Chapter 11

5.1K 419 41
                                    

“Mau pulang bersama?”

Juvia menoleh menatap Lucy yang kini sedang menyusun semua buku dan laptop yang tadi dia gunakan untuk presentasi. Kelas itu sudah kosong, dan Juvia masih setia menunggu Lucy yang tengah menyusun semua barangnya. Gadis berambut pirang itu menoleh sebentar sebelum memasukkan laptopnya ke dalam tas.

“Kau duluan saja, Natsu akan menjemputku.”

Juvia mengangguk, namun kembali bertanya. “Benarkah? Apa kau sudah menghubunginya?”

Lucy menggeleng saat semua urusannya selesai, melangkah ke tempat Juvia berdiri, “ponselku ketinggalan, tapi aku sudah memberitahunya kalau akan pulang sekitar jam tujuh malam. Aku yakin dia sudah menunggu.”

Juvia mengedikkan bahu, keduanya berjalan dalam diam melangkah melewati koridor yang sudah sepi, hanya ada beberapa pekerja yang sedang membersihkan kelas yang baru selesai digunakan. Saat sampai di halaman gedung fakultas, Gray sudah berdiri di sebelah mobil hitamnya. Lelaki berambut gelap itu terlihat tampan dengan kemeja yang dua kancing atasnya sudah terbuka. Di mata Juvia, Gray yang sekarang terlihat sangat seksi.

“Gray-sama!” Sapa Juvia ceria, seperti biasa.

Gray yang semula bersandar, menegakkan tubuhnya, mengangkat sebelah tangan menyapa. “Yo.”

“Selamat malam.” Lucy menyapa dengan senyum tipis.

Gray mengangguk, kemudian menawarkan. “Mau pulang bersama?”

Gadis berambut pirang itu dengan cepat menggeleng, menolak halus tawaran Gray. “Tidak perlu repot-repot. Aku bisa pulang sendiri."

“Kau yakin?” Kali ini Juvia yang bertanya, lagi.

Lucy mengangguk lagi, “iya, Juvia. Aku akan baik-baik saja.” Lucy melempar pandangan ke arah sekitar, berharap menemukan mobil Natsu, namun nihil.

"Mungkin Natsu sedikit terlambat. Tapi tidak masalah, aku bisa menunggu. Kalian pulang saja, jangan khawatirkan aku.”

Gray terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun dia urungkan. Juvia kembali memaksa namun Lucy memutar mata dan terus mengatakan kalau dia akan baik-baik saja.

“Mungkin Natsu-san terlambat atau lupa akan menjemputmu, lagipula kau tidak membawa ponsel, bagaimana kalau Natsu-san tidak datang?” Juvia tidak mengerti kenapa dia mengatakan hal itu, namun Juvia tidak mampu menghentikan dirinya untuk khawatir.

Lucy tertawa kecil. “Kau terlalu khawatir, Juvia. Aku akan baik-baik saja, lagipula ini masih jam tujuh. Aku, kan, masih bisa naik taksi kalau pun Natsu benar lupa menjemputku.”

Gray menghela napas, “hari ini Natsu memang sedikit sibuk,” Gray berbohong, “kalau dia tidak datang pastikan kau naik taksi, sepertinya malam ini cuaca cukup dingin.”

“Kalian benar-benar peduli padaku, ya? Terimakasih.” Lucy tertawa kecil.

Setelah berpisah, Lucy memilih duduk di sebuah undakan pembatas, gadis itu duduk di sana sambil sesekali memutar kepala memperhatikan setiap mobil yang melewatinya. Mungkin Natsu memang benar-benar sibuk, tapi Lucy yakin Natsu akan menjemputnya.

Ah, Lucy merasa lapar. Berapa lama dia harus menunggu?

.

.

“Tidak biasanya kau makan sebanyak itu? Biasanya kau akan terus-terusan mengeluh takut gemuk.”

Lisanna tertawa kecil, mengunyah sebatang cokelat yang baru saja dia buka lagi, “entahlah, mungkin hari ini pengecualian. Aku benar-benar menyukai cokelat ini, kau harus membelikanku lebih banyak lain kali.”

You're MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang