Chapter 6

5.6K 411 26
                                    

“Aku akan bicara duluan, kau keberatan?"

Natsu memperhatikan Lucy yang duduk di hadapannya, gadis itu terus-terusan memasang wajah tanpa ekspresi yang membuat Natsu frustasi. Keduanya duduk di sebuah meja yang terletak di sudut cafe, dengan Natsu yang sedikit gugup.

Ya, gugup. Sementara gadis didepannya terlihat biasa-biasa saja.

“Silahkan saja, aku akan bicara setelah kau selesai.”

Natsu mengangguk paham, kemudian menghela napas bersiap mengeluarkan semua yang ingin dia katakan.

“Apa sebelum itu aku boleh bertanya?”

“Silahkan saja.”

Sial, maki Natsu dalam hati.

Gadis ini terlalu dingin, namun entah mengapa Natsu merasa itu bukan diri Lucy yang sebenarnya. Gadis itu tidak bersikap seperti ini di depan Wendy, dia terlihat sangat ramah. Kenapa berbeda sekali ketika sedang bersamanya?

“Menurutmu...” Natsu memulai, “Pernikahan itu apa?”

Lucy mengangkat kepalanya, menatap Natsu bingung untuk sementara, kemudian terdiam sejenak untuk memikirkan sebuah jawaban.

“Aku... tidak tahu.”

Natsu mengerutkan alis, namun Lucy cepat-cepat melanjutkan, “maksudku, aku belum pernah memikirkan sebuah pernikahan sebelumnya. Aku tahu siapa pun suatu saat akan menikah, tapi ini terlalu cepat bagiku. Karena itu, aku tidak tahu.”

Natsu mengangguk paham, dia kembali bicara dengan nada yang tenang. “Bagaimana tentang pernikahan ini bagimu? Ah, apa aku harus bicara santai? Lagipula, kau lebih muda dariku.”

Lucy mengangguk. “Pernikahan ini adalah sesuatu yang rumit, aku tidak mengerti bagaimana harus mengatakannya. Jika boleh jujur, ini terlalu berat.”

“Aku juga setuju, karena itu maafkan aku. Tidak ada yang bisa aku lakukan tentang semuanya, aku hanya melakukan apa yang Ayahku inginkan.”

Gadis itu menggelengkan kepalanya, membuat rambut pirangnya yang dikuncir ekor kuda bergoyang. “Bagiku... pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Yang hanya boleh aku lakukan sekali seumur hidup. Aku selalu bermimpi, bisa menikah dengan seseorang yang aku cintai sepenuh hati, yang akan membalas perasaanku sama besarnya. Kemudian kami akan hidup bahagia, semudah itu.”

Natsu tersenyum kecil, “klasik.”

Lucy ikut tersenyum, dia menunduk dan memainkan sendok es krim yang ada di hadapannya kemudian melanjutkan, “sekarang, apa pun impianku tentang sebuah pernikahan sudah sirna.”

Natsu hanya diam mendengarkan.

“Dengan apa yang sudah terjadi, aku hanya berharap untuk mampu bertahan. Jika boleh jujur, aku melakukan pernikahan ini hanya demi Mama. Aku tidak tahan mendengarnya menangis setiap malam mencari cara bagaimana menolak pernikahan ini. Jika ada yang harus aku lakukan, itu adalah menerima semuanya dan menjalani apa yang sudah takdir gariskan untukku.”

Natsu terhenyak, Lucy memiliki hati yang sangat besar. Tidak sepertinya yang menerima pernikahan karena ada hal yang dia incar, sementara gadis ini menerimanya karena tak punya pilihan.

You're MINE!Where stories live. Discover now