18. KITA

103 14 4
                                    

Rasanya belum pernah sekalipun Jia merasa kalau waktu dua minggu terasa selama ini. Tanpa Alden waktu seolah berjalan lambat. Mungkin gadis itu terlalu menghitung waktu.

Ia memang tak memungkiri, ia sering memandang kalender lalu menunggu. Waktu memang akan terasa melambat jika seseorang menunggu.

"Belum ada kabar dari Alden?" tanya Sekai ketika mereka berlima berkumpul, menjelang berakhirnya hari libur. Mereka berada di ruang tengah rumah Jia saat ini.

Tobi yang bermain dengan ponselnya menggeleng. Ia menoleh ke arah Sekai kemudian.

"Status twitter sama instagram-nya masih yang lama. Gue Line juga nggak ada balesan, nggak di-read juga sih."

"Jia?" Sekai beralih bertanya pada gadis itu, barangkali hanya Jia yang mendapat kabar darinya. Dan tentunya Sekai bertanya dengan lirik menggoda. Ia temukan wajah kaget sahabatnya itu kemudian menertawakannya.

"Nggak ada ngasih kabar tuh." Gadis itu kemudian menyembunyikan wajahnya dengan majalah yang dibacanya.

Alin tersenyum geli. Kini seolah bukan rahasia lagi jika Alden memiliki rasa suka pada Jia. Semua ini karena Sekai yang ceroboh dan tanpa sengaja mengatakannya di depan mereka.

"Jangan main rahasiaan loh." Tobi menggoda.

Alin mengangguk. Kinal menggeleng heran melihat tingkat dua karib itu. Saat kompak keduanya bisa menjadi tim yang berisik.

"Aku suka yang ini." Kinal menunjukan salah satu mode fashion yang dikenakan model dalam majalah. Tampaknya ia berniat membuat topik tentang Alden selesai. Untuk apa menanyakan kabar seseorang yang jelas akan kembali lusa? Satu hari sebelum libur selesai.

"Eh, kira-kira Alden bawaan kita oleh-oleh nggak ya?" pikir Tobi.

Sekai mengambil posisi duduk di sebelah Tobi setelah sebelumnya ia berdiri untuk mengambil remote TV.

"Daftar lo yang kebanyakan itu mustahil buat dipenuhi." Alin memberi jawaban. Sesuai perkiraan Tobi membalas dengan kalimat sengitnya.

"Kalo dia mikirin lo sekarang, dia pasti lagi beli oleh-oleh yang lo minta itu," sahut Sekai sembari menoleh. TV yang ia nyalakan masih menayangkan iklan.

Ponsel Jia berdering. Nada notifikasi Line. Semua menoleh ke arahnya.

"Alden?" mata Tobi melotot. Mengira dirinya telah diberi telepati oleh Alden.

Jia menggeleng. "Official Line."

Alin tertawa, mengejek Tobi. Kinal menahan senyum kemudian lanjut membuka majalah bersama Jia.

Ponsel itu berdering lagi. Nada notifikasi yang sama. Jia terkejut. Kali ini Alden. Nada notifikasi terdengar hingga beberapa kali.

"Alden?" Tobi masih berharap. Jia mengangguk. Hampir serentak mereka berempat merapat pada Jia.

Alden mengirimkan fotonya yang sedang belanja di salah satu kawasan Tokyo.

Aldante.W

Jia, aku lagi belanja oleh-oleh. Kamu suka yang mana?

Berikut dengan gambar berbagai oleh-oleh khas Jepang.

"Aaaaa.... Dia pilih kasih! Ayo balas, Zi. Bilang oleh-oleh buat gue!" Tobi protes.

"Gue juga mau boneka kayu itu, bilang ke Alden ya, Zi." Alin tak mau kalah.

LOOKING FOR MOONLIGHTWhere stories live. Discover now