Penutupan (Jia's Diary)

128 13 8
                                    

Tahun ajaran baru. Naik ke kelas dua belas.

Sepertinya takdir masih mengizinkan, aku dan Sekai berada di kelas yang sama. Selamat tinggal pak Harun yang suka mengganti posisi duduk muridnya. Sekarang aku bisa kembali sebangku dengan Sekai. Dan meninggalkan Alden yang cemberut.

Lucu, dulu aku selalu bertanya-tanya kenapa Sekai tidak merasa puas dengan hanya berteman denganku. Dan kenapa aku merasa betapa merepotkannya berada di antara banyak orang (teman). Kini cara pikirku berubah. Semua karena Sekai. Ah, tidak adil jika aku hanya berterima kasih pada Sekai saja. Aku harus mensyukuri keberadaan mereka juga. Kinal, Alin, Tobi dan...Alden.

Ah, tentang mereka. Tobi dan Alin sebangku lagi di kelas duabelas. Tapi posisi mereka berbalik, kini Tobi-lah yang jadi ketua kelas. Alin sempat kesal tapi mereka sudah tampak akur dan kompak mengurus kelas.

Kinal, dia masih tetap tidak banyak bicara tapi mulai lebih menghargai orang lain dan berbaur dengan teman lainnya. Dia juga mulai sering tersenyum walau tak selebar senyuman Tobi. Kurasa, Sekai pasti akan semakin menyukainya karena Kinal sangat manis saat tersenyum.

Tentang Sekai dan perasaanku. Entah kenapa aku sudah tidak terlalu memikirkannya. Bagiku Sekai sangat berarti. Dia 'dunia' yang menyenangkan. Lewat Sekai aku menemukan 'dunia' yang lebih menarik lagi di mana aku tidak merasa sendirian.

Alden. Uhm...tentang dia.

Aku nggak pernah tahu berapa jarak semestinya bagi seseorang yang patah hati bisa jatuh cinta lagi. Aku baru patah hati saat Alden bilang dia menyukaiku. Aku bingung, tentu saja. Aku tidak tahu menanggapi perasaan suka seseorang yang tidak aku sukai. Maksudku, seseorang yang bahkan tak terpikir akan menyukaiku. Tetapi, aku tahu satu hal bahwa disukai dan menyukai adalah dua hal yang sama-sama merepotkan.

Tentang Papa. Aku hanya berharap dia mau meluangkan lebih banyak waktu lagi untukku daripada mengurus pekerjaan maha pentingnya itu. Hehe, bercanda. Tidak, aku sudah merasa cukup dengan kasih sayang Papa.

Dan Mama yang sekarang menjalani kehidupan barunya. Aku hanya berharap semoga dia bahagia dan tidak melupakanku.

Oh iya, aku ingat! Hari ini Mama akan meneleponku!

***

LOOKING FOR MOONLIGHTKde žijí příběhy. Začni objevovat