Empat belas

83.6K 6.2K 72
                                    

……Letta……

    Ini malam minggu dan malam ini aku memiliki janji dengan Valesa untuk menginap. Yah kami berdua memang tidak memiliki pasangan, jadi kami berdua akan menghabiskan malam minggu bersama.

Tepat pukul 19.45 kami sampai di rumahnya. Orang tua Valesa hampir sama sibuknya dengan orang tuaku. Jadi tidak jarang kami saling menginap jika di tinggal sendirian di rumah. Valesa itu tomboy, ia benar benar sosok gadis tangguh. Dia tidak akan diam jika ada yang berani menggagunya. Namun ahir ahir ini dia bersikap lebih waspada, dan dia jadi sedikit terlihat ketakutan bila bertemu kakak kelas kami, entah siapa namanya. Kakak kelas paling rupawan dengan kulit pucat, dan entah mengapa aku merasa kulitnya sangat sangat dingin. Bisa jadi karna itu Valesa ketakutan bila bertemu dengan pria itu.

     kami berjalan menuju kamarnya, kami selesai berbelanja dengan uang dari kartu debit hadiah ulang tahun dari bunda dan ayah.

  " Letta, apa tadi kau merasa di ikuti" tanya Valesa sambil menatapku serius.
" Uhhmmm ya, aku pikir hanya perasaanku saja. Ternyata kau juga merasakannya " balasku ragu.
" Ya aku juga merasakannya" kami berdua termenung cukup lama sibuk dengan pemikiran masing masing.

" Ah sudahlah jangan terlalu di pikirkan, mungkin hanya orang yang penasaran dengan kita" Ujar Valesa dengan senyum lebar sambil menepuk nepuk punggungku.
"uhhh, iya" balasku.

Valesa bangkit menyalakan Televisi di kamarnya, mengotak ngatik chenel kemudian berhenti pada sebuah kartun busa kuning konyol, spogebob. Kami berdua serasi dalam selera tontonan, kami menyukai kartun dan movie thailer.

" Tontonlah dulu, aku akan mandi lebih dulu, setelah itu baru kau yang mandi" ujarnya sambil melangkah memasuki kamar mandi. Aku mengangguk meng-iyakan. Tangan ku terulur menari snek snek yang selalu tersedia di kamar Valesa.

Mataku menatap keluar balkon. Langit malam ini entah mengapa terlihat sedikit.lebih bersahabat. Bintang bintang memang tidak terlihat, namun bulan menampakan dirinya dengan percaya diri di antara awan awan gelap itu.

Tak butuh waktu lama Valesa keluar dari kamar mandi. Dengan keadaan lebih fress, ia sudah mengganti bajunya dengan piama tidur kesayangannya.
" Sana giliranmu mandi" surunya
" Iya iya" balasku. Aku berjalan menuju lemarinya, mengambil piama ku di sana, beberapa baju dan piamaku berada di rumahnya, untuk sekedar jaga jaga kalau saja aku lupa membawa baju ganti.

Aku masuk kedalam kamar madi. Menyiapkan air hangat bercampur busa, aku ingin berendam sejenak. Tubuhku sedikit terasa lelah.

Setelah siap, aku menanggalkan seluruh pakaianku dan mulai berendam. Uhhh rasanya nikmat ketikan busa busa bercampur air hangat menengelamkan kulitku.

Kamar mandi valesa memiliki fentilasi kaca yang blur, aku tahu itu berada jauh di atas. Aku tidak pernah berpikir akan ada yang mengintip, selain. Ini lantai dua yang sangat tinggi, tembok kamar mandi terlalu rata untuk berpijak dan berpegangan.

Cahaya bulan purnama menembus celah lubang kecil yang tercipta pada kaca ventilasi itu. Cahayanya masuk lurus melalui celah. Aku mengikuti arah cahaya itu.

"VALESA!!!!! VAL!!!!! VALEEEEE!!!!" aku berteriak histeris.
"VALESSSAAAAA!!!!VALLEEEE !!!!"

Dukkk dukkk dukkk
"Ada apa Lettttt" balasnya dengan panik.
"Valee tolong aku, aku tidak tahu apa yang terjadi" teriakku.
" ada apa??!!, buka pintunya" balasnya sambil memutar knop kamar mandi dengan brutal.
" Aku aku tidak tahu, aku tidak bisa bangkit." aku berteriak kebingungan.

      BRAKKKKK

aku yakin ia sedang berusaha untuk mendobrak pintu kamar mandi.

Aku berusaha untuk tidak menatap arah cahaya itu. Berusaha mengatur nafas menenangkan diri. Ku pejamkan mataku rapat rapat. Kemudian mengintip sedikit kearah cahaya itu.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Where stories live. Discover now