Chapter 17

5.6K 404 49
                                    

Sudah dua bulan waktu yang berlalu sejak pernikahan itu dilaksanakan. Dua bulan Lucy menyandang status sebagai istri dari Natsu Dragneel. Namun selama waktu yang dilewati, Lucy bisa pastikan jika hari itu adalah satu-satunya akhir pekan terbaik yang dia miliki selama dua bulan kehidupan barunya.

Dimulai dari kepulangan Sting yang sangat mengejutkan, hingga bagaimana Lucy menghabiskan waktu nyaris seharian jalan-jalan bersama sepupu tersayangnya. Sejak kecil, Lucy dan Sting memang selalu dekat, karena lelaki itu merupakan sosok kakak yang selalu dimimpikan hampir semua gadis sebagai adik. Sting tertawa bersamanya, bergurau dan melontarkan lelucon yang lebih banyak terdengar garing, membelikan Lucy banyak makanan seharian tanpa berkomentar perihal bagaimana lemak yang paling dibenci kaum perempuan akan menumpuk di tubuhnya.

Tidak. Sting tidak akan pernah mengejek nafsu makan Lucy yang banyak. Sebaliknya, lelaki itu akan rela menghabiskan uangnya untuk memenuhi semua keinginan si gadis pirang.

Lalu malam harinya, Natsu menghampiri Lucy. Memisahkan gadis itu dengan Sting. Lucy tidak bisa marah saat menemukan mata Natsu yang terlihat berbeda dari biasanya. Lalu belum sempat Lucy mengerti tentang keadaannya, Natsu mengatakan akan membawa Lucy pulang ke rumah Mama-nya.

Lucy tidak pernah sebahagia ini.

Malam itu mungkin menjadi malam kedua di mana Natsu dan Lucy berada dalam satu kamar—jika malam pertama pernikahan mereka bisa dihitung. Lucy tak henti-hentinya tersenyum sejak kedatangan mereka ke rumah lamanya. Lucy memeluk sang Mama penuh rindu, menghirup dalam aroma Layla yang selalu dirindukannya. Memakan makanan masakan Layla yang tidak pernah ada tandingannya. Mengobrol menghabiskan waktu mengomentari drama picisan yang mereka tonton di televisi. Natsu beberapa kali memutar mata menyaksikan Lucy yang begitu cerewet ketika menyaksikan drama bersama Layla, namun jauh dalam hatinya, Natsu merasa ini adalah pertama kali dirinya membuat keputusan terbaik dalam hidup.

Natsu sedang berdiri di dekat jendela kamar Lucy yang memiliki luas tidak seberapa jika dibandingkan dengan luas kamar rumah mereka. Ada satu ranjang yang cukup untuk dua orang—Lucy yakin ranjang dan kasurnya sudah diganti oleh Layla. Sebuah meja belajar, rak buku kecil dan lemari pakaian. Singkatnya, kamar itu terlalu sesak untuk Natsu. Namun lelaki itu memutuskan untuk tidak membahasnya dan memilih menatap pemandangan di luar jendela yang kosong, tidak ada apa-apa di sana. Natsu hanya berusaha mencari kegiatan apa pun yang mampu menenangkan jantungnya yang saat ini berdebar tidak biasa.

“Natsu.”

Suara Lucy memecah keheningan mereka, Natsu menoleh dan mendapati istrinya sedang menatap dengan senyum yang tidak pernah lepas. “Terimakasih.”

Natsu mengerutkan kening tidak mengerti. “Untuk apa?”

Lucy nyengir. “Semuanya.” Gadis itu memeluk sebuah boneka kucing bewarna cokelat yang pernah Sting berikan sebagai hadiah ulang tahunnya. “Kau tahu, aku tidak pernah sesenang ini.”

Natsu memutar mata. “Aku bisa tahu itu dari bagaimana kau yang sejak tadi terus-menerus tersenyum seperti orang gila.”

Bukannya marah, Lucy justru tersenyum kian lebar. “Aku tahu.” Jawabnya yang justru terlihat senang. Kemudian mata Lucy tidak sengaja melirik jam yang menggantung di dinding kamar, pukul setengah dua belas malam. Itu artinya dia dan Natsu sudah berada dalam keheningan panjang sejak satu setengah jam yang lalu. “Kau tidak mau tidur?”

Natsu mengalihkan pandangannya, memilih duduk di kursi satu-satunya yang ada dalam kamar tersebut. “Aku belum ngantuk, kau tidur duluan saja.”

Lucy mengangguk mengerti. Namun satu hal yang dia tidak akan bisa mengerti, jika Natsu saat ini tengah berusaha menahan debaran jantungnya yang terasa aneh.

You're MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang