Chapter 4

16.8K 1.7K 24
                                    

Keringat Kirana belum kering benar. Dia berjalan masuk ke kelas.

"Besok saya nggak mau lihat kamu nggak mengerjakan PR lagi, ya!" mata Pak Ranu menatap tajam ke arah Kirana.

Kirana hanya melirik sedikit, lalu mengangguk. Dia semakin sebal pada guru itu. Pelajaran fisika yang selama ini sudah sulit, makin terasa sulit lagi.

"Nes, ada tisu, nggak?" tanya Kirana saat sudah duduk di bangku.

"Ada," Vanes mengambil tisu dari dalam tas, lalu menyerahkannya pada Kirana.

"Duh, kapok, deh. Besok kalau aku ada PR lagi, kamu ingatin aku, ya. Line, kek. Atau WhatsApp," Kirana menyeka keringat. Wajahnya masih merah karena kepanasan.

"Iya, kemarin aku juga lupa," sahut Vanes.

Bel berbunyi. Kirana bisa sedikit lega. Ketika Pak Ranu keluar dari kelas, suasana langsung gaduh. Semua mengeluh tentang Pak Ranu.

"Kamu ... memangnya fisika tuh, susah banget, ya? Bikin PR lima biji aja masa nggak mampu?"

Kirana mendelik. Cowok itu sudah ada di sebelahnya. Cowok menyebalkan yang selalu mengganggunya.

"Addo, kamu bisa diam nggak, sih? Aku bukan nggak mau atau nggak mampu ngerjain soal-soal itu, tapi lupa," Kirana membalas sambil cemberut.

"Oh, hanya lupa? Bagaimana kalau setiap ada PR, kita kerjain bareng?" wajah Addo tampak datar, tapi Kirana tahu cowok itu serius.

Kirana diam, lalu melirik Vanes. Vanes menggeleng kecil. Kirana membalas dengan gelengan yang sama.

"Maaf ya, Do. Aku masih bisa mengerjakan PR sendiri. Kamu nggak perlu repot-repot," sahut Kirana, tegas.

"Kamu keras kepala banget, sih. Aku tahu, kamu butuh bantuan aku."

Kirana menghela napas. Addo memang pintar. Rasanya hampir tidak ada pelajaran yang dia tidak bisa. Otak yang cemerlang dan wajah yang mirip bintang sinetron, membuat Addo diidolai banyak cewek di Raffles High School ini. Karena itu pulalah sudah setahun ini Addo terpilih sebagai ketua OSIS.

Sempurna? Nggak juga, tuh! Addo memang keren, pintar, dan disukai banyak orang, tapi satu hal yang membuat Kirana ilfil dengan cowok itu adalah, dia selalu memaksakan kehendak.

"Kamu terlalu sok, Do!" Kirana terpancing emosinya.

Vanes menyikut lengan Kirana sambil melirik dengan pandangan cuekin-aja-cowok-itu.

"Maksud kamu?" Addo mengernyit sambil menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Kirana.

"Kalau semua orang suka sama kamu, kagum sama kamu, kamu nggak perlu sok jagoan juga, kan?"

"Susah ngomong sama cewek kayak kamu!" Addo langsung pergi dari hadapan Kirana.

Kirana mendengus. "Kenapa sih, dia nggak berubah?"

"Karena kamu nggak nerima-nerima dia," sahut Vanes.

"Nerima gimana? Nembak aja nggak, kok," Kirana bersungut-sungut.

Vanes tertawa. "Orang suka itu nggak harus selalu nembak, Ran. Meskipun nggak atau belum nembak, Addo itu kelihatan banget naksir kamu."

"Terus aku harus bilang wow, gitu?"

"Ya bukan gitu. Kamunya nggak ngasih kode juga, sih."

"Waduh, makasih, deh. Aku nggak suka cara dia. Selalu maksain."

"Kamunya juga udah telanjur suka sama Elang, kan?"

"Hmm ...," mendengar nama itu dsebut tiba-tiba ada debar halus di dada Kirana. Gadis itu kehabisan kata, tapi pipinya berangsur bersemu merah.

***

"Kiran, Vanes diajak makan dulu, sana. Masa dari pulang sekolah tadi kalian belum makan?" Bude Citra muncul di pintu halaman belakang.

Kirana dan Vanes sedang sibuk foto-foto. Kali ini Kirana ingin fotonya berlatar tembok halaman belakang yang ditata gaya shabby chic. Warna dasar tembok putih, diberi hiasan jendela tiruan berwarna toska. Bangku-bangku taman disusun di pojok halaman, dan pot bunga kecil-kecil digantung bersusun di tembok. Seluruh bagian bawah halaman belakang ini ditanami rumput jarum yang halus dan tebal.

Kali ini tema OOTD-nya adalah rok midi warna biru telur asin. Kirana memadukan dengan blus hitam berlengan panjang, baret warna biru, dan wedges biru.

"Lho? Bude mau ke mana? Kok, rapi amat?" tanya Kirana.

"Mau ke Grand Hotel. Ada peresmian pameran batik nusantara. Bude berangkat dulu, ya. Kamu cepat makan," sahut Bude Citra.

"Iya, Bude," Kirana mengangguk lalu pandangannya beralih ke Vanes. "Nes, mau makan sekarang?"

Vanes yang sedang melihat-lihat hasil foto di kameranya, menggeleng cepat.

"Nanti aja deh, Ran. Kita foto beberapa kali lagi, abis itu masukin foto-fotonya ke hp kamu. Baru kita makan," kata Vanes.

"Boleh, deh. Aku pengin cepat-cepat upload foto di Instagram, pengin tahu, kira-kira Elang ngasih like nggak, ya?"


Fluttering HeartsWhere stories live. Discover now