Chapter 3

6.1K 416 20
                                    

Natsu tidak mengerti dengan keputusan yang dia buat, Natsu juga tidak mengerti bagaimana dia mengajukan perjanjian pada sang Ayah mengenai perjodohannya. Menjijikkan, Natsu bahkan tidak pernah sekali pun membayangkan akan menikah dengan gadis lain selain Lisanna. Seperti drama saja, rasanya Natsu muak.

Semua yang terjadi padanya terlihat seperti lelucon. Yang membuat Natsu semakin frustasi saat ini adalah, Lisanna tidak menghubunginya sejak Natsu memberitahukan tentang perintah sang Ayah. Gadis itu menolak bertemu dengannya, tidak membalas pesan dan mengabaikan teleponnya.

Tapi, hal itu harus Natsu lupakan sejenak. Di depannya kini duduk seorang gadis dengan tatapan sedatar meja kayu yang kini menjadi pemisah antara mereka. Gadis pirang yang bisa disebut asing dan tidak asing di saat yang bersamaan.

"Namamu?"

"Lucy Heartfilia." Jawab Lucy datar. Matanya menatap kosong Natsu yang duduk bersandar dengan angkuh di depannya. Tentu saja Lucy ingat siapa lelaki di depannya ini. Dia adalah lelaki yang sama dengan seseorang yang Lucy teriaki beberapa hari lalu. Apa ini karma untuknya yang sudah menyumpahi Natsu beberapa hari lalu?

Lucy menunduk, dia berusaha menyembunyikan emosi yang mungkin akan terlihat di matanya. Saat ini, Lucy tidak memiliki pilihan lain, melihat Ibunya terus-terusan menangis sepanjang malam untuk memikirkan bagaimana cara menolak perjodohan, membuat Lucy sadar. Dirinya memang harus berkorban.

Demi Layla, demi arwah Ayahnya, Lucy akan mengesampingkan perasaannya sendiri.

"Aku yakin kau sudah tahu perihal perjodohan ini. Lantas, kenapa kau tidak menolak?" Natsu buta hanya untuk melihat kesedihan yang terpancar dari mata gadis di hadapannya.

Lucy kembali menatap wajah Natsu, menyorot manik kelam itu dalam dan balik bertanya, "Lalu... Kenapa kau sendiri tidak menolak?"

Natsu terdiam. Dia bukannya tidak menolak, tapi dia tidak bisa menolak.

"Aku punya alasan. Bukan berarti aku menerima perjodohan ini dengan senang hati, kau tahu."

Ya. Lucy tahu. Lucy tahu bagaimana saat ini Natsu memandangnya dengan sorot menuntut, seolah menyalahkan Lucy atas apa yang terjadi. Lalu apa bedanya? Lucy juga terluka, dia tidak bisa menolak karena memang sejak awal tidak punya pilihan.

"Aku tidak punya pilihan."

Natsu menghela napas. Dia tidak mengerti kenapa seorang gadis yang masih berusia sembilan belas tahun ini dipilih sang Ayah untuk menjadi istrinya. Bahkan gadis ini tidak berasal dari keluarga terpandang, bagaimana mungkin Ayahnya memilih gadis seperti ini?

Lucy masih menatap Natsu dengan pandangan yang sulit Natsu baca, kalau pun Natsu mengerti tatapan itu, maka dia akan berpura-pura tidak melihat apa-apa. Ya, gadis didepannya ini terluka. Hanya saja, Natsu tidak memiliki pilihan lain, hanya pernikahan ini yang menjadi satu-satunya jalan agar dia bisa mengklaim perusahaan... dan kembali bersama Lisanna.

Kesunyian itu terasa menyakitkan bagi Lucy, dan membuat sesak bagi Natsu. Pada akhirnya, Natsu tidak punya banyak pertanyaan lagi. Karena sejak awal semuanya sudah dia atur dan hanya ada satu hal yang harus dia jelaskan pada gadis ini.

"Lalu... apa yang ingin kau bicarakan sebenarnya?" Lucy bertanya tepat sasaran, sejak awal pasti tujuan Natsu memang ingin mengatakan sesuatu padanya. Kalau hanya untuk bertemu bagaimana calon istrinya, Lucy yakin seratus persen, Natsu tidak peduli itu.

You're MINE!Where stories live. Discover now