Dua puluh.

70.8K 5.6K 58
                                    

………Damian………
    

      Sudah dua tahun lebih, sudah dua tahun lebih gadisku hidup seperti mayat. Kehilangan kedua orang tuanya sepertinya menjadi pukulan telak di hatinya. Tak jarang kulihat ia menagis meraung raung mengatakan bahwa orang tuanya masih hidup, lagi terkadang dia malah terdiam dengan pandangan kosong.

    Ia sudah mulai tenang beberapa minggu ini, ia menjalankan harinya tampa nyawa. Beraktifitas layaknya robot. Aktifitasnya monoton, belajar, pulang, makan, kemudian ia tidur.

Usianya sudah hampir mencapai usia 17 tahun. Beberapa bulan lagi ia akan menamatkan sekolahnya.

Aku menatapnya, duduk sendirian di depan kolam ikan koi, pandangan matanya kosong. Wajahnya pucat. Tubuhnya jauh lebih kurus dari dua tahun lalu. Aku melangkah mendekatinya, memeluk lehernya dari belakang. Tidak ada respon ia tidak menolak tapi tidak juga menerima.

" Hey, awannya sudah menghitam sebaiknya kita masuk" ajakku.

Kutarik tubuhnya, menggendongnya di depan tubunya, mengaitkan kedua kakinya di pinggangku.

Ia tidak menolak, bibirnya mengatup rapat.
 
  Aku menggendongnya memasuki Mansionku, awalnya aku ingin membawanya kedunia imortal, tapi...

Itu akan membangkitkan ingatannya, itu bukan hal yang bagus. Memancing ingatan buruk dalam pikirannya yang sudah hancur.

Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku benar benar melakukan itu.

Ku bawa ia menaiki tangga, hingga berheti tepat di depan pintu kamar kami, ku putar knop pintu kemudian membawanya masuk.

Ku dudukkan ia di pinggir tepat tidur. Dia masih diam tak bergerak sedikitpun.

"Tidurlah sayang, kau harus istirahat" ujarku. Dia menurutinya, dia berbaring membiarkan aku menyelimuti  tubuhnya...

                       ………………

  ………Letta………
 
       Pukul 12.35 aku terbangun, suasana kamar yang gelap menyambutku. Aku memang sudah sering mengalami insomia. Aku bangkit menyingkirkan tangan Damain dari pinggangku. Berjalan mengambil air di nakas. Mataku menyengit melihat sebuah foto di anatar tumpukan kertas. Ku tari foto itu. Mataku menyengit mematap wajah gadis di dalam foto itu. Gadis itu aku.

Sekelebat bayangan muncul, tidak terlalu banyak bayangan. Kepalaku berdenyut. Aku melihat diriku, diriku sendiri dalam keadaan menjadi seorang duyung berbicara dengan duyung lainnya. Kemudia berganti menjadi banyanganku di kejar oleh bayangan hitam di tengah laut yang gelap.

     Aku mundur sambil memegang kepalaku yang bendenyut. Bayangan banyangan itu berputar terus memerus seperti kaset rusak. Aku yakin gadis itu aku.

    "Ivy aku telah menemukan mateku"
    
       "Apa kau terluka Ivy"
 
         "Kau tidak akan pernah bisa lari dariku Ivy"

      " dengarkan aku, kau adalah mateku, akan ku korbankan apapun untukmu, meski itu nyawaku sekalipun"

   " Dengarkan aku Ivy, siapapun yang nanti mengajakmu pergi, jangan ikuti dia, kecuali aku yang mengajakmu"

" Kau mate seorang Demon"

     Ivyy ivyyy ivyyy

   "ARRRGGGHHH"

   PRRRAAANNGGGG

Gelas yang berada di atas nakas terjatuh dan pecah. Damian bangun lalu segera bangkit mendekatiku kemudian memelukku.

    " Ada apa Sayang, beri tahu padaku" tanyanya khawatir.

Kepalaku berputar, semua itu nyata. Rasanya begitu nyata.

Nafasku tak beraturan, kepalaku berdenyut hebat menahan rasa sakitnya.

     " Aku aku mengingatnya" ujarku dengan pandangan kosong.

     " Apa sayang apa yang kau ingat" tanya Damian. Aku berada di pelukannya teduduk di lantai.

   " Damian katakan padaku, katakan apa aku.....Ivy" tanyaku

    Damian tampak menegang, ia menayapku dalam.

   " Kau mengingat semuanya ??" tanyanya .

   " Tidak tidak semua, hanya beberapa kejadian" balasku.

     wajahnya beralih melihat foto di tanganku.
  
    tubuhnya kaku tak bergerak.

      " Di mana kau menemukannya ?" tanya Damian. Tanganku bergerak menunjuk tumpukan kertas di atas nakas.

   Damian menghrla nafasnya berat.

  " Katakan Damian apa aku Ivy itu ??" tanyaku sedikit memaksa.

  Damiam tersenyum, senyum tulus yang tidak pernah ku lihat. " Ya letta kau adalah Ivy, Ivyku"

  " Tappi siapa aku, meng mengapa dua tahun ini aku banyak mengalami kejadian aneh??" tanya ku.

 
   " Perlu waktu Letta, aku tidak bisa memjelaskannya sekarang, kau harus mengingatnya sendiri." jelas Damian.

     Ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin aku memiliki kehidupan sebelum kelahiranku.

   Bagaimana mungkin, aku bisa paham dengan semua ini.

 
                ………………………

……{}¥££……

Dalam ruangan gelap, ruangan kosong tampak begitu lembap, bau anyir menyerbak di udara, menghantarkan rasa ngeri tersendiri. Tampak seorang wanita duduk di singasana dengan angkuh, menatap seseorang di hadapannya dengan tajam.

Wanita itu memiringkan wajahnya, memandar rendah pria di hadapannya. " jadi  ada berita ?" tanya wanita iti.

" ada ratuku, nyonya Letta telah mengetahui jati dirinya" balas pria di hadapannya.

".Dia sudah ingat ?? Tampaknya ini akan menarik. Oh Ivyku yang malang. Aku takkan pernah melepaskan mu sayang" ujarnya lebih kepada diri sendiri. Senyum seringai tercetak di bibirnya yang menggunakan pelembap bibir semerah darah. Gigi gigi putihnya terlihat tampak mencolok di antara kegelapan. Dia antara kegelapan.

                   ……………………

……… Letta………

" kau harus berhati hati, bagaimana jika kau jatuh tadi" tubuhku mematung merasakan rangkulan Damian dibpinggangku. Wajahku memerah, bagaiman inj bisa terjadi. Jatungku berdetak kecang menatap wajah tampannya.

"Ma-maaf kan aku" balasku malu malu. Ia terkekeh membuat mataju terpaku pada senyum di bibirnya.

Ku geleng gelangkan kepalaku mengusir pikiran tidak jelas di kepalaku.

Aku mulai bangkit membenarkan posisi berdiriku. "Bersiaplah kau akan segera ke sekolah bukan" ujarnya, aku mengangguk membenarkan tali tasku. "Ayo" ia mengengam tanganku, mengantarkan rasa hangat di sana, Letta kau sudah gila !!!

Dia membawaku menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah.

                      …………………

  

Duh aku minta maaf bgt, udah lama update, pendek lagi. Ciyus dah aku gak punya waktu. Seibuk osis aku panitian mos. Belum lagi perlengkapan sekolah yg masih belom beres. Sorry yaaaa
   

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang