2. New Classmate

238 24 9
                                    

"Kita di kelas B!" Jia berseru ketika melihat papan pengumuman.

Sekai mengangguk-angguk. Jia tampak lega karena mereka tak turun ke kelas yang lebih rendah.

Keduanya pun lekas menuju kelas baru. Lalu seperti sebuah déjà vu, ia mendengar pertengkaran yang sama, yang pernah ia dengar dari dua murid tahun lalu. Masih meributkan tentang kelas masing-masing. Tampaknya tahun ini mereka malah sekelas.

Gedung kelas biasa merupakan gedung sekolah yang paling tinggi dan ramai. Berbeda sekali auranya dengan gedung kelas A yang cenderung nyaman, sunyi dan tentram. Namun soal keasrian, memang gedung kelas inilah yang paling bagus. Sebab di depan koridor tampak taman kecil yang diisi berbagai tanaman bunga. Di depannya terdapat papan besar tempat memuat mading.

Bangunan berlantai tiga itu sudah sangat ramai di pagi ini. Tampaknya sebagian besar murid sedang merebutkan kursi.

Kelas dua terletak di lantai dua, di mana keramaian yang paling mencolok.

Jia menggenggam erat tali tasnya, seolah benda itu akan lepas jika ia melepaskannya. Suasana ramai ini cukup membuatnya tidak nyaman. Ia memang tidak begitu suka suasana ramai. Dan berjalan di koridor menuju letak kelas mereka yang ada di ujung, membuat beberapa pasang mata memperhatikan.

Sekai yang tampan. Semua orang akan langsung menyukainya. Jia yang manis. Semua juga akan memperhatikannya. Ketika gadis itu melintas terdengar bisikan pelan.

"Dia cantik ya?"

"Kelas berapa?"

"Kayak boneka."

Jia mempercepat langkahnya. Digandengnya tangan Sekai di sebelahnya. Membuat cowok itu kaget dan menoleh. Tatapannya menunjukkan tanya yang kemudian berubah jadi senyum. Cowok itu dapat mengerti bagaimana perasaan Jia berada dalam situasi ramai ini.

Akhirnya mereka sampai di kelas. Berbeda dengan kelas yang dulu, kelas ini lebih berisik. Beberapa siswa-siswi bicara tentang siapa teman sebangku, lalu waktu liburan mereka masing-masing.

Sekai sibuk mencari meja kosong. Ia menemukan meja nomor tiga pada baris kedua dari dekat pintu masuk. "Kita di situ aja ya," tunjuk Sekai.

Jia hanya mengangguk, lalu mengikutinya ke meja itu. Keduanya melewati seorang cowok yang duduk sendirian di mejanya. Cowok itu duduk tepat di depan kursi Jia. Dia satu-satunya yang tidak punya teman dalam kelas ini, sepertinya.

"Kenapa? Kamu kayaknya cemas banget, Zee," tanya Sekai, usai meletakkan tasnya dalam laci.

Jia menoleh, agak kaget.

"Ah, iya. Aku belum terbiasa."

"Santai aja. Aku juga sama kok. Kamu nggak sendirian." Sekai menepuk pelan bahunya.

Jia tersenyum lalu duduk, berusaha santai seperti yang dipinta Sekai.

Kelas masih berisik. Bel akan berdering sekitar dua puluh menit lagi.

"Hahaha lo belum move on ya dari kelas B. Kasih gue surprise dong, naik ke kelas A gitu." Sebuah suara agak nyaring terdengar dari pintu masuk. Orang yang berisik di depan papan pengumuman tadi. Ia tampaknya akan menjadi teman sekelas Jia dan Sekai.

"Alah, baru masuk kelas B aja udah belagu!" sahut si gadis yang diganggunya. Cowok itu tertawa. "Hei, gue dari kelas D, naik ke kelas B. Bayangkan berapa kelas yang berhasil gue lompati. Lo jangan remeh ya, gue juara satu di kelas!"

LOOKING FOR MOONLIGHTWhere stories live. Discover now