Chapter 5

5.6K 419 15
                                    

Natsu pulang ketika malam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sebuah senyum tipis tak lepas dari wajahnya sejak meninggalkan kediaman Lisanna beberapa waktu lalu. Tangannya terulur untuk membuka pintu kamar dengan perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun. Ketika sudah berada di dalam kamar, Natsu kembali menutupnya dengan pelan.

Berbalik, dia melihat Lucy yang tengah berbaring di sofa panjang yang terletak di samping ranjang tidur. Gadis itu dalam posisi memunggunginya, dan tampak tidak terganggu sama sekali. Natsu menghela napas, gadis itu tampak tenang dalam tidurnya.

Setelah melepaskan syal dan menggantungnya, Natsu melangkah menuju lemari dan mengeluarkan sebuah selimut tebal dari sana. Bergerak pelan menyelimuti Lucy yang hanya mengenakan piyama tidur tanpa menggunakan selimut apa pun. Setelah memastikan Lucy tidak terganggu dan selimut sudah menutupi tubuh gadis itu, Natsu kembali melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Malam itu dilewati keduanya dalam keheningan, dengan suara napas Lucy yang teratur, dan Nastu yang nyaris tidak bisa tidur. Karena pertama kalinya dia berada dalam satu kamar dengan seorang perempuan.

Perempuan yang beberapa jam lalu berganti status menjadi istrinya.

.

.

Pagi itu Lucy merasa sangat lelah, dia menangis semalam sampai jatuh tertidur di sofa. Setidaknya, pagi itu Lucy merasa sedikit lega karena sudah menangis. Maka mulai hari itu Lucy memutuskan untuk menjalani apa pun yang sudah dia putuskan.

Setelah membersihkan diri dan menyisir rambutnya lebih rapi, Lucy berjalan keluar kamar dan menemukan Wendy yang tengah menggoreng telur di dapur. Gadis berambut biru mencolok itu tersenyum ramah sambil mengucapkan selamat pagi, di dekatnya sudah tersaji beberapa roti panggang dan sosis di atas piring.

Lucy tersenyum.

“Kau yang menyiapkan semua ini?” Dia melangkah mendekati Wendy dan memperhatikan penampilan gadis itu yang menurutnya sangat imut dengan rambut biru panjang dikuncir dua.

“Aku sudah biasa melakukannya. Ngomong-ngomong kalau kakak lapar, tunggu dan duduk saja di sana.” Tunjuknya pada meja makan. “Aku akan menyiapkan semuanya.” Wendy mematikan kompor dan meletakkan telur gorengnya di atas piring lain, kemudian melangkah diikuti Lucy.

Gadis berambut pirang itu duduk diikuti Wendy di sebelahnya.

Dalam sekali lihat, Lucy tahu jika Wendy adalah sosok yang ceria. Mungkin kehadiran Wendy akan membuat Lucy cepat merasa nyaman di tengah rumah yang terasa asing untuknya.

“Aku hanya bisa menyiapkan ini untuk sarapan, kemampuan memasakku masih sangat rendah, Kak.” Candanya.

Lucy tertawa kecil, “kau terlihat cukup mahir di dapur. Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan membantumu menyiapkan makanan. Ah, kau mau apa untuk makan malam ini?”

Mata Wendy berbinar. “Benarkah? Kakak pandai memasak?”

Lucy tersenyum bangga, dia seolah bisa menjadi dirinya sendiri di depan Wendy, “kau akan tahu kemampuan memasakku setelah mencobanya nanti.”

Wendy ber-wooo diikuti dengan tawa kecilnya, “kalau begitu aku akan memikirkan apa yang ingin aku makan.”

“Oke. Sampaikan padaku.”

You're MINE!Where stories live. Discover now