16. Hal yang tak terduga

121 12 3
                                    

"Hei, katanya kamu mau ngobrol. Kenapa diem aja? Sayang loh kuotanya." Varo menyadarkan Alden dari lamunannya. Sejak ia menghubungi Varo via skype, ia belum mengatakan sesuatu setelah menyapanya. Alden sebenarnya agak ragu mau membicarakan masalah satu ini pada kakaknya. Ia merasa malu.

"Kakak pernah suka seseorang?"

"Eh?" lalu Varo tertawa kecil. Apa itu lucu? Pikir Alden.

"Ya, pernah."

"Gimana rasanya?"

Varo hampir menyemburkan tawa mendengar pertanyaan polos adiknya. "Gimana ya? Itu sih tergantung siapa yang kamu suka, dan gimana kondisinya."

Alden berpikir sejenak.

"Aku suka sama cewek."

"Kamu udah pernah bilang itu sebelumnya, Dan."

"Tapi...dia suka sama cowok lain."

Varo kaget. Bagian itu, Alden belum pernah menceritakannya.

"Ya ampun, adikku yang malang."

Alden memandangnya sinis. "Makasih pujiannya."

Varo tertawa. "Oke, serius. Jadi gimana?"

"Tapi cowok itu selama ini nggak punya perasaan lebih ke dia."

Varo tampak menopang dagu, seolah berpikir. "Berarti kamu masih punya kesempatan."

Alden memikirkan itu juga, namun apa ia memang punya celah itu? Jia bahkan belum benar-benar menganggapnya teman.

"Dia nggak peka."

Varo tertawa lagi. "Ada alasan kenapa orang lain nggak peka sama kita. Kamu tau apa?"

Alden hanya menunjukkan wajah ingin tahu.

"Kamu ngerasa udah ngelakuin sesuatu untuknya padahal dia ngerasa itu nggak ada apa-apanya."

Alden kemudian berpikir apa yang selama ini sudah ia lakukan pada Jia. Apa? Ia hanya menjaga rahasia gadis itu seoalah dirinya kotak brankas penyimpanan file penting. Ia tidak bisa menghibur Jia saat gadis itu sedih. Tak ada hal penting yang ia lakukan padanya. Kecuali mengganggu gadis itu di saat yang tak tepat.

"Aku kalah."

"Jangan nyerah, Dan." Kakaknya menyemangati. "Gimana sih orangnya. Kirim fotonya dong."

Alden tak menyahut.

"Jangan-jangan kamu nggak punya fotonya yah? Intip sosmed-nya gih, atau kasih tau kakak apa username twitter-nya."

"Dia nggak suka main sosmed."

"Bilang aja kamu emang nggak mau kasih tau."

"Kalo penasaran kenapa kak Varo nggak pulang aja? Nanti aku kenalin."

Varo hanya tertawa. Alden mendecak sebal. Bagaimana sih agar kakaknya itu mau kembali ke rumah walau sebentar.

***

Jia tahu, merelakan perasaannya pada Sekai bukan perkara mudah. Namun ia ingin berusaha mencobanya.

Pagi ini ia dan Sekai berangkat bersama. Mereka mulai kembali seperti semula. Bicara tentang ini itu dan tertawa bersama. Alden yang tiba di sekolah dan menemukan keduanya sudah akrab lagi jadi ingin tahu apa yang sudah terjadi. Ia benar-benar melewatkan banyak hal, sepertinya. Dan Jia, bahkan tidak mau memberitahukannya apapun. Apanya yang masih punya kesempatan? Alden pikir Varo hanya ingin menghiburnya.

LOOKING FOR MOONLIGHTWhere stories live. Discover now