Chapter 1

19.2K 651 43
                                    

Disclaimer : Hiro Mashima-sensei.

Rated : T
Genre : Romance & Hurt/Comfort
Pairing : [Natsu D, Lucy H] Lisanna S.

Catatan : Fict ini murni karya saya, @LeyolanSwan . Jikapun ada kesamaan tokoh ataupun jalan cerita, itu hanyalah kebetulan belaka.

.
.
.

Nah! Happy Reading Minna-san ^^

.
.
.


Lucy Heartfilia sangat menyukai musim panas. Bukan menyukai seperti berharap setiap musimnya adalah terik matahari dimana-mana. Lucy menyukai musim panas karena saat libur musim panas tiba, Lucy bisa memiliki banyak waktu untuk membantu Ibunya dan menghabiskan waktu bersama sang Ibu. Membantu memasak makan malam, bersama-sama membersihkan halaman belakang kemudian minum sirup dingin bersama, bahkan membantu Ibunya untuk menjahit pakaian-pakaian pesanan pelanggan.

Ya, Lucy menikmati itu semua, dia tidak lelah dan tidak merasa lelah. Karena baginya, melihat sang Ibu tertawa dan membantu mengurangi sedikit pekerjaan  adalah kebahagiaan tersendiri untuknya.

Pernah, Lucy berniat mengambil kerja paruh waktu. Namun Layla, sang Ibu menolak keras keinginan Lucy dengan alasan dia masih bisa bekerja dan ingin Lucy cukup memikirkan kuliahnya saja.

“Apa kamu tidak ada tugas kuliah? Mama bisa menyelesaikan sisanya.” Layla bertanya ketika dia datang membawakan segelas sirup rasa jeruk dengan tambahan es kesukaan Lucy. Meletakkan minuman itu di dekat meja jahit yang kini sepenuhnya merebut perhatian sang anak.

Lucy menoleh sebentar kemudian tersenyum kecil melanjutkan pekerjaannya. “Sedikit lagi selesai, Ma. Tanggung.”

Suara mesin jahit yang tengah digunakan saat itu menjadi satu-satunya suara yang mengisi ruangan kecil rumah milik pasangan Ibu dan Anak tersebut. Lucy adalah tipe anak yang tidak pernah mengeluh, bahkan ketika anak seusianya sudah memiliki smartphone dengan teknologi kian canggih, Lucy masih betah dengan handphone jadulnya. “Selama bisa dipakai untuk telepon dan sms, tidak perlu beli yang baru.” Begitu katanya dulu ketika Layla menawarkan untuk mencicil sebuah smartphone. Lucy menolak keras dan meminta Ibunya untuk memasukkan uang tersebut kedalam tabungan dari pada digunakan sia-sia.

Lucy bahkan tidak pernah menuntut, gadis itu adalah gadis yang tegar dan dewasa, membuat Layla merasa bersalah karena berpikir Lucy hanya terlalu menahan keinginannya.

Tentu saja Lucy sangat memikirkan Layla, apalagi sejak Ayah yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan saat pekerjaan. Lucy jadi semakin tidak ingin merepotkan Ibunya. Rasa sayangnya pada Layla jauh lebih besar dibandingkan kehendak egonya.

“Aku selesai.” Lucy mengangkat sehelai pakaian yang baru saja dia jahit, ukuran dan motifnya sudah pas. Gadis itu tersenyum puas kemudian beranjak untuk duduk di lantai sebelum meraih plastik putih, memasukkan pakaian yang sudah dia selesaikan.

“Hasilnya cantik. Kadang Mama iri karena keahlian kamu bahkan lebih bagus dari Mama.”

Lucy tertawa kecil, menatap Ibunya sambil nyengir, “Aku memang selalu melakukan hal yang terbaik Ma. Aku ini multitalenta, aku bisa melakukan apa saja. Hahaha!” Dia tertawa sendiri dengan ucapannya.

Layla tersenyum kecil kemudian mengangguk sekenanya, “Kemarikan. Biar Mama saja yang antar.”

Lucy segera menjauhkan pakaian yang baru dia selesaikan. “Tidak. Aku saja, lagipula alamatnya cukup jauh.” Lucy membaca alamat yang tertera di kertas yang menempel, “Oh! Ini cukup dekat dengan kampusku. Aku saja yang antar, Ma.”

You're MINE!Where stories live. Discover now