Chapter 3

22K 2.1K 81
                                    


Kirana buru-buru meniti tangga sekolah, menuju kelasnya di lantai dua. Selama sekolah di Raffles High School, baru kali ini dia merasa kelasnya begitu jauh dari gerbang sekolah. Padahal, kelas 11 berada di lantai dua, masih lebih dekat daripada kelas Elang, Kelas 12, di lantai tiga.

Kirana tidak sabar untuk bertemu Vanes. Dia ingin cepat-cepat curhat pada Vanes tentang kejadian yang menimpanya kemarin sore, saat kesialan datang bertubi-tubi di hadapan Elang. Meskipun Kirana sudah curhat lewat Line, kayaknya belum puas kalau belum curhat langsung.

Kirana menerobos beberapa kerumunan murid-murid demi cepat sampai di kelas. Sesampainya di lantai dua, gadis itu sempat melirik ke kelas yang ada di seberang, lantai tiga. Di sana ada beberapa murid yang berdiri bersandar di tembok depan kelas. Kirana berharap menemukan sosok dia, tapi tidak berhasil.

Kaki mungil bersepatu mary jane dan berkaus kaki tosca milik Kirana, segera melangkah ke kelas 11 IPA 1.

"Vanes!" suara gadis itu membuat seseorang terlonjak di bangkunya.

Vanes menatap sahabatnya lekat-lekat.

"Eh, gimana? Gimana? Jadi kamu akhirnya dihukum sama Elang?" suara Vanes tak kalah melengking.

"Pssstt!" Kirana meletakkan jarinya di depan bibir. Dia langsung duduk di bangku sebelah Vanes.

"Gila, ya. Aku nggak nyangka Elang bisa setegas itu. Selama ini aku lihat kan, dia adem banget," cerocos Kirana.

"Memangnya kamu benar-benar dimarahi? Dia marah besar, gitu?" Vanes mendelik.

"Ya nggak, sih. Dia nggak murka seperti yang kamu bayangin. Pokoknya dari nada suaranya aku tahu dia marah banget," sahut Kirana.

"Kalau begitu, kamu benar-benar harus jalanin hukuman dari dia."

"Ya, mau nggak mau."

"Siapa tahu kamu malah bisa lebih akrab. Lebih dekat."

"Iya, sih. Tapi ... batik! Aduh! Kenapa sih, aku selalu kena kutukan batik?"

Kirana menatap mata Vanes dalam-dalam.

"Hidup aku udah sengsara dari dulu. Orangtuaku pisah, ada hubungannya dengan perusahaan-perusahaan batik milik mereka. Ya, walaupun ... semua ... karena ...," wajah Kirana berubah mendung. Semua peristiwa kelam itu perlahan muncul lagi di kepalanya. Kejadian demi kejadian seperti layar yang digelar dan dipamerkan di pelupuk mata Kirana.

"Kiran! Udah, ah. Kenapa jadi ke situ lagi, sih? Kita kan, lagi ngomongin Elang," Vanes menepuk lengan Kirana.

Kirana berusaha tersenyum.

"Udah, kamu jalanin aja. Kayaknya ini jalan dari Tuhan biar kamu akrab sama Elang. Itu yang kamu pengin, kan?"

Kirana mengangguk.

"Semangat!"

"Iya. Semangat!"

"Sekarang, kamu tinggal atur strategi," Vanes masih menatap sahabatnya.

"Gimana caranya?" mata Kirana kembali berbinar-binar.

"Nggak ada jalan lain, selain suka sama batik," tatapan Vanes semakin tajam.

"Duh! Harus banget, ya? Boleh ditawar, nggak?" Kirana memasang wajah memelas.

"Nggak boleh!"

"Hmm ... lihat nanti aja, deh," Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri.

"Yaah, kamu gimana, sih!"

"Eh, iya! Aku ada rok lucu yang belum pernah dipakai. Nanti sore fotoin aku, ya. Nggak sabar pengin upload di Instagram," kata Kirana.

Fluttering HeartsWhere stories live. Discover now