Prolog

71.1K 3.4K 137
                                    

Ini namanya pohon mangga keberuntungan. Setelah sekian lama tinggal di sini, baru kali ini Kirana merasa bersyukur ada pohon mangga besar yang tertanam di halaman samping rumahnya. Gadis itu mengendap-endap di antara rimbunnya daun mangga. Jantung gadis itu berdetak semakin keras. Saking kerasnya, Kirana nyaris tidak bisa bernapas. Pokoknya, dia tidak boleh ketahuan. Dia harus bersembunyi di antara dahan-dahan mangga itu.

Tangan kirinya menggenggam erat ponsel android. Sementara, tangan kanannya menggapai dahan pohon yang ada tepat di depan perutnya. Dia berusaha naik ke salah satu dahan terendah. Kirana mulai tersengal.

"Ups!" Kirana meringis. Lengannya tergores batang pohon. Terasa perih, tapi dia tidak mau menyerah. Misi ini harus tetap dilaksanakan.

Beberapa meter di hadapannya, seorang pemuda bertubuh tinggi tengah duduk di kursi kayu sambil menatap selembar kain yang dibentangkan di atas meja. Tangan pemuda itu memegang canting, alat untuk membatik, dan bergerak lincah menggoreskan canting di atas kain. Sesekali dia mencelupkan canting ke wajan untuk mengisi ulang malam, lilin yang digunakan untuk menggambar motif batik.

Hati Kirana langsung rontok setiap melihat alis tebal milik pemuda itu. Rasanya teduh dan nyaman. Pandangan Kirana turun ke hidungnya. Tiba-tiba seperti ada kupu-kupu yang terbang di dada Kirana, yang mengajak gadis ini ikut terbang saking bahagianya melihat hidung lancip itu. Dan ... ah, Kirana terpana melihat ekspresi si pemuda. Ekspresi yang benar-benar membuat Kirana luluh lantak. Ekspresi serius dan bersahaja.

Kirana tidak menyia-nyiakan kesempatan. Kakinya berpijak di dahan, dan kedua tangannya menggenggam ponsel. Dia siap membidik sang pemuda dengan kamera ponsel. Dia ingin menyimpan satuuu saja foto pemuda itu di gallery ponselnya, untuk dipandangi setiap hari.

Kirana mencari-cari angle yang tepat. Pemuda itu sedang meniup-niup canting. Ah, kurang bagus kalau fotonya sedang meniup canting. Kirana menunggu si pemuda menggoreskan canting lagi ke kain.

Nah! Ini pose dan angle yang tepat! Pemuda bersahaja itu sedang duduk menatap kain, dengan wajah yang tenang dan rambut sedikit acak-acakan karena tertiup angina.

Kirana menahan napas. Dalam hati, dia menghitung.

Satu ... dua ... tiga!

CEKREK!

BLAR!

Kirana tecekat. Dia lupa menekan tombol silent dan mematikan blits!

Oh!

Terlambat!

Elang, pemuda itu, menoleh ke arah pohon mangga dan alisnya bertaut. Seharusnya wajah dengan alis bertaut itu bisa membuat Kirana berseri-seri. Tapi, kali ini wajah Kirana merah padam!

"Eh, Kiran? Kamu ngapain di situ? Kamu motret aku?" Elang berdiri dan berjalan pelan ke arah pohon mangga.

Kirana terdiam dengan mulut terbuka. Lututnya lemas. Telapak tangannya licin berkeringat. Masih untung dia bisa menggenggam ponselnya erat-erat agar tidak jatuh.

Sayangnya, beberapa detik kemudian, terdengar suara benda lain yang terjatuh. Suaranya berdebam lumayan keras dan disusul dengan ....

"AAAWW!"

Fluttering HeartsWhere stories live. Discover now