Sebelas

94.4K 6.7K 105
                                    

   ......Letta......

Suasana kota Flox sore ini sedang tidak bagus, langit tampak mendung membuat suasana kota lebih gelap dari biasanya.

    Aku berjalan menyusuri terotoar jalan dengan jaket tebal membungkus tubuh mungilku.
Ku hembuskan nafas beratku, membuat uap panas keluar dari mulutku.
Aku menegok kekiri dan kekanan kemudian menyebrang.

" Permisi toko bunga di mana ya ?" tanyaku pada seorang nenek pedangang daging sapi.
" Oh toko bunga, dari sini lurus saja, lalu belok ke kiri, di sana kau akan menemukan toko bunga itu." ujar nenek itu
" Terimakasih." balasku sambil mengangguk sopan.
Nenek itu hanya mengangguk kemudian tersenyum manis.

Aku berjalan mengikuti petunjuk nenek tadi, dan aku menemukan toko bunga itu.

Trriinggg

Suara bel pintu terdengar begitu aku masuk ke dalam.
" Selamat datang!! Ada yang bisa saya bantu ??" sapaan ramah sang penjaga toko bunga. Aku membalas senyumannya.

"Aku ingin memesan bunga tulip putih apa ada?" tanyaku
" Oh tunggu sebentar, biar saya bungkuskan, ingin berapa batang" si pelayan toko mulai menyiapkan semua yang di perlukan.
"Tiga batang saja" ujarku. Ia tersenyum kemudian mulai menyipkan sebuket bunga tulip pesananku. Aku menunggu sambil memainkan smartphonku.

Selang beberapa menit bunga itu telah siap " Ini bunganya, datanglah lagi kapan kapan,"
"Terimakasih." Balasku.

Aku berjalan keluar, bunga ini untuk sahabat ku Valesa, ia kecelakaan beberapa minggu yang lalu, aku menyetop sebuah taksi, kemudian memasukinya.

"kemana Nona?" tanya si supir.
" Rumah sakit Matilda tolong," balasku.
Dua puluh menit kemudian aku sampai di depan sebuah rumah sakit besar, aku membayar taksi itu kemudian melengang santai memasuki rumah sakit.

    " Pagi Vale," sapaku begitu masuk kedalam ruang inapnya.
     " Pagi lett, ah sukurlah kau datang, aku bisa mati bosan di sini," ujarnya sambil mematikan smartphonnya.
Bagaimana keadaan kakimu, apa sudah baikan?" tanyaku sambil menengok kakinya, tulang kakinya sedikit retak.
   Valesa menggerakkan kakinya  " Yeah sudah lebih baik, aku bisa pulang malam nanti, dan sekolah besok"
  " Sukurlah kalau begitu, kau tertinggal banyak pelajaran," balasku sambil tersenyum.
   " Oh iya, aku membawakanmu beberapa tangkai bunga tulip," lanjutku sambil memberinya buket bunga tulip yang tadi ku beli.
    " Ahh kau baik sekali," ia menerima bunga itu dengan senang. Valesa memang sangat menyukai bunga tulip.
     " Aku tidak bisa lama lama Vale, kau tahu bunda dan ayahku pulang hari ini, aku ingin menyambut mereka" ujarku.
"Huuffftt ya sudahlah, tidak apa apa jika kau mau pulang sekarang," Valesa menghembuskan nafasnya sedikit kesal.
" Aku pulang dulu," ujarku sambil berlalu, melangkahkan kakiku ke luar ruangan Valesa.

     Awan mulai menghitam, sepertinya akan ada hujan besar, sebaiknya aku segera pulang jika tidak mau kebasahan. Aku mempercepat langkah kakiku, segera menyetop taksi kemudian pulang kerumah.

Untung saja hujan besar itu datang setelah aku sampai di depan rumah. Aku berlari memasuki rumahku, hufffttt basah deh!!

Aku berjalan masuk membuka kunci rumah, dan segera masuk kedalam, aku tidak pernah tahan dengan baju yang basah, meskipun hanya sedikit, rasanya aku ingin langsung berendam agar basah sekalian.

Aku segera menganti bajuku dengan baju kering, kemungkinan ibu dan ayahku akan datang sekitar setengah jam lagi.
 
      Eh aku belum mengenalkan diri sepertinya, baiklah namaku Arletta Requela, putri dari pasangan teromantis sepanjang masa, dengan ayah yang romantis sekaligus manja  terhadap bunda, dan bunda adalah mahluk paling lemah lembut dengan cubitan yang bahkan bisa membuat kucing mati hidup kembali.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Where stories live. Discover now