Chapter 2

7.4K 452 50
                                    

"Aku pulang."

Lucy membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci, matanya menyusuri ruangan rumah yang terlihat sepi. Memang di rumah dia hanya tinggal berdua dengan Ibunya, namun tidak biasanya sang Ibu tidak menyambut kepulangannya. Lucy meletakkan sepatunya di rak sepatu kemudian melangkah lebih dalam. Kantong plastik putih yang berisi sayuran dan bahan makanan lain dia letakkan di atas meja makan, kemudian dia melangkah ke halaman belakang. Benar saja, Layla sedang duduk di atas ayunan yang terletak di teras belakang dan Ibunya itu terlihat melamun.

"Mama, aku pulang."

Layla tersentak, sadar dari lamunannya. "Oh, Sayang. Selamat datang. Kamu baru sampai?"

Lucy melangkah dan duduk di sebelah sang Ibu, "Ya."

"Maaf, Mama tidak mendengarmu."

Lucy tersenyum namun dia bertanya, "apa Mama baik-baik saja?"

"Eh? Memangnya Mama kenapa?" Layla bertanya cemas, kelewat cemas hingga membuat Lucy menaikkan alis, bingung.

"Apa Mama ada masalah?"

Layla berkedip, kemudian menghela napas. Dia selalu tidak bisa bersikap santai, hingga membuat Lucy sangat mudah membacanya. Layla menatap anak gadisnya itu dengan senyum lembut, dia meraih tangan Lucy ke dalam genggamannya, kemudian mengelus tangan pucat itu perlahan. "Kamu pasti lelah."

Lucy tersenyum, "aku baik-baik saja." Gadis itu seketika memicing penuh curiga, "jangan coba mengalihkan pembicaraan, Ma. Ada apa?"

Layla tertawa kecil. "Kamu selalu tidak sabaran begini."

Lucy bisa mendengar tawa Ibunya yang terdengar sedikit serak, seolah tawa itu dipaksakan. Seketika wajah Lucy berubah cemas. "Ma... Apa Mama sakit?"

Lucy meletakkan sebelag telapak tangannya di kening Layla kemudian sebelah tangan lagi di keningnya sendiri, mengernyit karena suhu tubuh Ibunya yang ternyata normal. Gadis itu menarik kembali tangannya kemudian memegang bahu sang Ibu cemas, "apa ada yang sakit?"

Dengan cepat Layla menggeleng, paham Lucy akan semakin cemas dibuatnya.

"Mama baik-baik saja."

"Ma."

Layla menghela napas, dia duduk bersandar pada sandaran ayunan, matanya memilih menatap susunan bunga berbagai jenis yang menghias halaman belakang rumahnya. Bunga yang dia tanam dan rawat bersama dengan Lucy sejak dulu, gadis itu memiliki kesukaan yang sama dengannya, yaitu bunga.

"Lucy... Apa kamu sudah punya pacar?" Layla menoleh kembali pada sang anak yang seketika batuk karena tersedak ludahnya sendiri.

"Pa-pacar!?" Lucy tergagap, "kenapa Mama tiba-tiba menanyakan itu?"

Lucy tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, tidak biasanya Layla akan membahas hal semacam ini. Ya, meskipun tidak terlalu aneh, namun bagi Lucy tetap memalukan ketika menceritakan hal semacam itu dengan Ibunya.

Layla tertawa kecil, kali ini terdengar lebih lepas. "Kenapa kamu sekaget itu? Memangnya salah Mama menanyakan tentang pacarmu? Kenapa? Kamu sudah punya pacar, hm?"

"Aku tidak ada!" Lucy cemberut, "aku sudah pernah bilang tidak akan menjalani hubungan dengan siapa pun sampai aku selesai kuliah."

You're MINE!Where stories live. Discover now