Chapter 19

5.6K 400 52
                                    

“Aku pesan double choco, pakai cup saja.”

Sting sedang membuka dompet saat matanya tidak sengaja menatap sosok perempuan berambut perak sebahu, melangkah duduk dan mengambil sebuah kursi yang terletak di dekat jendela kaca kedai es krim yang kini sedang didatanginya.

“Es krim-nya mau disajikan dengan topping berry, cookies, potongan buah-buahan, choco–“

“Buah-buahan saja.” Sting memotong cepat, matanya menyipit saat melihat Lisanna yang sudah duduk dengan santai di kursi yang tadi ingin Sting tempati. Ya, tidak bisa dikatakan kursi itu milik Sting, karena Sting lebih memilih memesan es krim di konter langsung dari pada menandai kursi di dekat jendela itu sebagai tempat duduknya.

“Satu lagi. Aku pesan satu double vanilla, dengan cone manis. Juga berry dan cookies.” Sting tiba-tiba menambah pesanannya. Membuat si gadis muda penjaga konter mengernyitkan alis namun memilih mengangguk dengan senyum manis.

Sesekali si gadis penjaga konter akan mencuri pandang ke arah Sting yang jelas sekali tampak tidak peduli.

Setelah membayar dan mendapatkan dua jenis es krim pesanannya, Sting berjalan dengan santai menuju sebuah kursi. Kemudian duduk begitu saja di hadapan Lisanna, membuat gadis berambut perak sebahu itu sedikit merengut dengan kehadiran Sting yang tiba-tiba.

“Aku duduk di sini.”

Lisanna menyilangkan kedua tangannya, menatap lelaki berambut pirang itu dengan tatapan tidak suka. “Kau tidak lihat aku sudah duduk di sini?”

“Ini kursi favoritku, dan aku mau duduk di sini.”

Lisanna mendengus. “Baiklah, terserahmu saja. Kau bisa duduk di sini.”

Lisanna sudah meraih tasnya dan bersiap untuk berdiri saat tiba-tiba Sting mendorong sebuah es krim yang terlihat menggoda ke arahnya. Lisanna duduk kembali dengan ragu-ragu, dia menatap Sting curiga. “Apa ini?”

“Es krim.”

Lisanna memutar mata. “Aku tahu. Kenapa memberikannya padaku?”

Sting menyendok es krimnya, memasukannya ke mulut dan merasakan es krim cokelat meleleh dengan nikmat di lidahnya. Membuat Lisanna menunggu jawaban dengan geram. “Jangan menatapku seolah aku meracuni es krim ini. Aku berencana menghabiskan es krim ini sendiri. Tapi melihatmu seperti seseorang yang.... terlihat sedih?” Sting berujar dengan ragu, “aku putuskan es krim ini untukmu saja.”

Lisanna berkedip beberapa kali. Bukannya tersinggung dengan ucapan Sting, Lisanna justru dibuat bungkam saat melihat jenis es krim apa yang baru saja disodorkan Sting untuknya. Bukan apa-apa, melainkan fakta bahwa es krim itu adalah es krim kesukaannya. Lengkap dengan topping yang biasa dia pesan. Beragam jenis berry dan potongan cookies.

“Aku... um, terimakasih?” Lisanna tidak mengerti kenapa dia justru berterimakasih, di saat seharusnya dia marah pada Sting karena sudah duduk di dekatnya tanpa permisi.

“Ternyata kau bisa mengatakan terimakasih juga.” Sting menyindir.

Lisanna seketika mendengus mendengar nada ketus Sting. “Aku tidak mengerti. Aku bersikap baik tapi kau justru bersikap tidak sopan.”

Sting menaikkan alis, masih dengan cuek menyendok es krimnya sedikit demi sedikit. “Apa yang sopan dan tidak sopan yang sudah aku lakukan padamu?”

“Kau... aku benar-benar tidak mengerti.”

“Apanya?”

“Bagaimana bisa Ibu dan kedua kakakku setuju untuk menjodohkan aku denganmu.”

You're MINE!Where stories live. Discover now