Chapter 18

5.6K 401 50
                                    

“Selamat pagi.”

Suara itu menjadi musik pertama yang menyapa pendengaran Lucy di pagi hari. Suara yang dalam, hangat dan... menenangkan.

Lucy menggeliat, menghirup udara dalam-dalam sebelum perlahan membuka matanya yang semula masih terpejam. Segaris senyum menempel di bibir gadis itu ketika merasakan sesuatu yang hangat mengalir dalam hatinya. Lucy tidak mengerti.

Berkedip beberapa kali, Lucy seketika melotot saat menyadari wajah Natsu berada tepat di depan wajahnya. Rasa kantuk yang masih tersisa hilang seketika. Spontan Lucy mendorong kepalanya mundur. Natsu tersenyum kecil, matanya sesekali terpejam, lalu terbuka lagi. Jelas sekali lelaki itu masih mengantuk.

“Pagi.” Natsu mengulang.

Dengan jarak sedekat itu, Lucy takut Natsu mendengar suara debaran jantungnya yang mulai menggila. Wajah bangun tidur Natsu terlihat... seksi. Seketika Lucy merasa wajahnya memanas.

“Se–selamat pagi, Natsu.”

Natsu menguap lebar sebelum bangkit duduk dan meregangkan punggungnya.

“Tidurmu nyenyak?”

Lucy mengangguk pelan saat melihat Natsu menatapnya, gadis itu mengikuti Natsu duduk dan sedikit meregangkan bagian tubuhnya.

“Bagaimana denganmu?”

Natsu secara tiba-tiba mendekatkan wajahnya, membuat Lucy langsung menahan napas. Tangan Lucy meremas kaki boneka kucing yang berada di dekatnya saat Natsu semakin mendekat. Lucy tidak tahu apa yang dia pikirkan saat mendadak matanya tertutup begitu saja.

Apa Natsu akan menciumnya? Lucy tidak tahu, dia hanya ingin menutup mata. Menunggu apa saja yang akan Natsu lakukan padanya.

Bukan berarti Lucy menunggu sesuatu. Dia tidak mau mengakuinya.

Natsu menyeringai, dia menggeser kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Lucy, kemudian berbisik lirih dengan suaranya yang rendah di sana. “Tidurku tidak pernah senyenyak ini.”

Rona merah kini ikut menjalar ke telinga Lucy. Natsu mundur kemudian tertawa kecil menyaksikan bagaimana wajah Lucy yang sepenuhnya memerah. Gadis itu mengatupkan bibir rapat-rapat, mencoba meminimalisir debaran jantungnya yang semakin tidak karuan.

Natsu... baru saja menggodanya.

Natsu terkekeh. Tidak mengira semudah itu menggoda Lucy. Seandainya yang ada di depannya saat ini adalah Lisanna, gadis itu sudah pasti memukulnya sekuat tenaga. Namun Lucy berbeda, rona merah itu membuat Natsu gemas ingin mencubit, mencium, atau melakukan apa pun pada pipi Lucy.

Sadar Lucy tidak bergerak sedikit pun, Natsu menyentuh puncak kepala gadis itu. Lucy sedikit terkejut dengan sentuhan di kepalanya, dia mendongak menatap Natsu yang kini tersenyum. Tulus, bukan sebuah senyuman menggoda yang tadi Lucy terima.

Natsu mengelus perlahan rambut pirang Lucy, merapikan beberapa helainya yang terlihat kusut. Rasa halus menyebar di telapak tangan Natsu.

“Sebaiknya kau keluar. Aku mendengar Mama sedang mengerjakan sesuatu, atau mungkin memasak?”

Lucy masih diam. Dia sedikit mendongak, membiarkan Natsu kini yang sudah menggunakan kedua tangannya untuk menyisir rambut Lucy dengan jari-jarinya yang terasa hangat.

“Aku harus ke kantor. Kemarin ada sesuatu yang lupa aku kerjakan. Akan ada pertemuan dengan rekan bisnisku dua minggu lagi, jadi pekerjaan minggu ini harus aku selesaikan hari ini juga.” Natsu terus menggerakkan jari-jarinya di rambut Lucy, seakan dia sudah terbiasa melakukannya. “Kau mau ikut?”

You're MINE!Where stories live. Discover now