Dua belas

82.9K 6.6K 82
                                    

......Letta......

Mataku mengerjap ngerjap merasakan penglihatanku kabur. Aku bangkit mencoba mengfokuskan diri. Ya tuhan kepalaku sakit sekali. Aku memegang kepalaku, sedikit memijatnya. Apa yang terjadi ?

rasanya kepalaku semakin berdenyut karena kupaksakan mengingat sesuatu. Aku menolehkan wajahku, tepat pada sebuah cermin besar di samping tempat tidur. Mataku memebelak begitu ingatanku berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu.

Tadi itu mimpi kan ??

Ku tolehkan wajahku menatap jam di atas meja belajarku, 6.05.
Tubuhku langsung meloncat dari tempat tidur, aku bisa terlambat kalau begini. Aku segera berlari masuk kedalam kamar mandi. 15 menit cukup untuk bersiap siap. Aku segera merapikan tempat tidurku. Kemudian menyambar tasku, menyisir asal rambutku kemudian bergegas keluar.

" Bunda kenapa tidak membangunkanku," ujarku kesal begitu sampai di meja makan.
"Bunda lagi kerepotan, lagian kamu udah lima belas tahun, masa masih di bangunin," balas bunda sambil mengoles selai coklat pada roti tawar.
"Lima belas tahun ???" aku bingung.
"Ckckck anak Bunda pikun juga ya, masa ulang tahun sendiri gak ingat." bunda berdecak kesal.
Mataku langsung melotot, kyyyaaa !! Hari ini aku berusia lima belas tahun.

"Kado," todongku langsung.
Bunda tersenyum manis "Nih belanja apa yang kamu mau, tapi jangan berlebihan," ujar bunda sambil memberiku sebuah kartu debit. Mataku berbinar bahagia.

"Aaaaaa, Bunda emang the best deh," ujarku sambil memeluk bunda erat.

" Hey uang itu milik ayah, kenapa hanya Memeluk bunda saja," gerutu ayah mengagetkanku. Aku berbalik dan berlari memeluk ayah.
" Makasih ayah," ujarku dengan suara yang segaja ku manja manjakan.

"Hey sudah sudah, Letta kau sudah terlambat, sepuluh menit lagi bel sekolahmu berbunyi kan?" ujar bunda .

Aku memutar pamdanganku dan berhenti pada sebuah jam hitam yang bertenger manis pada tembok.

"Kebiasaan kamu ini, ayo cepat Ayah antar," ajak ayah sambil meneguk air putih yang ia ambil dari atas meja makan. Ayah mengecup sekilas pipi bunda kemudian melangkah keluar.

Aku juga ikut mengecup pipi bunda, setelah itu bergegas mengejar ayah.

                 ...........................

......Damian......

Tubuhku terasa sedikit kaku, aku berdiri tepat di tengah tengah sebuah mansion. Mansion perbatasan antara dunia Immortal dan dunia manusia. Bagi manusia menembus dunia Immortal itu sangat sulit, nyaris tidak mungkin, namun bagi mahluk Immortal, itu sangat mudah. Hanya seperti melewati sebuh pintu.

Aku memakai stelan kemeja putih yang di balut jas hitam legam. Rambutku segaja berantakan dengan warna hitam legam dengan panjang hampir melewati kerah bajuku.

Bebrapa hari lalu, Max membeli sebuah perusahaan besar. Perusahaan besar yang mengalami krisis keuangan. Perusahaan dengan cabang hampir memenuhi dunia manusia, aku sedikit heran bagaimana perusahaan itu bisa mengalami krisis uang yang sangat parah.

Aku melenggang santai menuju mobilku di luar. Aku harus segera memebereskan perusahaan itu, jika perusahaan itu telah beres. Aku dengan mudah dapat melacak gadisku.

Aku sudah mempelajari secara detail tetang peradaban manusia di jaman moderen. Mansion ini sudah penuh dengan perlengkapan manusia. Pelayan pelayan di sini pun ada, dari bangsa Immortal tentu saja.

Sekedar pemberitahuan mansion ini berada di tengah hutan. Hutan yang menurut para manusia berhantu. Rumor yang sungguh buruk sekali.

Aku masuk kedalam sebuah mobil mewah, Max memang tidak pernah main-main dalam melaksanakan perintahku. Tidak ada hal yang terlewat, Sekecil apapun hal itu. Itulah mengapa aku sangat mempercayainya.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Where stories live. Discover now