Chapter 12

5.3K 398 29
                                    

Apa kau bodoh?”

Suara itu terdengar kian menyakitkan. Lucy menunduk, menahan perih yang kini menggerogoti hatinya yang rapuh.

Suara itu terdengar kian menyakitkan. Air mata mengalir tanpa bisa Lucy tahan.

“Kau percaya sekali aku akan menjemputmu? Kau lupa?”

Tidak. Jangan diteruskan. Lucy tahu apa yang akan dia katakan, tolong jangan diucapkan.

“Pernikahan ini hanya sebuah perjodohan. Dan kau... sungguh terlalu terbawa perasaan. Kau... sebodoh itu.”

TIDAK!

“APA YANG KAU HARAPKAN, HAH!?”

“DIAM!” Lucy berteriak, namun suaranya teredam udara kosong yang kian mencekam. Satu-satunya yang bisa Lucy lakukan hanya menangis, menggunakan kedua tangan menutupi telinga.

Lucy mencoba bergerak, ingin pergi menjauh. Namun kegelapan semakin menyelimuti tubuhnya, Lucy berteriak meminta pertolongan pada bayangan di depan, namun bayangan itu hanya mendecih, lalu menjauh meninggalkannya sendirian dalam kegelapan.

“Natsu...”

Air mata itu tidak bisa Lucy hentikan. Dia menangis, lagi, tanpa suara. Lagi-lagi, dia berharap pada sesuatu yang salah.

.

.

“Sebenarnya apa yang dia mimpikan?” Natsu bertanya parau.

Tangan Natsu menghapus keringat yang terus-menerus membasahi kening Lucy, menyingkirkan helaian rambut pirang yang terlihat mengganggu. Sesekali, Natsu mengusap lembut pipi gadis itu yang basah karena air mata terus mengalir dari kelereng cokelat yang terpejam.

Virgo yang berdiri di belakang Natsu tidak bisa mencegah dirinya untuk merasa kasihan. Semalam, tuannya itu membawa Lucy yang pingsan ke dalam kamarnya. Semalaman penuh menjaga perempuan yang beberapa minggu lalu resmi menjadi istrinya. Virgo merasa kasihan, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Nastu-sama, anda harus berangkat kerja. Biarkan saya yang menjaga Hime.”

Natsu menoleh. “Hime?”

“Iya, dia meminta untuk dipanggil begitu, karena terdengar menyenangkan.”

Natsu terkekeh, “begitu.”

Dia kembali menatap Lucy. Istrinya itu masih terlelap, sesekali bergumam yang tidak bisa Natsu dengar, kemudian menangis.

“Dia mimpi buruk. Dia terlihat lemah, apa dia akan baik-baik saja?”

“Aku akan menjaganya, Natsu-sama. Anda belum istirahat semalaman, serahkan semuanya pada saya.”

Natsu tidak peduli, dia memanggil dengan suaranya yang parau. “Hei, Virgo. Lucy... pasti sangat membenciku. Dia sakit karena menungguku. Ketika terbangun nanti, dia pasti sangat muak melihat wajahku.”

“Nastu-sama...”

Natsu mengusap air mata yang lagi-lagi mengalir di sisi wajah Lucy, dia tersenyum miris. Natsu tidak berniat begitu. Natsu sama sekali tidak berniat lupa akan janjinya menjemput Lucy. Natsu tidak tahu jika Lucy sungguh-sungguh akan menunggunya di tengah cuaca dingin semalam. Natsu bahkan sempat berpikir kalau Lucy mungkin sudah pulang, namun sesuatu dalam hatinya berteriak mengatakan jika Lucy masih menunggu.

Dan kenyataannya gadis itu memang cukup bodoh untuk menunggunya semalaman.

.

.

You're MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang