayiku.

Tbc...

Haiiii....

Thanks udah vommet yang kemarin.
Jangan lupa vomment lagi ya. Uahhh aku gak nyangka folowers aku bakal memingkat. Thanks banget ya.

Jangan lupa vomment okkk

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang