7. Cahaya Bulan

137 14 2
                                    

"Oaaam..."

Sekai tertawa pelan ketika melihat Jia menguap di sebelahnya. Gadis itu masih tampak mengantuk. Bagaimana tidak, di akhir pekan yang harusnya gadis itu bisa tidur sampai siang, mereka malah disuruh berkumpul di sekolah pukul setengah enam untuk mengikuti kegiatan outbond. Kelas mereka akan outbond ke daerah Bogor.

Di gerbang sekolah Alden tampak baru turun dari mobil. Ia menggendong ransel di punggung dan membawa jaket biru muda. Sembari berjalan ia menutupi kepalanya dengan jaket itu. Tampaknya mulai merasakan aura dingin pagi hari.

Alden menghampiri Jia dan Sekai. Jia lekas menghindar dengan menyembunyikan setengah badannya di belakang Sekai.

"Pagiiii.... Oaaaaam..." Alden menutup mulutnya ketika menguap. Ia mendecap-decap lalu melihat ke sekitar. Sekolah sudah ramai dengan teman-teman sekelas. Pak Anggoro sedang memeriksa absen bersama Alin dan Tobi—selaku ketua dan wakil ketua kelas.

"Heh, periksa tuh belek lo," ucap Sekai bercanda. Alden lekas meraba-raba matanya. Ia melihat ke arah Jia. "Eh? Masih ada ya?"

"Liat aja sendiri!"

Alden mengucek-ngucek matanya. Lalu Sekai tertawa. "Gue becanda kali."

"Eh? Ah, kirain. Soalnya tadi aku udah bela-belain mandi subuh-subuh. Air panas di kamar mandiku rusak. Tukangnya baru datang siang nanti. Jadi mandi air dingin deh tadi." Alden bergidik, mengingat dinginnya air yang tadi membasuh tubuhnya.

"Anak-anak, kumpul semua! Bapak mau absen dulu sebelum kita berangkat."

Usai mengecek kehadiran semua siswa-siswi, satu persatu mereka diperbolehkan masuk ke dalam bus. Jia benar-benar kesal karena teman duduk dalam bus disesuaikan dengan teman sebangku. Pak Anggoro berpendapat itu akan mempermudah mereka jika nanti ada yang tiba-tiba hilang.

Sekai dengan Kinal duduk di kursi bagian kiri, nomor empat dari depan. Jia dan Alden di kursi bagian kanan, nomor enam dari depan. Jaraknya agak jauh dari Sekai. Yang dapat Jia lihat hanya sebelah tangan dan kaki Sekai. Gadis itu merutuk sebal. Selain karena duduk bersama Alden yang pasti akan berisik, cowok itu pun tak mau mengalah untuk membiarkannya duduk di dekat jendela.

Kini Alden tampak menikmati perjalanan dengan melihat ke luar jendela. Sesekali ia akan menunjuk sesuatu yang menarik pada Jia. Gadis itu hanya melirik sesaat lalu mengacuhkannya. Namun walau begitu Alden tetap akan mengoceh lagi. Bahkan ketika ia memejamkan matanya. Alden benar-benar tak membiarkannya tenang sedetik pun. Lalu ditambah lagi dengan keributan yang terjadi di belakang mereka. Tobi dan Alin—yang seperti biasa selalu bertengkar.

Kampoeng Awan, menjadi lokasi di mana kegiatan outbond mereka berlangsung. Disebut Kampoeng Awan karena daerah ini memang terlihat sangat dekat ke awan, seperti bisa meraihnya dengan hanya menjulurkan tangan ke atas. Sebab daerah ini terletak di dataran yang cukup tinggi.

Seorang instruktur yang menyambut pak Anggoro tadi mulai memberikan arahan di depan barisan. Jia tak menyimak, ia hanya berharap kegiatan ini cepat selesai. Andai saja bisa memilih, ia pasti tidak akan mengikuti kegiatan seperti ini. Ia tak suka berolahraga, kecuali berlari—itupun karena aktivitas itu ia lakukan bersama Sekai. Namun pak Anggoro bilang kegiatan ini untuk menunjang semangat serta kerja sama tim, dan siapa yang tidak mengikutinya maka tidak akan mendapat nilai untuk ujian tengah semester. Sebuah ancaman yang membuat siapapun mau tak mau mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan diawali dengan senam pemanasan. Lalu memulai game 'polisi dan pencuri'. Semua berbaris membentuk lingkaran, sang instruktur memberikan arahan. Ia menjelaskan cara bermain game dengan menunjukkan dua tali berwarna biru dan merah yang masing-masing diikat. Tali biru adalah pencuri dan tali merah adalah polisi. Tali biru akan melewati setiap tubuh peserta hingga dua putaran, sedangkan tali merah satu kali putaran. Kedua tali itu akan saling berkejaran, dan jika kedua tali bertemu pada orang yang sama, maka orang itu akan dihukum.

LOOKING FOR MOONLIGHTOù les histoires vivent. Découvrez maintenant